Part 7 | Diculik Pak Tua

628 188 83
                                    

⚠️DISCLAIMER⚠️
- Foto, cr; pinterest
- Terdapat kata-kata kasar
- Adegan tidak patut dicontoh
- Fiksi, tidak ada kaitannya dengan visualisasi

Meski baca offline
VOTE DULU, YUK
Happy Reading, Guys~

.

.

.

.

.

Pria berahang tegas itu meremas kuat kertas yang digenggamnya. Matanya menajam seiring rungunya mendengar fakta yang dijelaskan seseorang di balik gawai canggihnya.

"Tetap awasi pria brengsek itu, jangan sampai lengah!"

"Baik, Tuan Darion."

Setelah memutus sambungan, Darion menghela nafas kasar. Melempar asal kertas yang digenggamnya, menyalurkan emosi juga rasa frustasi. Darion baru saja mencari tahu tentang remaja laki-laki tengil yang begitu menarik perhatiannya di insiden pasar beberapa hari lalu.

Info yang didapat, remaja itu bernama J --Jeandra Hanardasa. Hidupnya buruk. Tinggal bersama orang tua yang kejam, hidup dalam lingkar kebejatan, dan yang paling membuat Darion tertarik adalah fakta bahwa J merupakan putra dari seorang wanita yang dulu --hingga sekarang begitu megah bertahta dalam hatinya. Membuatnya rela melajang hingga di usia yang terbilang tak lagi muda.

"Takdir macam apa ini? Pantas saja aku langsung tertarik dan merasa tak asing saat melihatnya. Ternyata dia putramu?" Darion menyungging senyum smirk-nya.

"Tapi Lusiana, apa tidak cukup kau wariskan paras rupawan padanya? Kenapa kau wariskan juga nasib pilu mu padanya?" monolog Darion. "Putramu ... dia menderita, Na ... dia penuh luka, dia tak sekokoh kelihatannya. Izinkan aku memilikinya. Aku janji akan membawa bahagia untuknya. Aku sungguh tak bisa melihat wajah serupa denganmu menderita."

Tangan Darion terkepal kuat. Terbayang bagaimana Lusiana merenggang nyawa juga kehidupan pelik yang dialami J membuatnya bergetar. Membuatnya tanpa sadar meringis, menahan pedih yang tiba-tiba saja menjalar menyesakkan dada.

"Demi Tuhan, Na ... kali ini, aku tidak akan lagi mengalah pada lelaki bejat itu seperti dulu aku mengalah menyerahkan mu padanya. Cukup kamu yang berakhir ditangannya, tidak untuk putramu."

Darion menghela nafas kasar. Wajahnya menggelap dikuasai amarah. Dipandanginya kertas lusuh yang ia lempar asal tadi dengan gurat penuh tekad.

Itu hasil pemeriksaan laboratorium J. Darion tidak bodoh dengan membiarkan kecurigaannya menguar begitu saja. Jadi ketika J pingsan kala itu, sebenarnya Darion sudah lebih dulu diam-diam mengambil sampel darah anak tersebut. Ruam-ruam menyebar yang terlihat di leher dan lengan J sangat janggal baginya. Dan benar saja, sesuai kecurigaannya ada yang tidak beres dengan tubuh anak itu.

Lalu setelah Darion telurusi, data pasien J ternyata telah ada di rumah sakit ini sebagai pasien Autoimun ITP (Immune Thrombocytopenic Purpura) yang ditangani Maria --Dokter Hematologi sekaligus Kakak Iparnya. Dunia ini begitu sempit. Tapi mengapa Darion begitu telat menyadarinya?

"Victor!"

Asisten sekaligus Bodyguard pribadi Darion segera menghampiri tuannya. "Ini tuan ..." Katanya menyodorkan sebuah proposal kerjasama. "Anda yakin berubah pikiran? Itu hanyalah perusahaan start-up yang dirintis oleh seorang pemuda yang baru saja lulus sarjana."

"Ku dengar dia sampai ke Kanada untuk menemui ku?"

"Benar tuan. Jadi apakah hal itu yang membuat anda tertarik menerima kerjasama ini?"

Jeha dan LukaOnde histórias criam vida. Descubra agora