Dua Puluh

2K 61 8
                                    

Bantu vote, ya!

Maaf banget kalo ceritanya nya garing huhuu(⁠⊃⁠。⁠•́⁠‿⁠•̀⁠。⁠)⁠⊃

***

Seminggu setelah pembahasan Maxi dan Zhelica mengenai Thailand, kini mereka berdua baru saja menyelesaikan acara packing nya. Sebenarnya hanya Maxi yang memasukkan semua bajunya kedalam koper, Zhelica hanya memilih sebagian baju yang akan ia bawa. Selebihnya Maxi lah yang mengatur semuanya.

Kini keduanya sedang berleha-leha diatas kasur king size di kamar utama. Zhelica merebahkan sebagian tubuhnya diatas badan kekar nan berotot milik Maxi. Rasanya keras!

Oh iya! Rencananya mereka akan berangkat besok pagi menggunakan pesawat pribadi milik keluarga Maxi. Tentu saja itu berlandaskan atas usul dari Tuan Maximillian sendiri. Zhelica hanya tahu beres saja soal itu.

"Liaaann" seru Zhelica dengan sedikit berirama. Dirinya tengah memainkan hidung mancung kekasihnya, mengusapnya hingga mencubitnya pelan.

Mendengar panggilan itu, sontak lelaki berparas tampan itu terkekeh.

"Kenapa, sayangku? Hm?" tanyanya dengan membalas mencubit pelan hidung mungil gadisnya.

"Gimana kalo ajak Mommy sama Daddy? Ajak temen-temen yang lain juga, biar seru tau"

Maxi mengernyit sejenak. Beberapa detik kemudian mengangguk singkat setelah sadar topik yang dibahas Zhelica.

"Kamu gak mau berdua sama aku?" tanya Maxi dengan nada sok dramatisnya, ditambah dengan bibir yang cemberut. Sungguh tak cocok!!!

Sontak Zhelica menggeleng ribut, rautnya terlihat panik kala melihat wajah sedih Maxi.

"No no no, Lica gak bermaksud kayak gitu" balasnya.

Kedua tangannya sudah Zhelica lingkarkan dileher lelaki-nya. Wajah cantiknya ia sembunyikan di ceruk leher Maxi dengan kecupan-kecupan ringan ia berikan seolah tengah menenangkan Maxi.

"Lica suka berdua sama Lian kok, suka banget malah" dengan tangan kanan Zhelica mengusap-usap lembut tengkuk Maxi.

Dibalik pelukannya, Maxi tersenyum puas. Merasa nyaman dengan posisinya saat ini, apalagi dengan sebuah tangan lembut yang meraba area tengkuk lehernya. Wajah tegasnya masih ia sembunyikan, kini dengan mendusel ria disana.

"Tapi kita ajak yang lain juga, yaa? Lica mau ngerasain liburan bareng Mommy sama Daddy nya Lian" lanjut Zhelica pada akhirnya.

Senyum yang tadi Maxi perlihatkan kini digantikan dengan wajah datarnya, matanya seakan menghunus tajam. Tentu saja itu tak diketahui oleh sang kekasih tercinta. Tidak mungkin Maxi seperti itu didepan Zhelica, yang ada gadisnya akan membenci dirinya.

Ia menghela nafasnya kasar. Mendengar hal itu ia hanya mengangguk, mengiyakan keinginan Zhelica. Ini permintaan Zhelica, ingat! Dirinya tidak mungkin menolak.

Gadis cantik jelita itu sontak melepaskan pelukannya, membuat Maxi merasa kehilangan kenyamanan yang tadi sempat ia rasakan. Menyisakan kedua tangan Zhelica yang menggenggam jari tangan besar Maxi.

"Beneran?!" pekik Zhelica dengan senyum tertahan.

Terlihat lelaki berparas tampan itu tersenyum geli melihat tingkah Zhelica. Gadisnya ini kenapa seakan tengah mendapat hal yang luar biasa? Lucu sekali.

