02. Pasukan Pengging

77 9 1
                                    

Roro Jonggrang dan Roro Arum pergi ke taman bersama, kemarin— Arum mengajak Roro Jonggrang untuk minum teh bersama di taman Kerajaan.

Disini kedua gadis itu sedang tertawa terbahak-bahak, Roro Arum adalah gadis yang konyol. Candaannya membuat Roro Jonggrang tertawa geli.

"Hahahahah, Arum! kau ini sangat lucu sekali, hahaha." Roro Jonggrang tertawa sambil memegang perutnya, sungguh lelucon Arum ini membuat dirinya tertawa hingga mengeluarkan air mata.

"Astaga Ndoro, tidak boleh seorang bangsawan tertawa seperti itu." Tegur Sri.

"Tidak apa-apa lah, Sri. Hanya ada kita disini, jadi kita bebas mau ngapain aja." Sahut Arum.

Tiba-tiba ada seorang dayang yang berlari kencang ke arah mereka dengan raut muka yang panik.

"Dayang Sri, dayang Ambar, Gawat! Pasukan Pengging menjajah Kerajaan kita. Bawa Ndoro Putri dan Ndoro Arum sembunyi! Cepat!."

Mendengar ucapan dari seorang dayang itu, membuat semua gadis yang disana terkejut. 'Pasukan Pengging?'

Dayang Sri dan Dayang Ambar segera membawa Ndoronya pergi dari sana dan bersembunyi. Mereka ber-empat berlari menuju ke arah belakang istana, tempat itu adalah tempat yang paling aman dari pasukan Pengging.

Sesampainya dibelakang istana, dayang Sri membuka sebuah ruangan kosong untuk tempat persembunyian mereka. "Sebaiknya kita disini dulu, Ndoro."

Raut wajah Roro Jonggrang begitu ketakutan, "Apa yang sebenarnya terjadi, Sri?"

"Pasukan Pengging telah menyerang Kerajaan kita, Ndoro. Seperti yang sudah Raja mereka sumpahkan pada 10 tahun yang lalu. Dan kini, sumpah itu benar-benar terjadi." Kini dayang Ambar yang membuka suara.

"Sumpah?" Beo Roro Jonggrang.

Arum gemas, ia mencubit pipi Roro Jonggrang, "Apakah Ndoro Putri sudah lupa? Raja Pengging dulu pernah bersumpah akan menyerang Kerajaan Prambanan dan akan membunuh Prabu Boko." Roro Jonggrang membulatkan matanya.

"Ayah? Tidak! aku akan keluar dan menyelematkan ayah." Roro Jonggrang ingin membuka pintu, namun hal itu dengan cepat dicegah Sri dan Ambar.

"Kami mohon jangan gegabah dulu, Ndoro. Keadaan diluar sangat berbahaya." Ucap Sri memohon.

"Lalu bagaimana dengan ayahku? bagaimana jika beliau terbunuh oleh Bandung Bondowoso." Geram Roro Jonggrang, tatapannya menajam.

"Ndoro, kami mohon. Ini demi keselamatanmu, Prabu Boko tidak semudah itu untuk dikalahkan, Yang Mulia punya kekuatan yang sangat luar biasa. Hamba yakin, Prabu Boko akan menang melawan pasukan Pengging." Ucapan Arum membuat Roro Jonggrang pasrah dan duduk kembali di tempatnya.

Sementara keadaan diluar sana sangat ricuh, pertumpahan darah terjadi di area Kerajaan. Banyak sekali prajurit-prajurit yang tumbang.

"Bandung Bondowoso, akun akan membunuhmu!" Teriak Prabu Boko, Bandung yang mendengar itu lantas tertawa. "Hahaha, silahkan saja. Yang akan terbunuh aku atau kau!"

Prabu Boko geram, ia mengeluarkan kerisnya dan menyerang Bandung. Prabu Boko dibantu oleh Patih Gupala. Patih Gupala melawan Patih Sanjaya.

Terjadi pertarungan sengit diantara keduanya, mereka saling serang dan saling menghindar. Prabu Boko yang begitu sakti pun kualahan melawan Bandung Bondowoso.

"Hahaha, dimana kekuatan raksasamu itu tua bangka? apakah kekuatanmu itu sudah menghilang?" Hina Bandung. Stamina Prabu Boko mulai melemah akibat ia terlalu besar mengeluarkan tenaga. Melihat Prabu Boko melemah, dengan cepat Bandung Bondowoso menancapkan kerisnya ke jantung Prabu Boko.

Seribu Candi untuk Roro Jonggrang (On Going)Where stories live. Discover now