"Serius? Lo bilang gini bukan karena ketahuan gue, kan?"

Pertanyaan pemuda itu menohok hatinya. Libelle juga tak berbohong saat mengatakan ingin membantu. Dia tahu tentang mobil. Salah satu kegemaran sekaligus pekerjaan yang dia minati di dunianya.

Tak ada salahnya mencoba, bukan?

Dio berkedip beberapa kali seolah-olah ada disonasi kongnitif singkat. Lalu dia buru-buru menarik lengan baju pemuda mungil itu.

"Ikut gue."

"Kemana?"

"Benerin mobil."

Rencana melarikan diri, harus tertunda hari ini!

_____________

Jadi di sinilah mereka. Di depan asrama sudah terparkir mobil sport berwarna biru tua. Jika menilik tampilan body luarnya, tak ada yang salah.

"Coba buka kap nya." Titah gadis itu sembari mengusap dagu sempitnya, memperhatikan.

Menurut, Deo melaksanakan ucapan nya. Pemuda itu membuka kap mobilnya lalu menatap pemuda itu itu.

Deo sudah mencoba segalanya. Tak ada bengkel yang belum dia datangi. Semua montir memberikan jawaban yang berbeda-beda mengenai kondisi mobilnya. Membuat Deo kewalahan.

"Wait, biar gue periksa."

Seharusnya dia tak mengharap apapun dari pemuda mungil ini. Hanya saja, secercah cahaya muncul di benaknya tanpa di undang. Bolehkah Deo percaya kepada pemuda aneh ini?
"Lo harus benerin! Pokoknya harus bisa! Cuma lo satu-satunya harap--"

Terdiam.

Libelle memblokir bibir ranum pemuda itu menggunakan jarinya. Ada keterkejutan di dalam manik Deo. Pemuda tampan itu melotot tak ayal berteriak di dalam batinnya, 'apa-apaan kodok ini?!'

"Lo bacot bener, dah! Mingkem, kek!" Sentak Libelle kepalang kesal. Hei! Dia butuh berkonsentrasi okey?

"Kalo ngga, pergi sana." Lanjutnya mengusir dan hal itu sukses membuat Deo membisu dan hanya menyimak segala pergerakan pemuda mungil di sebelahnya.

Deo memainkan bibirnya dengan tangan satunya dan membuat ekspresi serius. Dia menggigit bibirnya untuk menghilangkan perasaan asing yang dia rasakan, tapi itu tidak hilang.

Deo diam-diam mencuri pandang pada pemuda mungil itu.

Batang hidung yang indah, bibir merah alami, dan mata lebar berbentuk almond. Tatapan di bawah iris hazel nya memberikan susana yang acuh tak acuh tetapi ketika tatapan itu fokus ke tempat yang lain, kebulatan matanya memberikan kesan lembut yang berbeda.

"Mobil lo overheat."

"Apa?" Deo tersadar. Seolah ketahuan melakukan tindak kejahatan, pemuda itu terbatuk kering, memutar kepala.

Libelle tak menyadarinya. Jari-jari lentik nya menekan kunci pas diatas mesin. Tak memakan waktu lama, gadis itu memukul pelan wadah air radiator.

"Piston mobil lo meleleh."

Libelle sudah biasa menangani permasalahan ini di di dunianya dulu. Tak jarang, montir nakal yang sengaja menyembunyikan akar penyebab agar menerima banyak uang.

Air radiator yang kurang atau bahkan sudah habis membuat mesin mobil menjadi lebih cepat panas. Proses pendinginan tidak berjalan secara normal. Efek domino pun muncul yakni piston mobil menjadi terganggu hingga bisa meleleh. Sudah bisa dipastikan mobil akan mogok.

Mendengarkan dengan seksama, ada kekaguman yang melintas diantara kedua mata Deo. Tatapannya tak setajam biasanya—kini melembut.

"Lo keren juga."

Libelle pikir, dia baru saja mendengar sesuatu yang positif tentangnya keluar dari mulut pemuda emosian ini.

'Krukkk' kedua kepala itu sama-sama menunduk menatap perut Libelle yang berbunyi. Semburat merah muda muncul, begitu pipinya memanas.

Libelle menyengir lebar kala mendongak menatap Deo.

"Gue belum makan siang." Jelasnya memecah keheningan.

Deo menyugar rambutnya tak ayal meraih benda persegi dari balik kantung celananya. Anggap saja sebagai ucapan terimakasih karena telah memecahkan masalah mobilnya.

"Mau makan apa?"

Atas pertanyaan pemuda itu, senyuman Libelle semakin cerah. Gadis itu merapat, sedikit berjinjit guna bisa mengintip tampilan menu di layar ponsel Deo.

"Ayam jamur! Mie juga enak! Ah, pizza? Hamburger! Spaget--aduh!" Libelle memekik begitu kepalanya ditekan turun oleh Deo. Tak main-main kuatnya, hingga kaki gadis itu menekuk.

"Yang jelas, kodok!"

"Hehe.... soto aja, deh."

Siang itu mereka habiskan dengan makan bersama di samping mobil Deo. Kebersamaan yang terjalin dari peristiwa yang tak terduga, tak di sangka akan membawa perubahan bagi keduanya.

Voment!

Voment!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
The Second Male Lead is Actually a GirlWhere stories live. Discover now