15. Luka Yang Membawa(mu) Kembali

102 11 1
                                    

"AHHHGG MALAS BANGET UDAH SENIN AJA!"
Mengawali hari dengan mendengar keluhan Nanon sepertinya bukan ide yang bagus, namun Chimon sudah berpengalaman dalam hal ini.

Senin pagi yang berawan - tidak terlalu cerah tapi juga tidak mendung - ini Chimon lewati dengan menjadi pendengar yang baik bagi setiap keluhan Nanon. Masalahnya ini sudah di penghujung Februari dan ada-ada saja masalah yang datang menawarkan hidup yang berat bagi Nanon. Ada bagian pekerjaan konstruksi yang harus di hold karena kurangnya ketelitian mengecek ¹agregat, sehingga menyebabkan mereka harus menunggu agregat yang memang sesuai spesifikasi.

"Jadi hari ini mau ke mana ?" Tanya Chimon begitu mereka sampai di lobi kantor.

"Gue mau bicara sama yang turunin agregat kemarin. Bisa-bisanya dia gak ngecek dulu, kesel banget gue."

"Emang separah itu ?"

"Yah lo bayangin aja deh, mereka ngirim agregat sepertinya gak lewatin nguji saringan. Nambah-nambahin kerjaan aja."

"Terus lo maunya gimana ?"

"TUKAR DONG! GILA AJA MEREKA KALO GAK MAU NUKAR!" Nanon berhenti sejenak, emosinya sudah sampai di ubun-ubun.

"Iya deh iya, emang harus di tukar itu." Jawab Chimon pasrah, memang ini bukan sepenuhnya salah mereka, ini murni kekeliruan dari pengirim dan si penerima.

"Terus setelah ini lo mau kemana ?" Sungguh ajaib memang Nanon dalam mengendalikan mood, baru beberapa detik yang lalu dia meledak-ledak sekarang dengan halusnya menanyai agenda Chimon hari ini.

"Gue on site. Kemarin ada laporan kalau posisi awal pondasi tidak sesuai gambar. Gue butuh liat sih, mumpung belum kita cor."

"Oh yah udah, nanti gue balik sendiri aja, lo gak usah nganter lagi."

"Dih pede banget si Wan, emang gue ada bilang mau nganterin lu pulang ?" Chimon memandang Nanon sinis sambil menyunggingkan senyum mengejek.

"Anjing kau Adul."

🍃🍃🍃

Matahari di akhir Februari entah mengapa kali ini lebih terasa panas. Bahkan helm putih proyek dan payung besar belum bisa membuat Chimon menghindari teriknya.

Dalam pengamatanya di sepanjang lingkungan proyek, segalanya sudah dikerjakan sesuai gambar yang ada. Masalah pondasi ternyata ada pada ukuran besi yang digunakan bukan pada letaknya, semakin membuat dia pusing karena harus mengecek satu-satu lagi.

"Hai," Sapa seorang dari belakangnya.
Chimon yang awalnya sibuk dengan gambar dan payung dalam genggamannnya menoleh, mendapati seseorang yang akhir-akhir ini selalu dia bawa dalam doa untuk tidak dipertemukan dengannya. Namun apa dayanya, Tuhan lagi-lagi mempertemukan mereka akhirnya.

"Halo selamat siang Pak Tanapon," Balas Chimon sopan pada sang pemilik proyek.

Ada kecanggungan dalam percakapan mereka yang diam-diam memantik perasaan sedih pada Perth. Apa yang dia harapkan dari seseorang yang telah dia lukai kala itu ? Meskipun sudah lama berlalu tapi tidak menutup kemungkinan kecewa dan sedihnya masih terasa.

"Ternyata hari ini kamu on site yah ?" Tanya Perth basa basi.

"Iya Pak, seperti yang sedang bapak lihat saya sedang mengawasi. Permisi." Chimon buru-buru ingin berlalu dari sana, tidak ingin lama-lama terlibat dalam percakapan.

"Tunggu .. ADUHHH," Teriakan mengaduh Perth berhasil menghentikan langkah Chimon. Kembali dia berbalik dan melihat tangan Perth yang tertancap pada potongan besi pada pondasi.

"ASTAGA APON!" Dengan panik Chimon segera melepas segala yang ada dalam genggamannya, payung dia lempar sembarang bahkan gambar yang sedari tadi membuatnya pusing itu sudah tidak ada harganya lagi karena sudah dia lepaskan.

Let Me BeWhere stories live. Discover now