Beberapa menit menunggu, pasangan pengantin itu mulai memasuki aula gedung pernikahan. lantunan gesekan suara biola mengiringi jalan mereka. lampu-lampu menyorot kepada sang tokoh utama hari ini. berjalan dengan Ning Ziya yang melingkarkan tangannya kepada lengan suaminya.

Penampilan mereka begitu memukau hari ini. Ning Ziya dengan gaun yang menjuntai panjang berwarna silver dengan headpiece yang dikelilingi oleh beberapa berlian dan emas putih.

Mungkin terlihat begitu berlebihan, tapi hal ini sudah diatur sedemikian rupa oleh Anthony sendiri. pria itu memberikan yang terbaik untuk putrinya. mengeluarkan banyak gepok uang untuk headpiece berlian dan emas putih yang hanya digunakan semalam saja pun Anthony lakukan. tidak ada kata yang habis jika menyangkut putrinya.

Lagipula siapa yang akan menghabiskan uangnya jika bukan putrinya.

Penampilan Gus Varo juga tak kalah menonjol. pria itu menggunakan kemeja putih dengan balutan jas hitam senada dengan celana yang dipakainya. dan jangan lupakan sedikit bunga-bunga kecil yang menghiasi kantong atas kemeja nya.

Sebenarnya pria ini jarang sekali memakai celana. bahkan bisa dihitung jari. tapi kali ini ia menuruti kemauan Anthony dan membuat semua orang yang mengenal Gus Varo dibuat pangling olehnya karena penampilan yang sungguh berbeda dari biasanya.

" Gus Varo dan Ning Ziya cocok sekali, " ujar Nadin.

" Kamu benar. sama sekali tidak menyangka jika mbak Xavia itu Ning kita sendiri, " sahut Mira.

" Mira, Nadin, " panggil Ning Amara.

" Ning Amara, " sapa mereka berdua.

" Ayo, kalian tidak ingin ikut bergabung disana? kak Ziya dn Gus Varo ingin lempar bunga, " ucap Ning Amara.

" Ayo Ning, siapa tahu sehabis pulang dari sini ada yang melamar, " celetuk Mira.

" Jangan halu kamu! " seru Nadin memutar bola matanya malas.

" Kenapa? iri kamu? " balas Mira kepada Nadin.

" Amit-amit penyakit hati, " celetuk Nadin.

Ditengah pertengkaran mereka, para wanita telah berdiri didepan panggung pengantin. bahkan keluarga dari mempelai juga ikut serta.

Mengenai tempat duduk di acara ini tidak dicampur baurkan. untuk tempat duduk para wanita berada didepan dekat dengan panggung pengantin. sementara tempat duduk para pria berada di bagian belakang.

" Kakak ipar ayo lempar bunganya, " ucap Gus Zaidan.

" Kamu semangat sekali, " sahut Gus Arsha.

" Tidak masalah Gus. siapa tahu sehabis ini saya yang menyusul, " balas Gus Zaidan.

" Yakin sekali kamu "

" Percaya diri itu diperlukan Gus, " ujar Gus Zaidan.

" Terlalu percaya diri juga tidak baik. nanti jatuh baru tahu rasa, " cetus Gus Arsha.

" Kamu seperti mas Varo Gus. pedas sekali jika sudah berbicara, " sindir Gus Zaidan.

Gus Arsha hanya diam tak menjawab. ia memperhatikan pasangan yang ada didepannya. sementara Ning Ziya yang berada diatas panggung bersiap untuk melempar bunganya.

Mereka yang ada dibawah pun sudah berancang-ancang untuk menangkap bunga tersebut. dan dalam hitungan ketiga bunga tersebut akhirnya terlempar dan mengenai sesosok pria yang ada dibelakang sana.

" Gus Arsha? "

Tepat sekali bunga itu mendarat mengenai tangan Gus Arsha. bahkan sang penangkap pun terkejut saat ini.

" Saya yang ingin, tapi kamu yang dapat Gus, " ujar Gus Zaidan.

" Benarkah ini? " tanya Gus Arsha menatap bunga ditangannya tak percaya.

" Iya. ingin menyusul kapan Gus? " tanya Gus Zaidan menggoda pria disampingnya.

" Jangan bercanda kamu Gus! saya belum siap menikah. masih ingin menikmati masa lajang, " balas Gus Arsha.

" Sana ke depan! beri ucapan selamat ke pengantin nya "

" Siapa kamu suruh-suruh saya? " tanya Gus Arsha sedikit kesal.

" Saudara ipar kamu. bukannya mas Varo nikah sama Ning Ziya? "

" Kamu memang menyebalkan. persis seperti yang dikatakan oleh Gus Varo, " ujar Gus Arsha menatap kearah Gus Zaidan.

Belum juga Gus Zaidan membalas ucapan pria muda didepannya, Ning Kirana terlihat menghampiri mereka.

" Bang Arsha ke depan sana, " pinta sang ummah.

" Iya ummah, " patuh Gus Arsha.

Tanpa berlama-lama, Gus Arsha pun mulai berjalan kearah sang kakak. dan para tamu tadi pun juga sudah duduk kembali ke tempat mereka masing-masing.

" Setelah ini menyusul Gus? " ujar Gus Varo bercanda.

" Saya masih muda Gus, nanti saja, " jawab Gus Arsha sesampainya didepan sepasang pengantin itu.

Gus Arsha mengalihkan pandanganya kearah Ning Ziya sembari menyodorkan bunga yang didapatkan olehnya.

" Kakak pegang saja bunganya. tidak mungkin Arsha bawa pulang nanti, " ucap lelaki itu.

" Tidak ingin dibuat kenang-kenangan? " tanya Ning Ziya.

" Buat apa kak? lagi pula nanti bunga nya layu, " balas Gus Arsha.

" Ya sudah terserah kamu saja "

" Arsha belum ingin menikah terlebih dahulu. Arsha ingin menikmati hari-hari Arsha dengan kak Ziya, " ujar Gus Arsha.

" Kakak kamu akan tinggal dengan saya di Jawa Timur Gus, " sahut Gus Varo.

" Disini saja Gus. nanti saya rindu dengan kak Ziya bagaimana? "

" Lagi pula lebih enak disini daripada di Jawa Timur, " lanjut Gus Arsha.

" Saya sudah membeli rumah disana "

" Gus Varo terlalu terburu-buru. jual saja rumahnya, " ujar Gus Arsha spontan.

" Arsha, " tegur Ning Ziya.

" Sebulan saja tinggal disini. di penthouse milik paman Anthony. bagaimana? " pinta Gus Arsha lanjut bernegosiasi dengan kakak iparnya.

" Kamu pikir saya tidak ada kerjaan sampai selama itu? " ucap Gus Varo dengan tampangnya yang datar.

Ning Ziya hanya terkekeh melihat kedua pria yang ada didepannya. apa mereka tidak malu diperhatikan oleh keluarga yang lain?

" Arsha, nanti kita bicarakan lagi. sekarang kamu turun dulu dan duduk dengan keluarga yang lain. kamu belum makan malam bukan? "

" Peluk dulu, " pinta Gus Arsha.

" Sini, " sahut Ning Ziya dengan merentangkan tangannya menyambut tubuh jangkung adiknya.

" Jangan lama-lama! " ucap Gus Varo menginterupsi.

" Tidak boleh iri Gus, ini kakak saya, "

" Istri saya juga, " balas Gus Varo.

" Lepaskan kak! Arsha ingin turun terlebih dahulu takut dimarahi oleh pawang kakak, " gumam Gus Arsha.

" Ada-ada saja kalian ini, " ujar Ning Ziya dengan tersenyum manis menatap kedua pria yang disayangi olehnya.

.
.
.
.
.

Vote dan komen!!

Sun, 31 Dec 2023
22.02 WIB

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Guliran Tasbih Aldevaro [Open PO]Where stories live. Discover now