" Terimakasih sayang "

" Terimakasih istrinya mas, " ucap Gus Varo melemparkan senyuman kearah istrinya.

" Suami kamu romantis juga, " ujar Anthony setelah duduk dan menghabiskan minum nya.

" Namanya juga suami-istri. kamu sendiri bagaimana? " sahut Ning Kirana.

Anthony mengernyitkan dahinya sedikit bingung akan ucapan yang dilontarkan oleh kakaknya.

" Maksud kakak apa? "

"Kamu tidak ada niatan untuk menikah lagi? " ucap Ning Kirana yang memecahkan kebingungan Anthony.

" Itu urusan belakangan, " jawab Anthony sekenanya.

" Kamu itu sebentar lagi kepala empat Ghif. memangnya kamu tidak ingin berkeluarga lagi lalu mempunyai anak begitu? bagaimanapun nanti kamu bertambah tua. supaya ada yang mengurus dan memanjakan kamu, " oceh Ning Kirana.

" Kali ini aku setuju dengan ummah. Xavia khawatir nanti daddy kesepian, " sahut Ning Ziya mulai menatap sendu sang ayah.

" Don't be sad sweety, " ujar Anthony mengelus lembut kepala putrinya yang telah dilapisi hijab.

" Dengar Ghifari, yang penting kakak tidak mau tahu. waktu kamu nanti tiba di Dubai harus ada calon istri, " sahut Ning Kirana dengan nada yang tak ingin dibantah.

" Terserah, " jawab Anthony menatap malas kakaknya karena terus saja membicarakan tentang pernikahan padanya sedari beberapa hari yang lalu.

" Lihat daddy kamu itu! cuek seperti itu mana ada yang menempel, " ucap Ning Kirana mengomentari sifat cuek adiknya.

" Daddy memang seperti ini. walau sifatnya cuek, banyak perempuan yang antri dibelakang. hanya saja daddy mana peduli. yang dipikirkan daddy hanya kerja, " sahut Ning Ziya.

" Dan juga memikirkan kebahagiaan kamu sayang, " tambah Anthony atas ucapan yang dilontarkan oleh putrinya.

" I know, i am very grateful for all the happiness that daddy gave me "

Obrolan keempat orang berbeda gender tersebut menghabiskan beberapa menit hingga Gus Mahen datang menghampiri mereka.

" Makanannya sudah siap? " tanya Gus Mahen setibanya ia disana.

" Sudah mas, tinggal menunggu semuanya berkumpul di meja makan dulu, " jawab Ning Kirana menatap sayang suaminya.

" Daddy pergilah mandi lalu sarapan! " seru Ning Ziya kepada sang ayah.

" Kamu juga mas. nanti aku susul kamu untuk menyiapkan baju ganti kamu, " lanjut Ning Ziya menatap kearah dua pria jangkung yang sudah lama duduk manis di sana yang dimana langsung mendapatkan anggukan setuju dari kedua pria tersebut.

Lima menit setelah nya, Ning Ziya menghampiri kamar nya dan sang suami. seperti apa yang telah diucapkan olehnya beberapa menit yang lalu, bahwa Ning Ziya berniat menyiapkan baju ganti pria yang berperan sebagai suaminya tersebut.

Atasan baju casual berwarna hitam dan dipadukan dengan celana bahan kain berwarna cokelat susu telah dia sampirkan di sofa tunggal yang terletak di kamar miliknya.

Ning Ziya sedikit bosan melihat tampilan suaminya yang sering memakai sarung. biarlah kali ini ia siapkan celana untuk suaminya.

Hingga tak lama atensinya teralihkan oleh suara pintu kamar mandi yang dibuka oleh suaminya. tetesan-tetesan air masih tersisa di wajah tampan pria itu. sepertinya pria itu baru saja mengeramasi rambut hitam legamnya. bahkan wangi vanilla dan juga campuran floral semerbak hinggap menuju dinding-dinding hidung mancung Ning Ziya begitu Gus Varo membuka pintu kamar mandinya. tampaknya pria itu juga menggunakan sabun mandi milik istrinya.

" Ada apa? " tanya Gus Varo keheranan dengan perilaku istrinya yang hanya menatap diam kearahnya.

