Bab 1

49.1K 2K 93
                                    

Hai!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai!

Selamat datang di cerita baru. Seperti janjiku kita akan ketemu Mas Bayu di sini. Tapi aku mengubah sedikit panggilan Mas Bayu jadi Mas Pra. Gak apa-apa kan, orangnya tetap sama kok.

Genrenya adult-perjodohan, klasik banget tp aku pengen coba. Beda sama YMUML, jd kayaknya sih gak seringan kemarin.

Semoga suka yaaa 💙💙💙

Sebelum itu kita ramaikan lapak ini dengan ombak yang banyaaak 🌊🌊🌊

***

Siapa sih anak yang paham dengan apa yang ada di pikiran orang tuanya, terutama ibunya.

Arum tahu, sebagai anak perempuan hidup ia akan serba terbatas. Umur sekian harus pintar masak, umur sekian harus pintar ngurus rumah, umur sekian harus sudah bekerja, umur sekian harus sudah punya pasangan, umur sekian harus sudah punya anak.

Kalau misal dalam rentang waktu tersebut ternyata belum mencapai bagaimana? Ya jelas akan selalu jadi bahan pembicaraan.

Menurut kalian kalau Arum Kemuning di usia 27 tahun bahkan belum pernah pacaran dan mengenalkan sosok lelaki ke orang tuanya, pekerjaannya juga hanya sebagai penulis yang setengah harinya menulis di balik selimut di dalam kamar, siapa yang perlu disalahkan? Dirinya? Orang tuanya? Atau lingkungannya?

Tidak ada yang perlu disalahkan, ya mungkin sudah tidak waktunya mereka saling menyalahkan. Maka dari itu orang tuanya menemukan jalan pintas untuk mengatasi dua masalah utama dalam hidupnya. Tidak punya pasangan–bahkan tidak pernah berpacaran dan tidak memiliki masa depan pasti karena pekerjaannya sebagai penulis. Menurutmu apa jalan pintas itu?

Bingo. Perjodohan.

Perjodohan dengan sosok laki-laki yang menurut ibunya sangat sempurna. Manajer di sebuah perusahaan keluarga dan memiliki wajah tampan nan kharismatik. So, dua masalah dengan dua solusi yang sangat tepat bukan?

Tapi sayangnya ada satu hal yang orang tuanya dan orang tua lelaki itu tidak sadari, keduanya sama sekali tidak cocok. Bagai siang dan malam, kami tidak pernah hidup di satu waktu yang sama. Arum tidak menyukainya, begitupun dia.

Kalian pasti berpikir, kalau tidak cocok ya gak usah diterusin lah. Zaman modern seperti ini, ia bisa menyuarakan hak dan kemauannya sebagai perempuan. Independent woman merajalela di mana-mana. Jadi apa yang susah?

Tentu hal itu bisa saja ia lakukan, tapi dengan keluarga yang memegang erat budaya unggah-ungguh jawa apa menurutmu mudah? Arum dari kecil dididik untuk tidak membantah orang tua, jadi susah sekali menolak permintaannya. Belum lagi nasibnya yang memang sepertinya tidak ada harapan, jadi mengikuti jalan pintas orang tuanya terasa lebih mudah membuatnya bahagia.

(un) Match CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang