Part 11;Pemenangnya adalah perpisahan

24.2K 1K 4
                                    

11

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


11.The winner is the breakup


"Helen!"

"Atlantik?! Ih, tumben inisiatif duluan nyapa aku?!" Atlantik menepis kasar tangan Helen yang akan menggandeng lengannya.

"Ikut gue."

Tak ingin berlama-lama, Atlantik berjalan lebih dulu memandu Helen menuju tempat yang sepi dengan tangan terbenam di kedua saku celana.

Mereka jadi pusat perhatian sepanjang koridor kampus. Tak terkecuali Elara yang juga didepan sana, kerepotan membawa banyak buku ditangannya hingga tanpa sengaja ia menabrak dada kokoh Atlantik.

Jatuh terjerembab, kemudian berjongkok Elara segera memungut buku-buku tebal yang berserakan tersebut. Gerakannya terkesan buru-buru. Mendongak wajahnya kala satu sepatu branded menginjak salah buku. Barulah Elara tahu jika yang ia tabrak adalah idola dan primadona kampus.

Elara berusaha menarik buku yang ditekan kuat oleh Helen sampai akhirnya Helen sengaja mengangkat pijakannya dan membuat Elara terjungkal kebelakang. Keram perlahan menjalari perut Elara, ia meringis pelan seraya meremas perutnya. Sementara Atlantik tak bereaksi sama sekali.

"Kalo jalan pake mata!"

"M-maaf." Nada bicaranya tergagap takut. Ia tidak boleh membuat kesalahan barang sedikit pun agar Helen tak menindasnya lagi. Berhadapan dengan mereka, ia bisa merasakan seberapa jauh perbedaan dunia mereka.

Elara tersentak takut ketika kaki Helen menendang-nendang sisi tubuhnya dengan keangkuhan. "Mau di siram air lagi lu?! Kemaren-kemaren baru seember, mau nambah lagi? oh atau lo mau rambut lo botak?!"

"E-enggak! Ara gak mau!!" Elara menggeleng kuat-kuat.

Nyaris setiap hari Elara dijadikan babu oleh Helen jika di kampus. Ia harus bolak-balik ke kantin membelikan kemauannya. Bahkan tak jarang disiram dengan seember air dan dipermalukan didepan umum.

Rambutnya saja sudah makin menipis karena rontok dijambak olehnya. Masih belum terhitung dengan tamparan Helen yang tidak berbekas diwajahnya. Paling parahnya ia sampai mimisan. Kalau mood Helen sedang buruk, maka pelampiasannya adalah Elara.

"Ck, kelamaan. Ikut gue, Helen." Tekan Atlantik. Walau mendengus kesal, Helen tak urung tetap ikut.

Lidah Elara keluh, ada perasaan aneh yang tak bisa dijelaskan dengan lisan memicu jiwanya hingga berani bertanya pada Atlantik.

"Atla? Atla mau kemana?" Kompak Atlantik dan Helen menoleh lagi pada Elara yang masih terduduk dilantai. Sekali lagi Helen memeluk lengan Atlantik dengan senyum penuh kemenangan karena kali ini Atlantik tak menolak sentuhannya.

PANGERAN ATLANTIK (Open PO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang