01. Before Everything

190 11 0
                                    

Flashback On

Februari 2015

Stiker-stiker lucu dan warni warni memenuhi baju seragam yang Chimon kenakan. Tidak heran sebenarnya, mengingat dia merupakan salah satu most wanted di kalangan siswa siswi SMA saat itu.

Kedua tangannya penuh dengan coklat dan hadiah-hadiah kecil dari penggemarnya. Perlahan dengan pandangan yang terbatas dia berjalan menuju ruang kelas, dimana sahabat setengah umurnya - Nanon- sedang menunggu.

Bugh ...

Tiba-tiba semua bawaannya terjatuh, berserakan di lantai.  Dari arah pintu ruangan yang terbuka di sampingnya, seseorang berlari dari dalam dan menabrak Chimon.

"Duh sorry-sorry." Kata orang itu, ikut panik dan segera berjongkok membantu Chimon memunguti bawaannya tadi. Suara orang itu terdengar berat dan familiar, namun Chimon terlalu sibuk sekarang untuk sekedar berpikir atau melihat siapa yang sudah mengacaukan hadiah-hadiahnya, terlebih lagi Nanon pasti sudah tantrum menunggu.

"Its okay." Jawab Chimon lirih, namun masih terdengar, dia hanya fokus mengumpulkan barangnya tanpa melirik sekalipun pada tersangka yang membuatnya seperti ini.

"Gue bantu Chi, ayo." Orang itu kemudian berdiri dengan tangan kiri yang penuh dengan barang Chimon dan tangan kanan yang terulur berkmaksud memberi tangan pada sang lawan bicara untuk berdiri.

Detik berikutnya Chimon menengadah. Pandangannya tepat pada iris hitam dengan senyum yang beberapa tahun ini selalu menjadi kesukaan Chimon.

Perth Tanapon, tetangga samping kelasnya, orang yang selama tiga tahun ini dia kagumi sedang mengulurkan tangan pada dirinya. Sungguh, Perth Tanapon adalah segala wujud kebaikan yang selama ini dia bangga-banggakan pada Nanon.

"Chi ?"

"Eh ? I-iya kenapa Perth ?" Bukannya langsung meraih uluran tangan itu, Chimon malah bertanya. Perth yang bingung pun kemudian kembali ikut jongkok mensejajarkan pandangannya dengan Chimon.

"Lo gak apa-apa kan ?" Tangan yang sebelumnya terulur itu sekarang bertengger di dahi Chimon. Chimon yang semula jongkok kini sudah mendaratkan pantatnya di lantai saking kagetnya. "Chi muka lo merah banget. Lo sakit kah ? Gue antar ke UKS aja, ayo." Lanjut Perth yang kemudian menyadarkan Chimon dari kebodohannya.

"Ah iya, g-gue sakit!" Lihat ? Saking malunya dia sampai berbohong.

Di setiap lorong kelas ada tempat duduk dari beton yang menyatu dengan tembok. Perth menuntun Chimon untuk duduk kemudian memungut kembali barang-barang Chimon dam meletakkannya asal di samping Chimon duduk.

"Gak usah ke UKS Perth. Gue mau langsung ke kelas aja. Nanon dari tadi nungguin gue soalnya."

Akhirnya mereka berdua berjalan beriringan menuju kelas Chimon yang sebenarnya tinggal beberapa langkah saja.

"Lama banget astaga Mon - eh lo kenapa ?"
Chimon yang terlanjur berpura-pura sakit kini semakin menampakkan wajah pias.

Nanon yang paham situasi semakin mendukung tingkah sahabatnya, segera dia mendekat ke arah Chimon kemudian menuntun Chimon yang tersenyum bersyukur kodenya di balas cepat oleh Nanon.

"Tadi gak sengaja jatuh, ini salah gue. Maaf yah." Perth menjawab Nanon yang sedang memberikan tatapan sengit pada Chimon.

"Oh iya santai aja Perth. Tadi dia emang agak demam tapi ngeyel gak mau ditemenin, bisa sendiri katanya."

"Udah gak apa-apa kok." Chimon membalas tatapan Nanon, seolah berterima kasih.

"Ya udah gue kembali ke kelas yah," Dan begitu Perth meninggalkan Chimon dan Nanon.

"Eh gatel bener yah lo. Gue nungguin ternyata malah sok pura-pura sakit."

"Hehe makasih yah Nanun sayangku udah paham kode." Chimon menyengir menyebalkan, membuat Nanon semakin kesal.

"Mak bapak gue ngasih nama bagus seenaknya lu ganti yah. Udah yok pulang."

Setelah mengemasi barang-barangnya akhirnya Nanon dan Chimon berlalu dari sekolah.

Dan hari itu seseorang pulang dengan senyum serta jantung yang bekerja dua kali lebih cepat dari biasanya.

Flashback Off

Let Me BeWhere stories live. Discover now