Tolong

61 5 1
                                    

Tubuh pemuda itu bergerak gelisah, butiran keringat mengalir deras diwajahnya, nafasnya terlihat memburu seakan dikejar sesuatu, kedua tangannya mencengkram selimut dengan erat.

Raizel lagi-lagi memimpikan pria itu, tapi sosoknya kian menjauh dari pandangan Raizel ingin mengejarnya, ingin melontarkan ribuan pertanyaan yang lebih dari seribu tahun mengganjal dikepalanya, tapi kakinya terasa berat seolah ada seseorang yang menahan kakinya.
" Kau harus mencarinya! "

Sebelum pria itu menghilang, sebuah kalimat dilontarkan yang membuat pertanyaan dibenak Raizel semakin banyak. Siapa ? Siapa yang harus ia temukan ? Apakah orang itu akan membantunya ? Bisakah orang itu menolongnya ?

" Semua yang terjadi padamu karena dia! "

Raizel tersentak bangun, nafas nya yang memburu semakin cepat otaknya kacau, dalam benaknya ia harus menemukan orang itu. Lebih dari seribu tahun dan akhirnya petunjuk lain mulai muncul, Raizel dengan cepat turun dari ranjangnya berlari keluar kamar dengan kaki telanjang tidak peduli dengan lantai yang dingin.

Raizel ingin segera mencarinya, cari dia, segera...sekarang....harus....

Awalnya Raizel melangkah perlahan tapi semakin lama semakin cepat, berlari terhuyung dengan nafas terengah-engah seakan tujuan hidupnya hanya untuk berlari dan berlari.

Kegaduhan terdengar dari lantai dua, Raka yang masih berada diruang makan mengalihkan perhatiannya pada sosok yang berlari kencang menuruni tangga. Dengan baju acak-acakan dan wajah pucat, Raizel berlari seperti kesetanan, semua orang sontak berdiri dan berlari kearah Raizel, takut kalau akhirnya Raizel terjatuh saat menuruni tangga.

Melihat wajah pucat Raizel seakan membisikkan sesuatu bahwa hal buruk akan terjadi lagi, Raihan dengan cepat menangkap tubuh Raizel di tangga terakhir tapi adiknya terus meronta dan memberontak.

" Lepaskan aku! "
Raizel bahkan tidak melihat Raihan, matanya hanya tertuju pada pintu rumahnya. Raihan berusaha sekuat tenaga menghentikan Raizel, entah apa yang akan terjadi jika Raizel berhasil keluar.

" Raizel....Azel! Ada apa ? "
Railo berusa membantu Raihan menahan Raizel, menahan bahu Raizel dengan kuat, tapi kekuatan yang dikerahkan Raizel semakin besar.

" Lepaskan! Aku harus keluar! "
Raizel terus berteriak, memukul dan menendang tanpa arah.

" Azel, sayang! Dengarkan ibu! Azel ingin keluar ? Ingin bermain ? "
Suara Vika lembut, sembari menangkup kedua pipi Raizel berusaha agar Raizel mengalihkan pandangannya dari pintu.

" Aku harus mencarinya! SEKARANG! "
Raizel meraung seperti orang gila.
" Siapa yang ingin Azel cari? Ibu akan menemukannya!"
Vika berusaha tenang, walaupun tangannya gemetar mendengar teriakan Raizel.

" Dia- aku harus mencarinya! Dia akan membantuku, dia bisa menolongku! Aku akan menemukannya, dia bisa membebaskanku! "
Raizel semakin meracau tidak jelas, matanya tidak fokus dan bergerak liar. Raka melangkah maju dan mengambil alih posisi Vika, ia tau kalau istrinya tidak sanggup lagi menghadapi Raizel.

" Azel, Ayah akan membantumu mencarinya! Siapa dia ? "
Raizel terdiam membeku mendengar pertanyaan Raka. Benar, siapa yang dirinya cari, tidak ada petunjuk, pria itu hanya mengatakan untuk mencarinya. Tapi siapa? Siapa dia ? Siapa ? SIAPA ? SIAPA ? SIAPA?

"......", Raizel tidak bisa menjawab.

"Siapa dia? Dia- aku tidak tau! Aku tidak tau! "
Suara Raizel mengecil hampir seperti bergumam, kakinya kehilangan tenaga dan merosot dilantai, karena bantuan kakaknyalah Raizel tidak langsung jatuh membentur lantai.

" A.....aah...Ugh..."
Suara tangisan tertahan mencekik lehernya, semua kesedihan seolah tidak bisa terungkap, tangan yang gemetar itu mencengkram dadanya seolah berusaha meredam segala tangisannya.