Satu tangan berurat Maxi terangkat dan kini berada diatas pucuk kepala Zhelica. Mengelus surai indah gadisnya yang ia sukai.

"Iya, sayang. Kita ajak Mommy, Daddy, sama temen-temen yang lain juga ya?"

"Yeyyy!" pekik Zhelica pada akhirnya.

Maxi membawa tubuh Zhelica ke pelukannya, mengelus punggung sempit itu dan memberi kecupan singkat di pipi gadisnya. Sungguh, kebahagiaan Zhelica adalah kebahagiaannya juga. Senyuman Zhelica adalah alasan ia juga untuk tersenyum. Jadi sebisa mungkin apapun itu yang bisa ia lakukan pasti ia akan turuti keinginan Zhelica.

***

"Loh? Tumben kamu ajak Mommy sama Daddy?"

"Ini kemauan calon menantu Mommy" balas Maxi saat dirinya memberitahu perihal rencana Zhelica tadi siang. Malam ini juga setelah dirinya dan Zhelica menyelesaikan makan malamnya, ia langsung menelfon sang Mommy. Setelah tadi siang ia memberikan kabar juga pada teman-temannya dan teman Zhelica.

"Udah, sayang?" tanya Maxi saat melihat gadisnya keluar dari kamar mandi.

Tadi Zhelica ia suruh untuk mencuci muka dan gosok gigi.

Zhelica mengangguk. Tubuhnya ia rebahkan di kasur king size sebelah Maxi yang tengah duduk bersandar pada kepala ranjang.

"Ini, bicara sama Mommy" suruhnya memberikan benda pipih berwarna hitam itu.

"Mommy" panggil Zhelica pelan.

"Hai, babygirl! Apa kabar?" balas Rosa, Mommy Maxi girang. Ia begitu merindukan sosok gadis mungil itu.

"Lica baik-baik aja, Mommy. Mommy, Lian ngomong apa aja sama Mommy?" tanyanya dengan sorot mata yang melirik lelakinya.

"Mommy fikir kamu daritadi denger, sayang. Putri Mommy ini kemana aja?"

"Lica abis dari kamar mandi, Mommy. Tadi Lian suruh gosok gigi terus cuci muka, sebentar lagi mau bobo" cerocos Zhelica.

Diseberang sana, Rosa tersenyum, merasa gemas setelah mendengar putri satu-satunya ini bercerita.

"Tadi pacar kamu itu ajak Mommy ke Thailand, katanya di suruh sama kamu"

"Oh iya, Mommy harus ikut pokoknya. Lica ajak semuanya, temen-temen, Mommy, Daddy. Kalo bisa Lica juga mau ajak Papa sama Mama"

"Pokoknya mau liburan bareng-bareng" lanjutnya.

Tatapannya mengarah pada Maxi seolah meminta persetujuan atas ucapannya. Maxi membalasnya dengan senyum hangat. Netranya sedari tadi tak lepas dari gerak-gerik Zhelica saat mengobrol bersama Ibunya. Tubuhnya sudah ia rebahkan, menjadikan satu tangannya sebagai bantalan gadisnya tidur.

Obrolan perihal liburan itu terus memanjang kala disana sudah hadir Daddy Maxi. Ikut mengobrol dan bercanda bersama Zhelica dan Maxi hanya sekedar membalas apabila ditanya.

Obrolan ringan nan santai itu berlalu hingga membuat Zhelica menguap beberapa kali. Sentuhan lembut Maxi terus berikan, membuat rasa kantuk semakin merajalela di diri Zhelica. Kini gadis berbalut baju tidur pink itu menutup matanya rapat dan terjun kedalam mimpi.

Hingga sebuah suara lelaki paruh baya terdengar dari sana.

"Daddy sama Mommy akan ikut ke Thailand, Max"

***

Maximillian the Possessive GuyOnde histórias criam vida. Descubra agora