"Dia kenapa?" lirih Kaycia, melihat punggung Asten yang bersandar di pohon.

Sebenarnya Kaycia tidak memiliki urusan penting. Dia hanya ingin mencari tahu sosok Asten yang tengah bersandar di pohon dengan kerutan di dahinya. Dia tidak sengaja melihatnya saat hendak pergi ke kelas.

Matanya meneliti wajah Asten dari dekat. Benar, dia tidak salah liat. Asten menampakkan ekspresi wajah sedih. Entah mengapa rasa penasaran membuncah di diri Kaycia. Dia tidak percaya melihat si cowok setan bisa berekspresi seperti itu juga.

"Kayaknya tidur, sebaiknya gue langsung pergi aja." niatnya hanya memastikan penglihatannya saja.

Tapi saat Kaycia memundurkan wajahnya, tiba-tiba saja kedua mata Asten membuka. Kaycia terkejut bukan main. Dia seperti seorang maling yang ketahuan mencuri. Ekspresi terkejutnya tidak bisa dia sembunyikan.

Asten terus memandanginya. Kaycia berdehem seraya memundurkan diri. Namun, hentakan tangan Asten lebih cepat.

"K-kak lepas ..." panik Kaycia ketika Asten menariknya menghadap lebih dekat.

Tangan Asten terulur, spontan saja Kaycia menutup kedua matanya, bersiap menerima pukulan Asten. Namun, dia salah. Tangan Asten mendarat di pipinya dan mengelusnya.

Kaycia membuka matanya, menatap bingung pada Asten.

"Apa mereka tau sosok asli lo tanpa make up ini?" ucap Asten.

Belum sempat Kaycia menjawab, Asten mendahuluinya. "perasaan gue aneh setiap kali lo dekat sama mereka, pikiran gue terus tertuju sama lo, dan semakin gue berpikir rasa penasaran gue semakin tinggi. Gue pengin tau banyak tentang lo," ungkapnya mengalir begitu saja.

"Kak Asten ke sambet?"

Asten mengedipkan matanya mendengar pertanyaan konyol dari Kaycia.

"Tempat ini beneran angker deh kak. Tadi aja aku liat kak Asten tidur tapi ekspresi mukanya sedih. Sebelum salah satu dari kita kesurupan, mending kita pergi dari sini."

Beberapa detik Asten terdiam sebelum tawanya menggelegar. Kaycia semakin merinding.

"Kak Asten beneran kesurupan?!" Kaycia menutup mulutnya panik.

"Istighfar kak!!" Kaycia menggoyangkan tubuh Asten dan mendaratkan telapak tangannya di kepala Asten dan membaca surat-surat pendek yang dia bisa.

Tawa Asten semakin menggelegar, mendapati kelakuan absurd Kaycia.

"Stop Kaycia," Asten meraih tangan Kaycia.

"Lo bodoh banget!" ujar Asten yang kembali ketawa namun tak sekeras sebelumnya.

"Gue gak kesurupan!"

Kaycia mengelus dadanya tenang.

Asten menyadari sesuatu. Dia melihat seragam yang dipakai Kaycia. "seragam siapa yang lo pake?" tanyanya walau dia sudah tahu pemiliknya.

"Kak Galu,"

"Lepas!"

"Apa?!!" Kaycia terkejut, dia mundur dan menyilangkan kedua tangannya di dada.

"Gue bilang lepas!"

"Kak Asten, jangan lakuin itu! Aku bisa aja laporin kakak ke BK!"

Tahu yang dimaksud Kaycia, Asten berujar, "lo beneran stupid ya!" Asten menarik Kaycia dan membawanya ke lokernya.

Dia melemparkan seragam olahraganya pada Kaycia.

"Pakai yang itu,"

"Kenapa harus di pakai? Aku kan udah pakai punyanya kak Galu,"

"Ganti punya gue,"

"Lama!" Asten menariknya lagi, kini dia menariknya menuju toilet wanita.

"Gue tunggu di sini,"

Sedikit kesal karena Asten sangat pemaksa, Kaycia mau tidak mau menurutinya. Dia tidak mau menyia-nyiakan waktunya untuk berdebat sedangkan bel istirahat hampir usai.
.
.
.
.

Tbc

My Nerd Is Perfect Where stories live. Discover now