Bab 8

95 12 4
                                    

Ruka mendengkus kesal. Matanya sudah berotasi malas, melihat jam yang melingkar di tangannya berberapa saat. Ia kini tengah menunggu Jihoon untuk pulang bersama selesai kuliah.

Tidak biasanya memang. Tapi itu permintaan Jihoon sendiri untuk meminta Ruka pulang bersamanya hari ini, tapi pada kenyataannya 20 menit sudah Jihoon belum juga menampakkan diri setelah jam kuliahnya selesai.

Seperti bisul yang baru pecah saja, perasaan lega akhirnya datang pada Ruka. Ia melihat Jihoon yang muncul di hadapannya.

Jihoon melambaikan tangan, sambil senyum ke Ruka. Dan Ruka membalas lambaian tangan Jihoon.

"Lama banget!". Gerutu Ruka setelah Jihoon tepat di depannya.

Jihoon melirik Ruka sebentar, sambil ia mengambil helm dan memakainya.
"Ada urusan bentar tadi sama anak basket". Jawab Jihoon. "Tanya jadwal latihannya".

"Sejak kapan kamu ikut basket?". Tanya Ruka heran. Padahal Jihoon gak pernah minat olahraga bola besar itu.

"Ya cuman tanya doang jadwalnya". Kata Jihoon. "Kali aja si Jaehyuk mau ngikut. Dia kan demen tuh ama basket".

"Tapi Jaehyuk bisa tanya sendiri loh Ji".

Jihoon natap Ruka. "Udah sih gak usah di bahas. Kan aku bilang kali aja". Ujarnya lagi menutup topiknya.

Ruka hanya pasrah saja. Ia tidak lagi bersuara, ia memilih untuk menaiki jok belakang motor Jihoon. Perasaan setelah beberapa hari kemarin ia di bohongi oleh Jihoon menjadi boomerang tersendiri bagi Ruka. Nama Chaewon bahkan terus terlintas di pikirannya. Bukan Ruka kesengsem sama tuh cewek, tapi takut kalo Jihoon yang naksir.

Motor Jihoon pun akhirnya melaju dengan kecepatan standar. Menikmati angin sore di kota metropolitan ini emang paling enak sama pacar. Apalagi kalo pacarnya modelan Ruka. Udah mah cantik gak malu-maluin juga kalo di pamerin ke banyak orang.

Tujuan mereka kali ini mau pergi kulineran makan gudeg yang ada di blok M. Jihoon bilang ke Ruka kalo makanan khas Yogyakarta itu enak siapa pun juga bakalan ketagihan kalo udah nyicip. Makanya Ruka dari kemarin nagih minta makan gudegnya.

Hanya butuh waktu 1 jam, akhirnya mereka berdua sampai di rumah makan itu. Jihoon memesan gudeg ayam di tambah 2 porsi nasi hangat dan juga es teh manis biar makannya gak seret.

"Lo tau aja makanan nusantara di Jakarta Ji". Ucap Ruka sambil menyeruput sedikit kuah gudegnya.

"Ya tau lah. Kan gue anak Jakarta asli". Ujar Jihoon. "Lagi pula nih, jakarta tuh emang ladangnya makanan nusantara. Secara nih kota kan megapolitan. Dari daerah mana aja juga di tampung ama nih kota".

"Termasuk gue ya?". Kata Ruka menunjuk diri sendiri.

"Ya gitu". Jihoon mengangguk. "Lo harusnya bersyukur anak blasteran jepang masih bisa di tampung di sini. Ketemunya cowok kaya gue lagi. Terkeren sejakarta".

"Kalo nih es teh bisa gue sulap jadi air keras. Gak segan gue lempar ke lo deh Ji asli". Ruka menatap malas Jihoon karena celotehan pacarnya yang super pede.

"Itu artinya lo gak menerima gue apa adanya dong".

Ruka memicingkan matanya. "Maksud lo?".

"Gak papa".

"Dihh gak jelas!". Kata Ruka kembali menyantap gudegnya.

Setelah beberapa saat mereka pun akhirnya selesai makan. Mereka berencana untuk mampir dulu ke gramedia untuk membeli beberapa buku yang akan Jihoon butuhkan untuk referensi skripsinya yang sebentar lagi di depan mata.

Jihoon sendiri kadang ngerasa gak percaya seorang Jihoon akhirnya akan melepas masa kuliahnya dan gelar sarjana sebentar lagi akan tersandangnya. Dia terus ingat kata nyokabnya "kuliah yang bener! Biar bisa nafkahin bini! Bukan cuma bisanya bikin anak doang!". Bayangan wajah Rose terus terlintas kala Jihoon mengingat kalimat legend itu.

Perfect Girl (Jihoon X Ruka)Where stories live. Discover now