🥜 Kenapa mukanya? ✔

Start from the beginning
                                    

"Siap nona, maaf sekali lagi" jawab paman bodyguard

Tak lama panggilan berhenti, Cilla melempar handphonenya asal di atas kasur dan merebahkan tubuhnya.

"Tiru kakak kamu dong, dia yang bukan siapa-siapa aja ngasih kado"

"Aku ngasih kok"

"Mana? Nyatanya cuma Disa yang ngasih"

"Udahlah kalau memang nggak niat ya nggak niat aja. Nggak usah cari alasan, BASI TAU NGGAK"

Memori terdahulu terlintas begitu saja tanpa adanya persetujuan. Dirinya lelah.

"Kira-kira kado apa ya? Apa jas? Lumayan juga buat kerja. Harus 2, satu untuk bang Vitore satu lagi untuk kak Zeyn" monolog Cilla

Setelah itu ia mengambil handphonenya untuk searching mengenai model jas dan harga-harga. Ia juga harus menyesuaikan harga jas dengan uang tabungannya. Bagaimana pun ia harus berhemat sekarang.

"CILLA YUHUUU, MY COUSIN"

Teriakan menggelegar datang dari lantai bawah yang membuat Cilla terduduk di atas kasur. Dengan buru-buru dirinya beranjak dari kasur dan berlari keluar dari kamar.

Dengan napas yang sedikit ngos-ngosan, ia tiba di lantai bawah dengan menuruni tangga. Di sana sudah ada Alec dan beberapa teman laki-laki serta perempuan. Apa seperti reuni?

"Ada apa bang?" tanya Cilla kepada Alec yang duduk di kursi sofa single

"Boleh tolong bikinin minuman nggak?" pinta Alec menatap Cilla yang berdiri

"Kirain ada apa. Boleh, mau minum apa?"

Alec menatap teman-temannya seolah bertanya.

"Syrup"

Cilla mengangguk, kemudian berjalan menuju dapur untuk membuatkan minuman. Mbok Meli tidak di rumah karena harus menemani bibi Rika belanja.

Ia menyiapkan beberapa minuman dan tentunya dengan camilan sebagai pelengkap. Untung saja persediaan camilan masih banyak. Ia juga menyiapkan minuman untuk Alec, minuman kesukaannya.

Setelah selesai Cilla segera keluar dan menyajikan minuman itu kepada Alec dan teman-temannya. Namun ketika semua sudah ia sajikan ternyata minuman itu kurang. Perasaan tadi pas.

"Si Darzon baru sampai, tolong buatkan lagi ya" pinta Alec yang membuat Cilla mengangguk paham.

Pantas saja kurang

Cilla segera membuatkan minuman untuk Darzon. Tak lama karena hanya satu. Setelah selesai, dirinya berpamitan untuk kembali ke kamar.

"Cill, nih kakak kamu vc" ucapan Alec membuat Cilla berhenti sebelum tangga ke satu

Kemudian dirinya menerima sondoran handphone Alec dan membawanya sedikit jauh dari ruang tamu. Tidak ke kamar, melainkan ke ruang keluarga.

"Hallo adik manis" sapa Disa dari sebrang

"Hallo juga kakak" jawab Cilla tersenyum

"Sekarang hari perpisahan kelas 12 lo, kak Zeyn sama bang Vitore tadi sudah dipanggil. Sekarang mereka duduk-duduk manis" ucap Disa antusias

'Apa tadi, bang? Sejak kapan kak Disa manggil bang Vitore dengan sebutan bang?' batin Cilla heran

"Aku tunjukin ya, taraaaa" lanjut Disa mengarahkan kamera handphonenya ke Zeyn dan Vitore yang duduk berdampingan

"Kak, bang, ini Cilla. Say hello dong" ucapnya lagi

Cilla kira dirinya akan di sapa, ternyata salah. Bahkan mereka menoleh saja tidak. Ternyata tiga bulan merubah segalanya, yang dekat menjauh dan yang jauh mendekat. Sepertinya posisinya memang sudah digantikan oleh Disa.

Tak ingin berlarut dalam kecewa, Cilla mematikan telponnya setelah berpamitan. Mau marah tapi bukan siapa-siapa.

"Kenapa mukanya?" tanya Alec yang melihat wajah Cilla murung.












Meet malam minggu

Sampai jumpa di part selanjutnya. Saya ucapkan terima kasih telah bergabung di cerita 'Mengalah? Gak papa'

Semoga kita bisa bersilaturahmi disini.

Dukung penulis dengan memberikan Vote dan Follow juga.

Follow instagram

@d_peopl
@ydistani

Sampai berjumpa lagi teman-teman🤗

Mengalah? Gak papa (END)✔Where stories live. Discover now