아홉

332 33 6
                                    

Jaemin lelah, dia sudah lelah dengan semuanya, bahkan hanya untuk menarik sudut bibirnya keatas dia sudah tak mampu.

Pada akhirnya dia akan duduk sendirian disana, di atas lantai kayu kusam paviliun yang dulunya adalah tempat favorit ibunya, dimana saat itu adalah hari paling indah yang pernah ia rasakan.

Dimana saat itu ia bisa merasakan dekapan sang ibu juga sang ayah secara bersamaan, juga bagaimana ketiganya menghabiskan waktunya dengan bersenda gurau seperti layaknya sebuah keluarga yang amat bahagia.

Hingga hari itu tiba, hari dimana kebahagiaan itu telah sirna bak di telan oleh bumi, hari dimana senyumnya sudah tak sama seperti dahulu, hari dimana bahagia itu telah benar benar hilang tak tersisa dalam dirinya, hari dimana ibunya menghembuskan nafas terakhirnya, dan di hari itulah semuanya berubah, setelah hari itu ayahnya tak memperlakukan nya sama seperti dahulu, hanya kasar dan ketegasan yang ia terima.

Ia masih sangat muda saat itu untuk mengerti keadaan sebenarnya, bahwa ibu nya mati dengan tidak adil.

Mata itu sudah berair, tapi dia tak punya keinginan untuk meluruhkan itu hingga tiba tiba ia bisa mendengar langkah kaki yang sangat ribut semakin dekat dengannya, disana dia melihat pengawal Jung berlari ke arah tempatnya duduk.

Dia hanya berdiri diam disana dengan mata yang terus menatap nya, karena tatapan mata itu akhirnya dia sudah tidak bisa menahannya lagi, maka hancur sudah pertahanannya dan bening itu luruh begitu saja membasahi pipinya.

Lalu dia bisa merasakan bagaimana tubuhnya di dekap, rasanya sangat hangat hingga dingin sudah tak ia rasakan lagi.

Dia datang seperti halnya matahari, saat untuk pertama kalinya tubuhnya di dekap oleh orang yang sangat ingin dia dekap dahulu—seakan hari hari nya yang panjang juga hatinya yang lelah itu, pada akhirnya sekarang ia sudah bisa bernafas lega.

"Helaan nafas itu... Walaupun hamba tak dapat memahaminya, tidak masalah, hamba akan tetap berada disini untuk Yang Mulia..."

Untuk pertamakalinya kau datang kepadaku bersama dengan aroma di hari itu.

Aku tak akan pernah melupakan semua kenangan tangis dan tawaku saat bersamamu.

⭑ ๋࣭ ୨🌸୧ ๋࣭ ⭑

Seorang wanita dengan hanbok berwarna putih polos tengah duduk di depan sebuah balai pertemuan kerajaan, dia Putri Mahkota dengan wajah yang sudah pucat dan juga kantung mata yang menghitam dengan penuh harap menatap bangunan di depannya.

Tubuh lemahnya ia tumpukan pada kedua tangannya, ia bahkan berusaha sekuat mungkin bertahan dalam dinginnya malam ini.

"Yang Mulia Raja hamba mohon tolong selidiki kasus kematian Putra Mahkota, hamba yakin beliau di bunuh dengan tidak adil,—"

"... demi calon penerus yang ada dalam diri hamba, hamba mohon pertimbangkan lagi keinginan hamba Yang Mulia."

Putri Mahkota tak bisa menahan tangisnya lagi, bagaimana dirinya tidak merasa buruk akan kabar kematian Putra Mahkota yang tiba tiba, padahal hari itu hari dimana untuk pertama kalinya ia menyampaikan kabar bahagia untuk suaminya, di hari itu juga beliau pergi meninggalkan dirinya untuk selamanya.

Bukan hanya tentang diri nya tetapi tentang bagaimana perasaan calon putra nya kelak jika ia tumbuh tanpa ada sosok ayah bersamanya.

Juga bagaimana putranya yang kelak akan hidup dalam kecemasan yang menyertai dirinya, bagaimana seumur hidupnya di jalani hanya untuk mempertahankan tahtanya sendiri.

"Yang Mulia Raja tolong kabulkanlah keinginan hamba..."

Dan pada akhirnya tubuh itu jatuh ke tanah, sudah tak sanggup untuk melanjutkan permintaan nya yang bahkan itu di abaikan oleh sang Raja.

⭑ ๋࣭ ୨🌸୧ ๋࣭ ⭑

Jaehyun hanya memandang lurus pada objek paling indah di sampingnya, mengabaikan niatnya tadi yang mengajak Jaemin untuk melihat bagaimana matahari tenggelam di ufuk barat di atas bukit yang ada tak jauh dari desa tempat mereka tinggal.

Ia hanya diam mengagumi bagaimana mata itu bersinar lebih terang dari pada matahari itu sendiri, bagaimana bibir yang tak hentinya mengungkapkan bagaimana warna langit yang nampak begitu indah itu berubah saat matahari mulai tenggelam di ujung sana.

Bahkan dia nampak lebih indah dari objek yang tengah dia amati.

Jaemin menoleh ke samping kanannya, dan bisa melihat Jaehyun yang hanya diam memandangnya, bahkan tak menanggapi bagaimana dia memanggil nama lelaki itu berulang ulang.

"Hyung..."

Jaehyun diam menyelami kristal dalam mata jernih itu, sambil melukiskan segala hal yang mereka jalani dan hari-hari saat mereka bersama.

Musim datang dan pergi, melalui aliran dan serpihan yang tak terhitung jumlahnya, akhirnya ia bisa memiliki sang Pujaan hati.

Bagaimana pada akhirnya dia bisa mengandeng juga mendekap diri itu tanpa rasa takut, tanpa harus memikirkan bagaimana reaksi yang putra mahkota nya tunjukkan padanya.

Apa dia akan di hukum atau di usir dari negeri ini dalam pengasingan seumur hidupnya.

"Hyung baik-baik saja kan?,"

Jaehyun menarik tubuh itu ke dalam pelukannya, menenggelamkan wajahnya sendiri pada ceruk leher sang pujaan hati, berusaha menghirup lebih banyak aroma tubuh itu jika sewaktu-waktu ia tak dapat menghirupnya lagi.

Dia harus mengingatnya, bagaimana aroma tubuh menenangkan itu dapat membuat rasa sakit yang ada dalam hatinya lenyap begitu saja.

"Sama seperti sebelumnya, bahkan itu akan berlanjut di masa yang akan datang. Saat ada dirimu, aku tak mengharapkan apapun lagi di dunia ini..."


TBC.

⭑ ๋࣭ ୨🌸୧ ๋࣭ ⭑

Vote dan komen untuk apresiasi terhadap penulis.

Pemberitahuan:

Tidak akan ada adegan bercocok tanam disini ya, jadi jangan mengharapkan sampe sana, kalaupun ada itu bakalan di skip.

Sekian.

Sunshine In The Rain | 2jae [END]Where stories live. Discover now