Chapter 8

9 6 1
                                    

Seorang pria dengan kaca mata hitam yang bertengger di atas hidungnya berdiri sambil menghirup udara segar. Pria itu mengenakan celana jeans hitam dan kaus putih juga jaket yang menutup dari luar tak lupa sepatu sneaker putih yang ia pakai di kakinya. Angin yang tertiup kencang menggerakkan rambutnya yang agak panjang. Pria itu melepaskan kaca mata dan menatap ke sekelilingnya.

"Finally I'm back. Hai kota tercinta.." gumamnya. Pria itu bernama Clay Anandra ia baru saja tiba di Indonesia siang ini pukul 1.30 ia melakukan perjalanan berjam-jam dari inggris ke Indonesia. Pria yang sering di panggil dengan sebutan Art itu mulai menghela kopernya dan mulai berjalan ke arah loby. Matanya menatap kesana-kemari ia sedang mencari seseorang yang adalah kakak perempuannya sendiri.

"Dimana dia? Katanya ia akan tiba lebih awal" ucapnya sambil mencari keberadaan kakaknya itu. Beberapa pasang mata menatap ke arah Art khususnya para gadis-gadis muda yang mungkin melakukan perjalanan atau hanya datang menjemput keluarga atau orang-orang terdekat lainnya. Meskipun usia Art sudah menginjak 33 tahun ketampanan yang ia miliki tidak pudar. Kulit kuning langsat yang ia punya, hidung mancung dan rambut lurus menyempurnakan dirinya. Ia juga mempunyai tubuh atletis karena rajin berolahraga dan juga menjaga pola makan.

Omong-omong meskipun sudah menginjak kepala 3 Art tidak ada niatan sama sekali untuk menikah. Untuk pacaran entahlah terakhir kali ia pacaran mungkin sekitar 9 atau 10 tahun yang lalu, alasan mengapa mereka putus tidak ada yang tau hubungan mereka yang begitu romantis dan sehat selalu membuat orang-orang mengira bahwa mereka akan berjodoh di masa depan namun siapa sangka kalau mereka akan putus. Banyak omong kosong yang menyebar di lingkungan orang-orang yang ia kenal mereka mengatakan bahwa mungkin salah satu dari mereka selingkuh, ada juga mengatakan mungkin karena Art terlalu posesif. Namun semua omongan itu tidak pernah ia perduli kan sama sekali.

Art tersenyum sambil melambaikan tangan saat matanya bertemu dengan orang yang sudah ia cari-cari sejak tadi. Art berlari sekencang mungkin sambil menghela kopernya saat saat jarak sudah dekat ia melepaskan kopernya dan menyerang seorang wanita dengan pelukan. Wanita itu nampak terhuyung beberapa langkah ke belakang akibat terjangan dari pria yang bernama Art itu. Jika saja ia tidak memasang kuda-kuda yang kuat sudah pasti ia akan jatuh terpental ke belakang, mengingat perbedaan ukuran badan mereka yang sangat kontras.

Wanita itu adalah Gia. Ya Gia ibu dari Felix. Gia dan Art adalah saudara kandung. Hanya mereka berdua Gia adalah anak pertama dan Art si bungsu yang besar. Usia keduanya hanya terpaut 12 tahun yang berarti usia Gia sekarang 45 tahun. Orang tua mereka berdua telah meninggal menyisakan keduanya sendirian di dunia yang jahat ini. Gia dan Art saling menyayangi satu sama lain saling melindungi dan membela jika ada orang yang mengusik Gia maka Art akan maju paling depan begitu juga sebaliknya.

"I Miss you" ucap Art ia semakin mengeratkan pelukannya, ia menenggelamkan wajahnya dalam ceruk leher sang kakak.

Gia tertawa adiknya memiliki tubuh besar 0 tapi jiwanya tetaplah anak kecil yang manja meski ia tau sikap manjanya Art itu hanya untuk dirinya saja tidak pernah ia tunjukan pada orang lain. "Kita tidak bertemu hanya sebulan Art jangan berlebihan" Art melepaskan pelukannya lalu menatap tajam kakaknya

"Apa itu artinya kau tidak merindukanku?" Akan sangat jika Gia benar-benar tidak merindukannya sama sekali. Sangat jahat bukan?

"Ohhh ayolah bagaimana mungkin aku tidak merindukan adik kesayanganku ini" ucap Gia sambil mencubit gemas pipi Art. Keduanya tertawanya dan kembali berpelukan.

"Aku lapar, ayo pergi ke restoran" ujar Art. Cacing di perutnya sudah mengamuk meminta makan. Gia melepas pelukan "ayo kita pergi, ada restoran di dekat sini makanannya sangat enak" ujar Gia, keduanya pun pergi ke restoran yang di maksud.

LOVE IS IN DANGER Where stories live. Discover now