Dua Puluh Dua

1.1K 57 2
                                    

Halaaaw..
Bantu vote, ya!

***

Thailand, negara tujuan Zhelica. Perjalanan sudah mereka tempuh selama beberapa jam dengan pesawat pribadi milik Tuan Muda Maximillian Harison. Kini mereka telah sampai di salah satu hotel bintang lima di ibukota negara Thailand, Bangkok.

Oh iya, untuk masalah kamar, Maxi terpaksa harus berpisah kamar dengan gadisnya. Zhelica meminta untuk sekamar dan tidur bersama Stella, sedangkan Riri satu kamar dengan kekasih Rogi, Salma. Untuk Rogi, Aston dan juga Revin, mereka memilih satu kamar untuk bertiga. Maxi sendiri memilih untuk tidur sendiri dibanding harus berbagi kasur dengan ketiga sahabat sengklek nya itu.  Daddy dan Mommy nya tentu saja satu kamar berdua, sekalian honeymoon part ke sekian xixi.

Hari ini, mereka memutuskan untuk mengistirahatkan tubuh lelah mereka setelah beberapa jam berada di dalam pesawat. Mereka akan memulai penjelajahan mereka di Thailand saat esok hari. Bye the way, waktu berlibur mereka disini hanya selama 3 hari saja, itu semua sudah Maxi pertimbangkan dengan pekerjaan-pekerjaan mereka semua di Indonesia.

***

Sore ini Zhelica sudah siap dengan baju tidur berwarna baby blue miliknya. Kedua telapak kakinya yang terbalut sandal rumahan itu perlahan melangkah keluar dari kamar tempatnya dan Stella beristirahat. Kedua kaki pendeknya mengarah pada satu kamar diseberang kamar hotelnya, kamar Maxi. Beberapa jam pisah kamar dengan Maxi membuat Zhelica merasakan kehilangan. Biasanya hampir dua puluh empat jam ia selalu melihat tubuh tegap milik tunangannya itu. Agak lebay memang.

Tok

Tok

Tok

Tidak ada respon sama sekali dari dalam kamar.

"Lian? Lica boleh masuk?"

Sama. Kali ini tidak ada sahutan dari pria jangkung didalam sana. Entah tak mendengar ketukan dan panggilan itu, atau sang empu tengah di kamar mandi mungkin.

Lama Zhelica termenung didepan pintu kamar, dirinya memutuskan untuk membuka pintu bercat coklat tua dihadapannya.

Tak dikunci.

"Lian ceroboh banget, gimana kalo orang jahat yang tiba-tiba masuk? Dasar nakal" gumam Zhelica menggerutu sembari kembali menutup pintu saat dirinya sudah memasuki kamar hotel itu.

Kamar hotel Maxi sama mewahnya dengan kamar hotel miliknya. Perpaduan warnanya pun sama, coklat tua dan putih.

Zhelica kembali melangkahkan kakinya mendekati ranjang yang berisikan seonggok manusia jangkung dengan punggung kekar yang terekspos jelas, karena selimut putihnya hanya sampai batas pinggang lelaki tersebut. Rupanya Maxi tertidur tanpa atasan yang menutupi tubuh atletisnya.

Didepan ranjang itu terdapat sebuah cermin persegi panjang yang menempel pada dinding, dengan meja rias dibawahnya. Zhelica menggeleng tatkala melihat koper tunangannya masih tergeletak rapi dibawah meja.

Sebelum membangunkan Maxi, kedua tangan mungil Zhelica terulur kearah koper hitam berukuran sedang itu. Dirinya berniat untuk merapikan pakaian-pakaian Maxi untuk ia taruh ke dalam lemari yang berada disana. Meskipun disini mereka hanya beberapa hari, tapi Zhelica rasa itu untuk memudahkan juga saat mencari pakaian nanti.

Setelah semua tersusun rapi disana, Zhelica kembali menatap punggung lebar Maxi yang sedari tadi tak terganggu sedikitpun. Zhelica perlahan naik keatas ranjang guna mendekati pria itu. Setelah duduk bersila, jari telunjuk Zhelica menoel-noel pelan pipi tirus Maxi. Lalu tangannya mulai aktif mengelus punggung lebar itu.

***

Merasakan sebuah sentuhan, sontak Maxi terduduk dibuatnya. Matanya yang tadi terpejam kini terbuka lebar menampakkan keterkejutannya. Sorot matanya melirik pada seorang gadis disampingnya yang ia yakini tadi melakukan kontak fisik dengannya.

Dapat Zhelica dengar sebuah helaan nafas dari Maxi. Ia mengernyit heran.

"Lian...kenapa?" tanyanya ragu.

Maxi tak menjawab, tapi kedua tangannya bergerak menggapai pinggang Zhelica, memeluknya erat dengan wajah yang ia sembunyikan di perut rata Zhelica.

"Aku kaget, honey. Aku fikir siapa yang masuk kamar aku sembarangan" balas Maxi dengan suara yang sedikit teredam.

Mendengar jawaban itu, Zhelica terkekeh kecil.

"Maaf ya Lica masuk tanpa izin Lian. Abisnya tadi Lica ketuk-ketuk pintu Lian gak denger, taunya Lian bobo" adu Zhelica dengan bibir yang mengerucut tanpa Maxi sadari.

"Nggak apa-apa, sayang. Aku fikir tadi orang lain yang masuk. Maaf ya, aku gak sadar kalo aku bobo, honey"

Maxi mengangkat wajah tampannya, ia mendongak menatap manik mata coklat terang milik gadisnya. Kedua tangan berototnya ia pertahankan dipinggang Zhelica, seolah mengunci Zhelica agar tidak bisa kemana-mana.

"Lanjut bobo lagi aja, pasti Lian cape, kan?"

Maxi bergumam tak jelas dibuatnya. Lalu ia membenarkan posisi tidurnya dengan menarik Zhelica agar berbaring disebelahnya tanpa ada jarak sedikitpun. Satu buah guling ia lemparkan secara sembarang ke bawah lantai.

"Kamu juga bobo sini, nanti malem aku bangunin buat makan malem"

Pada akhirnya Zhelica pun ikut tertidur di kamar hotel Maxi. Tidur seranjang bagai seorang suami istri, dengan tangan Maxi yang memeluk erat perut Zhelica yang tertutupi oleh selimut tebal.

***

Maximillian the Possessive GuyTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon