Dua Puluh Tiga

1K 54 1
                                    

Bantu vote, ya.

Pagi hari yang cerah ini diawali dengan Maxi yang menggeliat pelan di ranjangnya. Sorot matanya terpaku pada sesosok gadis yang tertidur disebelahnya. Begitu cantik dan menawan. Ia sungguh sangat memuja gadisnya itu.

Lengannya yang sedari malam menjadi bantalan kepala Zhelica kini ia tarik secara perlahan. Ia akan mandi terlebih dahulu sebelum membangunkan Zhelica dan mengajaknya sarapan.

Sebuah ketukan pintu terdengar kala Maxi baru saja keluar dari dalam kamar mandi. Langkah lebarnya beralih menuju pintu, sebelum membukanya Maxi mengintip di Door Viewer, memastikan bukan orang asing yang mengetuk pintu kamarnya.

"What's wrong, Mom?" tanya Maxi kala pintu terbuka menampakkan wajah panik Sang Mommy.

Rosa, wanita paruh baya itu, tak menjawab, setelah pintu terbuka ia bergegas masuk ke dalam, menghiraukan pertanyaan yang terlontar dari mulut anak tunggalnya.

Helaan nafas lega ia keluarkan saat matanya menangkap siluet seorang gadis yang masih terlelap di kasur king size. Badan Rosa berbalik menghadap Maxi yang berdiri dibelakangnya.

"Kamu bikin Mommy panik aja! Kenapa gak bilang kalo Zhelica tidur sama kamu? Mommy fikir dia hilang tadi pas denger kabar dari Stella,"

Wajah cantik nan awet muda milik paruh baya itu mendelik, menatap sinis wajah tampan rupawan Maxi yang mirip dengan wajah suaminya saat dulu.

Kedua alis tebal Maxi mengernyit.

"Sorry, Mom. Kemarin Lica ke kamar aku, aku fikir dia bilang dulu sama teman sekamarnya itu,"

Masih dengan wajah kesalnya, Rosa berucap.

"Bangunin Zhelica, ajak dia ke bawah buat sarapan. Dia gak boleh telat makan, Max,"

Maxi mengangguk.

"Iya, Mom. Sebentar lagi aku dan Lica menyusul ke bawah,"

🐰🐰🐰

"Halaw semuanya!" seru Zhelica saat dirinya dan Maxi menginjakkan kaki di Restoran Hotel. Kedua tangannya melambai kearah beberapa orang yang sedari tadi menunggu kedatangan dirinya dan lelaki disampingnya.

"Hai, Zhel!" sapa Stella yang mendengar seruan dari gadis pendek yang kini duduk di kursi di hadapannya, tak lupa dengan lelaki jangkung berkaos hitam disamping gadis itu.

Rosa dan Edward membalas dengan senyuman, melihat kedua anaknya yang semakin hari semakin menempel saja.

"Hello, Bu Bos, selamat pagi!" pekik Aston dengan mulut yang penuh dengan potongan buah melon, tersenyum menatap Zhelica dan Maxi.

Yang dibalas dengan tatapan maut dari Maxi. Tangan kirinya terangkat dan ia taruh di pinggang ramping gadisnya lalu mengusapnya secara teratur.

"Mau mam sekarang, sayang?"

Suara Maxi mengalun lembut di pendengaran Zhelica. Zhelica beralih menatap Maxi yang tadi berbisik disebelah telinganya.

Zhelica mengangguk.

"Eum.. Lica mau mam, Lian," ujarnya dengan wajah mendongak, menatap wajah rupawan Maxi.

Pagi ini mereka sarapan bersama dengan disertai lelucon teman-teman Zhelica dan Maxi yang hanya dianggap angin lalu oleh Maxi sendiri, sedangkan Zhelica menanggapi dengan kekehan yang begitu nyaring ditelinga mereka. Rosa dan Edward hanya tersenyum, mereka seakan kembali muda lagi jika seperti ini.

Maximillian the Possessive GuyWhere stories live. Discover now