6

1.5K 109 14
                                    

-Kabar Buruk-
-0-

Setelah menata baju bajunya kedalam lemari, Mala beranjak pergi dari kamarnya. Menuruni tangga satu persatu dan menghampiri Rani yang saat ini sedang berada di ruang keluarga dirumah tersebut. Menonton siaran televisi ditemani beberapa cemilan dan minuman

"Bund" ucap Mala lirih

"Eh Mala, sini sayang duduk" titah Rani seraya menepuk sofa disampingnya

"Ayah Fatir berangkat kerja ya?" Tanya Mala mencoba membuka topik perbincangan dengan Rani

"Iya sayang, tadi katanya ada urusan mendadak di kantor" Mala yang mendengar hal itu hanya menganggukkan kepalanya

"Berita terkini, pemirsa sebuah pesawat dengan tujuan Jakarta-Amerika telah hilang kontak setelah menempuh 20 menit perjalanan. Diduga pesawat jatuh dan hilang di perairan pulau Kalimantan . Polisi menduga tidak ada korban yang selamat dalam peristiwa ini"

"Bund, itu pesawat yang ditumpangi Ayah sama Bunda kan bun?" Tanya Mala saat melihat siaran televisi yang menyiarkan sebuah pesawat yang jatuh dan hilang. Mala menahan air matanya yang sebentar lagi akan jatuh dari kelopak matanya

Rani yang tersadar langsung memeluk Mala. Memberikan saluran kekuatan lewat pelukannya. "Mala yang sabar ya sayang" ucap Bunda Rani masih memeluk erat tubuh mungil Mala

"Ayah sama Bunda ngga mungkin ninggalin Mala kan? Mereka udah janji sama Mala. Mereka udah janji bakal pulang dalam kondisi baik baik aja bund. Ini mimpi kan bund? Ayo bangunin Mala dari mimpi ini Bund. Bangunin Mala, Mala ngga kuatt" lirih Mala terisak. Air matanya sudah bercucuran hingga membasahi baju yang dipakai oleh Rani

"Sayang kamu ngga boleh gini, kamu ikhlas yaa. Ayah Ditra  sama Bunda Iren udah tenang di surga nya Allah sayang. Mala harus kuat, ada Bunda Rani, Ayah Fatir sama Rakha disini. Kita bakal selalu ada buat Mala. Mala jangan pernah ngerasa sendiri yaa?" Ucap Rani mengeratkan pelukannya

"Bund aku mau ketempat pesawat itu jatuh bund, aku mau ngasih penghormatan terakhir aku sama mereka " lirih Mala seraya melepas pelukannya. Air matanya masih terus keluar dari kedua bola mata indahnya

" Iya sayang, Bunda telfon Ayah Fatir dulu ya"

-0-

Setelah menghubungi Fatir. Mala, Rakha, Rani dan jga Fatir kini telah berada di tempat kejadian perkara. Dimana tempat inilah yang merenggut nyawa kedua orang tua Mala.

Tak hanya mereka, banyak keluarga dari korban juga ada di tempat tersebut, menyebarkan bunga di lautan sebagai penghormatan terakhir kepada korban. Isakan tangis yang menyesakkan hati. Siapapun akan menangis melihat pemandangan ini

"Ayah Bunda, maafin Mala belum bisa jadi anak yang berbakti sama kalian. Mala janji yah, bun. Mala janji akan nurut sama Ayah Fatir dan Bunda Rani. Kalian yang tenang ya disana. Mala disini akan selalu baik-baik aja." Batin Mala seraya menaburkan bunga

Rani yang tau akan kesedihan Mala langsung memeluk erat Mala. Menyalurkan rasa sayangnya lewat pelukan hangatnya

"Mas Ditra, Mba Iren. Aku janji bakal jagain Mala. Aku udah anggap Mala seperti anak aku sendiri. Kalian tenang aja, perjanjian kita akan aku bicarakan ke Mala nanti setelah Mala bangkit dari keterpurukan ini. Kalian yang tenang ya disana" batin Rani masih memeluk tubuh Mala

Fatir dan Rakha hanya berdiri mematung ditempatnya, melihat pemandangan yang begitu memilukan hati. Sebenarnya Rakha tak tega melihat Mala yang terlihat benar benar rapuh. Namun apa daya, gengsinya terlalu besar

Setelah beberapa jam mereka ditempat tersebut, kini mereka sedang berada dalam perjalanan pulang. Di dalam mobil Mala terus menghapus air matanya yang sedari tadi mengalir deras, membasahi pipi chubby nya. Hingga kini mereka telah sampai di depan rumah mewah milik keluarga Danishwara, marga dari keluarga Rakha

Mala langsung turun dari mobil dan beranjak pergi kedalam rumah tanpa sepatah kata pun. Ia langsung membuka pintu rumah, menaiki tangga satu persatu dan masuk kedalam kamarnya

Mala langsung menjatuhkan tubuh mungilnya ke kasur king size nya. Ia langsung menangis sekencang mungkin disana tanpa takut akan terdengar dari luar karna kamarnya memang kedap suara jadi kalaupun Mala akan teriak sekencang mungkin itu sama sekali tidak akan terdengar dari luar kamarnya

Lama dalam posisi menangisnya, Mala lambat laun menutup matanya. Lelah karena banyaknya air mata yang terkuras hari ini. Dunia memang sebercanda itu, hari ini kita senang  belum tentu besok akan sama. Namun, kodratnya manusia itu lemah , tidak ada yang bisa dilakukan selain dengan  berdo'a dan berdo'a. Berharap perlindungan dari yang Kuasa. Meminta yang terbaik untuk hari esok

Happy Reading

Selasa, 12 Desember 2023

-RKHD-Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