" Kamu keramas mas? kamu memakai sabun mandi aku? " tanya Ning Ziya melontarkan beberapa pertanyaan yang ada dibenaknya.

" Kamu lihat sendiri rambut mas basah. dan mas juga memakai sabun mandi kamu. mas suka karena baunya wangi. menempel terus, " jawab Gus Varo dengan tangannya yang beralih mengambil handuk putih disekitarnya.

Jangan lupakan bahwa pria itu masih memakai pakaian pagi tadi karena disaat ia beranjak masuk ke kamar mandi istrinya itu belum menyusulnya untuk menyiapkan baju ganti miliknya.

Lalu sekarang pria itu menyerahkan handuk yang ada ditangannya kearah istrinya berniat untuk dibantu mengeringkan rambutnya.

" Duduk disana mas. aku lelah jika berjinjit terus. kamu tinggi jika lupa, " ujar Ning Ziya memberi kode untuk meminta suaminya duduk di pinggir ranjang king size.

Gus Varo pun menuruti keinginan kecil istrinya tersebut. kedua anak Adam itu saling berhadapan dengan Ning Ziya yang mulai menggosok rambut milik suaminya. dan tak ayal suaminya itu turut memandang wajah cantik yang dimiliki oleh istri tercintanya.

" Jangan melihat aku terus! " Tegur Ning Ziya kepada suaminya. bukannya kenapa-kenapa, hanya saja ia akan bertambah salah tingkah jika suaminya itu terus-menerus menatap kearahnya.

" Ma syaa Allah, istrinya mas cantik banget. mas benar-benar gemas ingin menggigit pipi kamu sayang, " gumam Gus Varo yang didengar baik oleh Ning Ziya.

Oh ayolah, kata sayang yang terlontar dari bibir suaminya itu dapat membuatnya tidak karuan sekarang. lihatlah, pipi mulus Ning Ziya malah muncul rona merah bak tomat disana.

Sementara pelakunya hanya diam melihat reaksi yang diberikan istrinya. bahkan pria itu melemparkan senyuman yang begitu manis kearah Ning Ziya.

" Lihatlah, bertambah cantik jika ada merah-merahnya. persis seperti panggilan mas ke kamu, humaira, " ucap Gus Varo yang gencar untuk menggoda Ning Ziya.

" Mas diam tidak! " Ujar Ning Ziya sedikit kesal karena dirinya sudah dibuat malu.

" Tidak perlu malu sayang. memangnya salah jika suami bersikap seperti itu ke istrinya? "

Ning Ziya hanya menggelengkan kepalanya sebagai respon atas ucapan suaminya.

" Mas akan terus seperti itu. jadi biasakan, " pinta Gus Varo.

Detik itu pula Ning Ziya memberhentikan kegiatannya. dan Gus Varo malah tergerak untuk memeluk pinggang ramping istrinya.

" Mas suka wangi kamu. rasanya candu, " gumam Gus Varo.

Ning Ziya yang mendapat perlakuan tiba-tiba seperti itu pun kaget. apa benar pria yang dikenal cuek dan dingin itu malah bisa semanja dan seromantis ini kepada istrinya? rasanya Ning Ziya terus-terusan dibuat melayang oleh pria ini.

" Lebih baik kamu cepat berganti baju dulu mas. takutnya anggota keluarga yang lain menunggu kita sarapan, " suruh Ning Ziya kepada suaminya yang masih saja enggan untuk melepaskan pelukannya.

" Mas jadi lupa jika harus sarapan. efek dekat-dekat sama kamu jadinya seperti ini, " ujar Gus Varo.

" Mas cepat! jangan menggoda aku terus! " seru Ning Ziya.

" Iya sayang. jangan marah-marah! "

" Nanti setelah sarapan kita belajar, " lanjut Gus Varo yang mendapatkan kerutan bingung dari istrinya.

" Belajar apa mas? "

" Apa saja yang ingin kamu tanyakan sama mas. sekalian mas ingin tes kamu nanti, " jawab Gus Varo membuyarkan kebingungan Ning Ziya.

.
.
.
.
.

Vote dan komen!!

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Guliran Tasbih Aldevaro [Open PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang