Chapter 7

9 6 1
                                    

"dari mana kau tau kalau Felix menyukaiku?" Tanya Thumbelina, sangat tidak masuk akal jika seorang Felix yang begitu tampan menyukai gadis bodoh sepertinya.

Aldo menghembuskan nafas mendengar pertanyaan Thumbelina, ia juga menatap Tasya dan sepertinya kedua gadis ini tidak menyadari hal tersebut "kau juga tidak menyadarinya?" Tasya menggelengkan kepalanya ia tidak tau kalau Felix menyukai Thumbelina sebab laki-laki itu tidak pernah menunjukan tanda-tanda bahwa ia menyukai Thumbelina.

Aldo menepuk dahinya "jadi kalian berdua tidak sadar?" Tasya dan Thumbelina sama-sama menggelengkan kepala mereka sebagai jawaban "bahkan orang yang tidak mengenalnya pun sadar kalau Felix memang menyukai Thumbelina. Cara memandangimu dan berbicara padamu sudah sangat jelas. Dan juga apa itu tadi dia mengelus kepalamu sebelum dia pergi" Thumbelina memukul lengan Aldo haduhhh lelaki ini sepertinya sudah bosan hidup.

"Aldo, kau juga sering mengelus kepalaku dan Tasya bahkan kau juga pernah memeluk kita berdua apa itu berarti kau juga menyukai kita?"

"Tidak.. bukan begitu kau tidak mengerti? Dia menyukaimu hanya kau saja yang tidak sadar"

"Aldo lebih kau diam sebelum aku memakan kepalamu" ujar Tasya

"Kau memang zombi"

"Lagipula tidak mungkin Felix menyukai Thumbelina, dia tidak pernah menunjukan tanda-tanda untuk mendekati Thumbelina jadi tidak mungkin" Thumbelina mengangguk setuju dengan ucapan Tasya bukan hanya tidak menunjukkan tanda tapi SANGAT TIDAK MUNGKIN!! banyak gadis cantik di sekolah ini mengapa harus Thumbelina yang dia sukai?

"Kalian berdua benar-benar bodoh! Felix menyukai Thumbelina hanya saja Thumbelina tidak menyadarinya karena masih terjebak dalam perasaanpada mantannya Krist. Apa aku salah?" kesal Aldo.

Thumbelina terdiam sejenak mendengar ucapan Aldo yang tidak ada salahnya. Memang benar ia masih terjebak dalam perasaanya sendiri. Sangat sulit baginya untuk melupakan Krist.

"Kau merindukannya?"Tanya Tasya tiba-tiba pertanyaan diluar dugaan itu tentu saja menarik perhatian Thumbelina. Tak ada jawaban hanya keheningan di antara 3 sahabat yang sedang duduk bersama dalam kesunyian ruang seni. Tasya tidak ingin memaksa tapi jujur ia kasihan melihat Thumbelina yang larut dalam sedihnya sendirian sedangkan laki-laki sialan itu sedang tertawa bersama pacarnya. Diam itulah yang menjadi jawaban untuk Tasya "benar." ucapnya.

Thumbelina mulai merasa matanya memanas, dadanya mulai terasa sesak ia yakin ia akan menangis sekarang. Sungguh Thumbelina tidak mau menangis di depan Tasya dan Aldo terlebih lagi Tasya. Gadis itu sangat membenci Krist jika ia menangis karena  lelaki itu Tasya sudah pasti sangat marah. Tapi sekarang ia tidak bisa lagi menahan hatinya, ia ingin meluapkan rasa sakit hatinya.

"Aku mengerti perasaanmu tapi kau harus melupakannya, dia tidak pantas untukmu. Kau bisa lihat dia tidak merasa bersalah sama sekali bahkan dia terlihat bahagia. Kau tidak boleh kalah darinya, kau juga harus bahagia"

Thumbelina menundukkan kepalanya apa yang dikatakan oleh Tasya adalah benar. Ia harus bahagia sangat tidak adil jika hanya Thumbelina yang merasakan sakit itu. Tasya memegang dagu Thumbelina lalu mengangkat wajahnya "awas saja jika air matamu jatuh, aku akan marah" air mata yang tergenang di pelupuk mata itu sepertinya akan jatuh sekarang.

Thumbelina memanyunkan bibirnya bak anak kecil yang merajuk "tapi aku tidak bisa, aku ingin menangis bodoh!" Dengan begitu air matanya langsung jatuh temeng yang ia buat agar butiran air itu tidak jatuh kini hancur begitu saja. Tasya tertawa melihat Thumbelina sahabatnya ini benar-benar bodoh. Tasya menarik tubuh gadis yang menangis itu lalu memeluknya "haduhhh kasihan sekali si cantik ini yahh..  pacarnya di ambil sahabatnya sendiri" Tasya berkata sembari mengelus kepala Thumbelina. Mereka berteman cukup lama rasanya sudah seperti saudara sekarang. Dimana pun dan kapan pun itu mereka saling membantu satu sama lain.

LOVE IS IN DANGER Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin