05. Rumah sederhana

76 8 3
                                    

Sebelum baca, alangkah baiknya vote dulu. Terimakasih<3.

Happy reading ~

Roro Jonggrang beserta Patih Gupala, Arum Kirani dan Sri berhasil kabur dari Kerajaan melalui belakang istana. Mereka berempat lari menuju ke perkampungan penduduk.

Dilain pihak, Bandung Bondowoso sangat marah kala mengetahui jika Roro Jonggrang beserta keluarganya kabur. Tak tahan dikuasai amarah, Bandung Bondowoso sampai mengacak-acak isi kamar.

"Arghh, dimana kau Roro Jonggrang!" Teriaknya. Dengan mata berapi-api, ia meninju cermin hingga cermin itu pecah dan melukai tangannya. Sedangkan Sanjaya yang menyaksikan kemarahan sepupunya hanya diam saja, dirinya tak berani menenangkan apalagi mendekat. Ia tak seberani itu, ia masih sayang nyawa.

"Akan aku temukan kau secepatnya, dan akan ku hukum kau atas perbuatanmu itu." Bandung Bondowoso berbalik badan, "Sanjaya, kerahkan prajurit elit untuk mencari mereka!"

Dilain sisi, Roro Jonggrang, Patih Gupala, Arum, dan Sri berdiam diri disebuah rumah yang baru saja mereka beli. Rumah sederhana yang terbuat dari kayu, itu mampu untuk mereka bertahan.

"Hamba tidak menyangka jika Ndoro menyelamatkan kami." Ucap Patih Gupala kepada Roro Jonggrang. Saat ini mereka sedang berkumpul sambil memakan singkong rebus.

"Benar, anda sangat beda sekali jika menyamar seperti itu. Anda patut mendapatkan penghargaan soal penyamaran terbaik!" Puji Arum Kirani.

Roro Jonggrang tersenyum hangat, namun wajahnya berubah sendu seketika. Semua yang melihat perubahan wajah Ndoronya kini merasakan sedih, ia paham jika Ndoronya kini sedang berduka akibat kematian Prabu Boko kemarin.

"Kami turut berdukacita atas meninggalnya Prabu, Ndoro. Jujur, hamba sangat merasa bersalah karena tak bisa melindungi Prabu dari serangan Bandung Bondowoso." Ucap penyesalan Patih Gupala. Semuanya menundukkan kepala, mereka sangat sedih atas kondisi Kerajaannya kini.

Roro Jonggrang menangis, Gupala selaku sepupunya kini mencoba menenangkan Roro Jonggrang dengan memeluknya.

••••

Bandung Bondowoso pergi ke perkampungan dengan ditemani oleh Sanjaya dan beberapa prajurit, tanpa menyamar sebagai rakyat biasa. Pemuda itu turun dari kudanya dan mengundang tatapan heran orang-orang yang ada dipasar.

"Wahai rakyat Prambanan, berkumpul lah. Aku akan menyampaikan sesuatu." Mendengar perkataan Bandung Bondowoso, orang-orang yang ada disana bergerombol mendekat.

"Aku adalah Bandung Bondowoso, Putra mahkota Kerajaan Pengging. Prambanan telah takluk olehku, Raja Prambanan— Prabu Boko, sudah kubunuh. Dan aku adalah calon Raja baru kalian." Bandung Bondowoso diam sejenak, mendengar ucapan Putra mahkota Pengging itu para warga berbisik-bisik.

'Ini tidak mungkin.'

'Prabu kita yang sesakti itu bisa ditaklukkan oleh Pangeran itu!'

'Bagaimana nasib kita kedepannya?'

"Kedatanganku kemari untuk menyampaikan bahwa Putri kalian, Gusti Ayu Roro Jonggrang telah kabur bersama Patih Gupala dan Roro Arum Kirani. Aku ingin kalian membantuku untuk menemukan Putri Roro Jonggrang, jika ada orang yang menemukannya, akan kuberikan 10 ekor sapi dan 100 emas bagi yang berhasil mendapatkan petunjuk."

Para warga merasa tergiur oleh tawaran calon Raja Prambanan itu. Mereka berbalik badan dan berbondong-bondong untuk mencari keberadaan Putri Roro Jonggrang.

Sedangkan dibalik salah satu gubuk disana, Roro Jonggrang bersembunyi bersama Gupala. Hatinya sedih dan kecewa melihat para rakyatnya yang mendukung Bandung Bondowoso untuk mencarinya.

Seribu Candi untuk Roro Jonggrang (On Going)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora