Chapter 9: The Beginning

Start from the beginning
                                    

Sangat disayangkan, kehidupan manusia sekarang sedikit demi sedikit pupus dikuasai dan direnggut oleh para iblis jahat. Aku berjanji, akan membunuh mereka semua hingga rata tak tersisa.

Aku menghabiskan sarapanku, acara televisiku sebentar lagi selesai. Sekarang adalah jam pukul 7 pagi. Aku masih hanya duduk dan menonton televisi. Suasana sekitar lengang kecuali suara acara televisi.

Secara tiba-tiba, terdengar samar-samar suara angin kencang sedikit demi sedikit muncul di dekatku. Benar saja, sebuah pusaran mirip portal yang terbentuk dari angin muncul di sampingku, angin kencang terbentuk. Ruang tamuku seketika berantakan karena pusaran angin itu, barang barang berjatuhan, terbawa angin.

Beberapa detik kemudian muncul sesosok misterius yang muncul dari balik pusaran angin mirip portal itu. Sesosok yang sangat kukenal dari hari kemarin. Portal tertutup dan sosok yang kukenal itu berdiri di depanku.

"Arga." Aku terkejut, tidak menyangka dia yang keluar dari pusaran ini.

"Eh, kek guru Megumi." Ucapku.
"Bagaimana kau bisa..."

"Aku menggunakan sixth technic ku, Grace of the wind." Jawab guru Megumi dengan memotong kalimatku.

"Bukankah itu kekuatan yang mengharuskan pemiliknya tau terlebih dahulu tempat yang ia tuju?" Aku bertanya kebingungan.

"Iya....., sebenarnya... Hehe..."
"Aku mengikuti mu diam-diam di belakang saat kau pulang dari warung mie tadi malam." Jawabannya sambil tersenyum lebar.

"Hhhh, itu tidak sopan. Dan kenapa kau bisa muncul disini?, apa kau juga masuk ke rumah ini?"

Guru Megumi hanya tersenyum dan menggaruk-garuk kepalanya.

"Sebenarnya...., iya, aku masuk ke dalam rumah ini."

"Apa yang kau lakukan?"

"Hanya menonton televisi sambil makan cemilan."

"Camilan?, darimana kau mendapatkannya?"

"Dari benda balok dingin besar berpintu dua di dapurmu."

"Maksudmu kulkasku?"

"Sepertinya itu namanya."

"Hei!, pantas saja banyak persediaan makananku yang hilang tadi malam. Ternyata kau yang mengambilnya."

"Hanya sedikit, lagipula aku butuh camilan untuk menemaniku nonton televisi."

"Untung kau hanya mengambil makanan biasa di pintu kulkas bagian bawah, apa saja yang kau ambil?"

"Nasi goreng instan, susu putih kotak, dan coklat berukuran besar disebuah wadah."

"Eh, coklat besar disebuah wadah?, tunggu sebentar." Aku berlari menuju kulkas dan membuka pintu kulkas bagian atas.

Coklat favoritku menghilang.

Aku berjalan kearah ruang tamu dengan perasaan kecewa.

"Apa kau juga mengambil coklat yang ada di kulkas?, itu yang kau maksud tadi?"

"Iya."

"Itu coklat asli import langsung dari Belgia, pemberian ayahku. Harganya sangat mahal, aku juga baru mencicipi sedikit."

"Oh, jadi... Aku salah."

"Tentu saja salah, kau masuk rumah tanpa izin, mengambil makanan tanpa izin. Dan sekarang kau mengambil coklatku."
"Apakah masih ada?"

"Tadi malam masih ada, kurang lebih 1/5 dari wadahnya. Tapi kubawa pulang karena itu sangat enak. Tapi untuk sekarang sudah habis, sudah ku makan sebelum pergi kesini."

Freedom From The Demons ( Slow Update )Where stories live. Discover now