1. Dahulu

30 5 0
                                    

"Keinginan yang berakhir luka"

Entah bagaimana maksud takdir itu, mempertemukan seseorang hanya sekedar membuat kenangan sementara dengan perasaan yang mendalam. Perbedaan pendapat mungkin bisa dipikirkan dan dibahas bersama untuk mendapatkan suatu argumen yang berasal dari perbedaan tersebut, berbeda jika perbedaan itu adalah agama.

"Fa? Hello... kamu ngelamun?" tanya seorang gadis berkacamata dengan rambut panjang tergerai serta poni panjang tipisnya.

"Ha? Maaf, tadi aku mikirin hal lain," jawab laki-laki itu.

"Toko? Ada masalah sama toko bunga kamu?"

"Enggak, kok. Nggak ada apa-apa."

Kedua insan itu berada di sebuah kelas yang tengah ramai di belakang karena para laki-laki sedang bermain game, berbeda dengan salah satu laki-laki yang duduk di depan bersama seorang gadis.

Gadis itu adalah Gloria dan ini bukanlah kelasnya, melainkan kelas laki-laki yang berada di sebelahnya. Mengapa ia di sini? Karena Gloria sedang meminta bantuan laki-laki disebelahnya yang pintar matematika. Kelasnya 12 IPS 2, sementara ia sedang berada di kelas 12 IPA 4.

Laki-laki pintar itu ialah Fattan, yang selalu mengajari Gloria sedari kelas sepuluh hingga sekarang yang menginjak kelas dua belas yang akan berakhir. Dulu, ia sempat bingung dengan Gloria yang selalu minta ia untuk mengajarinya, padahal keluarga gadis itu perekonomiannya dapat dibilang sangat tercukupi. Bahkan adik gadis itu memiliki asisten sendiri dan kedua orangtuanya memiliki bisnis sendiri. Lalu mengapa tidak mengikuti bimbel ataupun les saja?

Fattan sendiri juga tidak tahu dengan dirinya sendiri yang tiba-tiba tertarik untuk mengajari Gloria. Setelah lama mengajari dan seringnya komunikasi, sebuah perasaan kemudian muncul di antara keduanya. Walaupun itu timbul karena sebuah ketidak kesengajaan saat kelas sepuluh. Sikapnya pun berbeda saat bersama Gloria.

Sebelumnya, sikap Fattan sangat kaku dan berbicara pun hanya seadanya. Tidak seperti laki-laki lainnya yang langsung kenalan dan berbincang-bincang, sedangkan ia hanya diam di tempatnya sambil membaca buku seperti seorang kutu buku. Mungkin ia sedang beradaptasi dengan sekolahnya pada saat itu.

Dahulu, saat baru menginjak kelas sepuluh dan terdapat anak dari kelas lain yang masuk ke kelas Gloria, gadis itu hanya bersikap biasa saja dan menganggap jika mereka murid-murid biasa seperti teman sekelasnya. Salah satu dari mereka adalah Fattan, laki-laki dengan wajah datar, tubuh tinggi dan kulit bersih yang selalu memikat guru dengan kepintaran. Apalagi dalam bidang matematika.

Awal mula pendekatan Gloria dan Fattan adalah dari rasa keingintahuannya Gloria tentang laki-laki itu. Sebuah tugas kelompok yang sering muncul dan ketidaksengajaan yang terus-menerus mempertemukan mereka membuat keduanya tanpa sadar saling terus berkomunikasi yang menimbulkan rasa nyaman di antaranya.

"Eh, Gloria!" panggil Meera saat Gloria tidak melanjutkan mengetiknya.

Mereka sedang berada di rumah Meera, mengerjakan tugas kelompok di ruang tamu dengan para laki-laki yang sedang bermain game serta hanya menghabiskan camilan saja. Namun Fattan tidak. Laki-laki itu justru sangat serius menatap laptop milik Meera yang terdapat stiker anggur dengan tangannya yang sibuk mengetik.

"Ha? Apa, Ra?" balas Gloria.

Meera yang sempat melihat arah tuju pandangan Gloria dan langsung memicingkan matanya ke arah temannya. "Lo suka Fattan ya? Jujur aja sama gua," kata Meera dengan suara kecil agar Fattan tidak mendengarnya.

SUKA NAMUN LUKA (Selesai)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن