04. Perhatian lebih

89 8 0
                                    

Happy reading ~

Bandung Bondowoso masih setia merawat Roro Jonggrang yang tak kunjung sadar. Mulai dari mengobati, membersihkan luka, membersihkan badan, dan lain-lain. Ia melakukannya rutin tanpa bantuan dari para dayang.

Semalam, Bandung Bondowoso tidak bisa tidur. Ia terus saja memikirkan kondisi Roro Jonggrang, bahkan semalam dirinya tidur di sofa.

Saat ini, dirinya mengobati luka gadis yang dipujanya itu. Tak henti-hentinya ia berdecak kagum akan makhluk yang ada dihadapannya saat ini, begitu cantik dan mempesona. Luka yang ada di wajah dan ditangannya itu tak mengurangi sedikitpun kecantikannya.

Bandung Bondowoso membelai lembut pipi Roro Jonggrang, ia terus saja menatap objek indah ciptaan Tuhan.

"Kau harus tanggung jawab, Putri. Karena sudah membuatku jatuh cinta dan tergila-gila kepadamu." Bandung Bondowoso berbicara sendiri, padahal yang diajak bicara tidak sadar.

••••

Malam hari pun tiba, Kamar Bandung Bondowoso hening karena ditinggal pemiliknya. Di dalam kamar itu terdapat seorang Putri yang cantik jelita tengah berbaring, seakan asyik dengan mimpinya, gadis itu tetap nyaman tertidur— tak ada niatan untuk bangun.

Namun, tiba-tiba jari lentiknya itu bergerak. Kedua matanya yang indah bak mata rusa perlahan-lahan membuka, menampilkan manik mata berwarna coklat yang indah. Bibirnya bergetar, ia menggumam dengan nada terpatah-patah.

"A-air... air, a-aku haus." Gumamnya dengan lirih. Dengan tubuh yang lemah dan tak berdaya, Roro Jonggrang bangun dari tidurnya. Ia mencoba berdiri, untuk mengambil air yang berada di meja. Namun, sebelum meminum airnya, tiba-tiba saja tubuhnya limbung, sampai gelas yang berada di tangannya jatuh sehingga membuat kebisingan. Mendengar ada sesuatu dari dalam kamar, prajurit yang berjaga di depan pintu langsung masuk untuk mengecek, ada apa disana?.

Ternyata, mereka menemukan Putri Roro Jonggrang yang terbaring di lantai. Dengan cepat, salah satu dari mereka berlari untuk melapor kepada Pangeran Bandung Bondowoso tentang kondisi Putri Roro Jonggrang.

Dilain sisi, Bandung Bondowoso yang mendengar bahwa Putri Roro Jonggrang jatuh dari tempat tidur pun langsung menghampirinya. Sebenarnya, Pangeran itu tengah sibuk dengan urusan Kerajaan yang penting. Namun ia tinggalkan, karena baginya yang lebih penting dari apapun itu Roro Jonggrang.

"Sayang!" Bandung Bondowoso menghampiri Roro Jonggrang, di angkatnya tubuh mungil itu dan dibaringkannya diatas kasur.

Bandung Bondowoso mengecek badan Roro Jonggrang, apakah dia terluka? setelah dibolak-balikkannya tubuh mungil itu ternyata tidak ada luka sedikitpun. Hanya luka kemarin saja, yang sedikit mengering.

"Airhh, aku ha-haus." Bandung Bondowoso langsung berdiri mengambil segelas air untuk Roro Jonggrang.

"Minumlah." Bandung membantu Roro Jonggrang meminum air. Lalu, gadis itu kembali terbaring setelah selesai meminum air. Tenggorokannya terasa kering, kepalanya juga pening. Ia lemas rasanya, pandangannya menyapu ke arah ruangan yang ditempati nya kini. Terasa tidak asing.

"Dimana aku?" Gumamnya.

"Tidurlah, jangan terlalu banyak bergerak. Nanti kau sakit." Bandung Bondowoso menegur. Roro Jonggrang menggeleng, "Dimana aku?"

"Kau berada di kamarku, Putri Roro Jonggrang." Bandung Bondowoso memberitahu.

Mendengar jawaban dari lelaki tampan disampingnya kini membuat Roro Jonggrang bingung. "Ini kamar ayahku." Roro Jonggrang terlihat tidak terima dengan jawaban Bandung Bondowoso yang mengklaim jika kamar ini adalah kamar miliknya. Padahal, ini adalah kamar yang ditempati ayahnya— Prabu Boko.

Seribu Candi untuk Roro Jonggrang (On Going)Where stories live. Discover now