598 66 6
                                    

Jaehyun baru berusia 17 tahun saat itu, saat dia menyadari perasaan yang tak wajar dalam dadanya.

Itu tahun kedua setelah dia ditunjuk sebagai pengawal pribadi seorang Putra Mahkota, dia masih sangat muda saat itu-untuk menyadari bagaimana dia adalah penyuka sesama jenis.

Dan dia masih terlalu muda saat itu untuk mengerti tentang apa arti dari sebuah cinta, jadi dia hanya menyimpan perasaan nya dalam dalam setelahnya.

Tapi tidak, karena hati bodohnya ini selalu saja berdebar. Ia sudah berusaha bahkan teramat sangat berusaha untuk menghilangkan perasaan bodohnya itu, akan tetapi semakin dia berusaha untuk melenyapkannya-bayang bayang akan paras cantik sang Putra Mahkota tak lepas dari pikirannya.

Cahaya rembulan itu teramat indah untuk dilewatkan oleh nya.

"Pengawal Jung, bisakah sekali ini saja kau membiarkan aku untuk menyamar?,"

Jaemin-Putra Mahkota itu memohon pada pengawalnya dengan wajah sedih yang di buat buat, keinginannya untuk pergi ke festival sangatlah besar hingga sedikit menjatuhkan harga dirinya di depan pengawal pribadi nya itu.

Tidak tahukah dia sang pengawal dengan mati matian menahan diri untuk tidak tersenyum gemas karenanya.

"Maafkan hamba, tapi anda sedang menjalani hukuman dari Yang Mulia Raja, Yang Mulia Putra Mahkota."

Jaemin berdecak, kenapa susah sekali barang untuk membujuk pengawalnya itu, bukankah dia terlalu patuh terhadap Ayahnya? Jadi apa boleh buat sekarang tinggal satu jurus lagi untuk membuat pengawalnya itu memenuhi keinginannya.

"Jadi pengawal Jung, kau sebenarnya bekerja untukku atau Ayahanda? Jika bekerja untuknya seharusnya kau tak di istanaku sekarang."

Dan Jaemin meloncat kegirangan setelahnya, sekarang dia dapat berdiri di tengah tengah kerumunan manusia yang sama antusiasnya mengunjungi festival, tentu saja dia tidak sendirian karena pengawal Jung nya itu sangat setia mengikutinya di belakang.

Kakinya berjalan kesana kemari saat melihat sesuatu yang menarik, hingga sang pengawal sangat kewalahan untuk menyamakan langkahnya di belakang.

"Wah menakjubkan....."

Mata sejernih kristal itu nampak berbinar tak kala melihat lampion yang berterbangan di atas sana.

Jadi Jaehyun tak bisa untuk mengindari keinginan Putra Mahkota nya, dia segera membeli dua buah lampion untuk masing masing.

"Wah terbang!." Pekiknya setelah lampion miliknya mulai terbang ke atas sana.

"Kau menuliskan harapan untuk siapa Pengawal Jung?."

"Tentu saja untuk Yang Mulia Putra Mahkota, hamba berharap keberuntungan selalu menyertai anda."

"Itu saja? Cih padahal aku sudah menulis banyak untukmu pengawal Jung." Rajuknya.

Dan Jaehyun terdiam setelahnya, jantungnya semakin berpacu lebih cepat, rasanya ajal akan menjemput nya malam ini hanya karena ucapan sederhana dari Putra Mahkota.

"Pengawal Jung seperti nya kau harus menulis permohonanmu sekali lagi."

⭑ ๋࣭ ୨🌸୧ ๋࣭ ⭑


Ini sudah satu tahun setelah perayaan festival kala itu, festival paling indah sepanjang hidupnya, karena dia bisa mendengar ucapan sederhana sang Putra Mahkota yang mampu meruntuhkan tembok pertahanannya.

Sejak malam itu ia sudah memutuskan untuk tetap mempertahankan perasaannya, walaupun itu menyakiti nya sekalipun dia tidak akan berusaha untuk menghapusnya.

Meskipun tak bisa untuk berbagi rasa yang sama, setidaknya dia akan tetap berdiri di belakang Putra Mahkota hingga ajal sebenar telah menjemputnya.

Itu sudah cukup dari pada harus hidup tanpa bisa melihat sang Putra Mahkota.

Tetapi tak bisa barang sedetik dunia membiarkan dirinya menikmati kebersamaannya bersama pujaan hati dengan sedikit tenang, karena disinilah dia berdiri pada barisan para pengawal—mengikuti ritual pernikahan sang Putra Mahkota.

Jaehyun mati matian menahan air matanya yang sudah berlomba lomba ingin keluar dari matanya, hati nya teramat sakit akan fakta bahwa cintanya itu begitu buruk dan memalukan untuk dia berikan untuk Rembulan negeri ini.

Karena pada dasarnya dia memang punya cinta, tapi dunia masih punya norma.

"Rasanya seperti mimpi, padahal kemarin aku masih bermain main bersamamu, tapi saat ini aku sudah resmi menjadi suami perempuan lain."

Jaemin memandang lurus ke arah danau, ini sudah beberapa hari setelah dia menikahi Putri Mahkota dan rasanya ia tidak rela akan status lajangnya yang di renggut paksa akan kepentingan kerajaan.

"Pengawal Jung."

"Ya Yang Mulia."

"Kemarilah," Jaemin menganggukkan kepalanya tak kala melihat keraguan tercetak jelas di wajah sang pengawal, ia lantas menyuruhnya berdiri sejajar dengan nya saat melihat sang pengawal yang masih saja membuat jarak di belakangnya.

"Pengawal Jung, tidakkah dunia itu nampak begitu tidak adil—bagaimana akan diri ini yang tidak mampu untuk sekedar menolak hanya karena itu sudah menjadi takdir yang di tetapkan oleh kerajaan ini, tidakkah pemiliknya bisa merubahnya sendiri?."

"Ya?,"

"Takdir, aku sangat ingin merubah takdir ku sendiri, bukan lagi menjadi seorang Putra Mahkota negeri ini, akan tetapi sebagai rakyat biasa di luar sana hidup dengan bebas."

"Yang Mulia..."

Apa Putra Mahkota tak menyadarinya? Bahwasanya lelaki yang tengah berdiri di sampingnya itu juga berharap demikian, karena dengan itu ia bisa tanpa rasa takut mendekati sang pujaan hati.

Walaupun dia harus menunggu di kehidupan selanjutnya bahkan kehidupan dia selanjutnya lagi, maka dia akan terus menunggu hingga saat dimana dia bisa mendekap tubuh itu tanpa rasa takut.

Tuhan tidak pernah tidur, doa yang dirimu kira tidak akan dikabulkan—akan terkabul di kemudian hari,
hanya saja dalam suatu yang berbeda.

"Di kehidupan ku selanjutnya—, aku berharap bisa bertemu dengan mu lagi, Pengawal Jung."

TBC.

⭑ ๋࣭ ୨🌸୧ ๋࣭ ⭑

Sunshine In The Rain | 2jae [END]Where stories live. Discover now