Chapter 2

259 166 30
                                    

Budayakan vote, comment, add to library and share
Happy reading all🧚

Dokter cinta ialah sebutan yang dia sematkan padaku. Menurutnya, aku adalah orang yang sangat paham dengan dunia percintaan. Padahal dia sendiri tau track record percintaanku masih sangatlah bersih bak sebuah kertas putih yang murni tanpa coretan.

Bukan hanya dia yang beranggapan begitu, tapi juga setiap orang yang pernah curhat masalah percintaannya padaku. Mau heran tapi sudah heran. Ah sudahlah.

Setelah menangis jelek di pelukanku, Vania Larasati, sahabatku yang sering sekali dipermainkan lelaki itu sekarang sudah bisa tertawa lepas. Hanya dengan video kucing dengan lagu chipi chipi chapa chapa dubi dubi daba daba magico mi dubi dubi boom boom boom boom. Dia memang sangat menyukai kucing dengan segala tingkah randomnya.

“Ahahah njir lucunya. Ni lagu viral banget sama video kucingnya, seketika fyp tiktod gue video ini semua.”

“Iya emang viral banget. Gue tadi barusan nemu yang versi sepuhnya.” Balasku.

Vania terlihat Bingung. “Versi sepuh?”

“Video asli yang anak kecil nyanyi lagu itu, Va.” Jelasku.

Ia mengangkat bahunya. “Ohh kebetulan gue belum nemu yang itu.“

Alarm handphone Vania berbunyi, menunjukkan sesi curhat hari ini telah berakhir. “Eh udah jam 4. Gue mau ke sekolah dulu. Makasih udah dengerin keluh kesah gue, juga makasih buat cookies sama minumannya. Besok-besok gue mampir lagi ke sini, bantu ngancurin rumah lo.”

“Sialan. Gue beli rumah ini pake duit hasil kerja keras gue, terus lo ancurin gitu aja. Kalo lo mau sukarela mau kasih rumah 3 lantai sekalian kos-kosan, oke aja sih.” Jawabku dengan muka galak.

“Cih, ga salah minta rumah sama orang yang bahkan belum punya rumah buat dirinya sendiri?” Sinisnya.

“Kan kata lo tadi mau ngancurin rumah gue. Ya gue harus minta kompensasi lah.” Jawabku santai.

“Haha, yaudah gue pergi dulu. Babai sayang.”

“Yaudah, jangan ngulang kesini lagi kalo buat nangis jelek doang. Gue ga mau liat bestie gue nangis mulu tiap main.“ Gertakku.

“Iya sayangku, cintaku, manisku, muahh.“ Ucapnya dengan flying kiss berpura-pura memberikan ciuman padaku.

Aku bergidik. “Makin kesini makin alay aja lo.“

Aku mengantar Vania sampai teras rumah. Terkadang sesekali menyentil dahi perempuan yang berprofesi sebagai guru Fisika itu ketika bicaranya sudah mulai ngelantur.

Oke si yang mulia kanjeng tamu sudah pulang, sekarang waktunya beberes. Aku memanfaatkan waktuku dengan sebaik mungkin, berhubung disini aku hanya tinggal sendiri tanpa menyewa seorang ART. Karena aku merasa yang harus dikerjakan tidak begitu banyak, jadi masih sanggup dikerjakan sendiri olehku.

Terlalu sibuk beberes rumah membuatku sedikit lupa akan waktu. Tiba-tiba jam sudah menunjukkan pukul 7 malam. Yang artinya aku harus segera bersiap untuk jaga IGD shift malam.

Make up super kilat wajib hukumnya, seorang dokter tidak boleh terlihat menyeramkan di depan pasiennya kan? Setidaknya make up ini bisa menyamarkan kantong mataku yang semakin menghitam karena keseringan begadang ketika mendapat jadwal jaga IGD shift malam.

Ku sambar snelli yang tergantung di sudut kamarku dan segera memakainya. Bergerak cepat untuk segera berangkat. Skill gercep alias gerak cepatku semakin hari semakin terlatih semenjak menjadi seorang dokter, karena bagi kami itu adalah sebuah keharusan demi masyarakat yang sehat.

Dokter CintaKde žijí příběhy. Začni objevovat