" Ayah...ayah...Bantu aku mencarinya! Tolong aku, Ayah! Tolong! Tolong aku! Temukan dia! "
Raizel merangkak dengan susah payah menuju Raka, suara putus asa dengan wajah kosong berlinang air mata tanggannya berusaha meraih Raka seolah mencari tali penyelamat hidup, Raka merasa jantungnya dicengkram oleh tangan tak kasat mata, melihat anaknya memohon seperti ini sungguh menyakitkan, bahkan Railo dan Raihan menundukkan kepalanya karena tidak sanggup melihat Raizel yang menangis.

" Ayah akan membantumu! Jangan menangis lagi! "
Raka memeluk putra bungsunya dengan lembut, tapi hal itu sama sekali tidak menghibur Raizel tangisannya semakin putus asa.

" Tolong aku, ayah! Tolong aku!"
Raka mengeratkan pelukannya, terkutuklah dirinya kalau sampai tidak menemukan orang yang dicari Raizel.

" Aku sangat lelah, kenapa aku tidak bisa beristirahat? Biarkan aku mati! Aku hanya ingin mati! Kenapa mati begitu sulit? "
Semakin banyak kata yang dilontarkan Raizel, semakin erat Raka memeluknya seolah Raizel akan menghilang jika ia melepasnya sebentar saja.

" Maafkan ayah! Maaf...Maaf Azel! "
Raka hanya bisa meminta maaf, walaupun ia tidak tau apa kesalahannya, Raka hanya ingin meminta maaf. Menyalahkan dirinya sendiri karena Raizel berakhir seperti ini seandainya ia lebih memperhatikan Raizel mungkin Raka bisa menyadari hal aneh yang terjadi pada anaknya lalu menolongnya.

Raizel merasa hancur, harapan yang diberikan oleh mimpi itu seakan menamparnya berapa lama lagi ia harus menunggu untuk mendapatkan petunjuk lain, lebih dari seribu tahun penantian baru kini ada petunjuk kecil yang sangat samar-samar, seakan pria itu sengaja mempermainkan harapannya dan membuatnya semakin hancur.

Perasaan mual mengaduk perutnya, entah karena perutnya memberontak karena jarang diisi atau karena respon fisikologis dari pikirannya. Tangisannya terhenti karena rasa mual sampai ketenggorokannya, Raizel tidak sanggup menahannya dan berakhir memuntahkan cairan asam di pelukan Raka.

" Azel, dimana yang sakit? "
Raka mulai panik, menopang tubuh Raizel yang limbung dengan cepat tapi Raizel tidak menjawab tenaganya habis karena berteriak dan menangis akhirnya ia hanya terdiam kosong, pandangannya mulai samar-samar dan berakhir dengan kegelapan.

Raka dengan sigap membawa Raizel dalam pelukannya, berlari kekamar Raizel dan meletakkannya diranjang. Railo sibuk menghubungi Lois, sedangkan Raihan dan Vike membantu Raizel membersihkan diri bahkan pelayan ikut sibuk membersihkan muntahan yang berceceran dilantai, mansion itu dilanda kepanikan sedangkan sang pelaku hanya berbaring senyap di ranjangnya.

Tangan Raka gemetar hebat, dia hanya berdiri mematung di samping Raizel membiarkan sang istri mengambil alih untuk membersihkan Raizel, sedangkan Raihan memijat tubuh adiknya dengan lembut, Arend juga membantu Vika menyiapkan pakaian bersih serta air dan handuk.

Batapa memilukannya melihat darah dagingnya menangis seperti dunia telah meninggalkannya, bagi Raka dunianya seakan runtuh dan hancur semua pencapaian dan kesuksesan tidak berarti sama sekali. Raka dengan ragu menyentuh tangan Raizel dan menariknya kembali, Raka terkejut merasakan perasaan dingin dari tangan Raizel, tangan itu sangat dingin seakan tidak ada darah yang mengalir membuatnya semakin takut untuk menyentuh Raizel.

" Lois akan datang 10 menit lagi! "
Railo yang telah menyelesaikan tugasnya turut duduk disamping Raizel.

Railo menyentuh tubuh Raizel sekali lagi, bahkan seluruh keluarganya berkali-kali menyentuh Raizel dan Railo memahami alasannya. Mereka ingin memastikan bahwa Raizel masih bersama mereka, Raizel belum menghilang seperti mimpi buruk yang selama ini mereka takutkan, masih ingin memastikan kalau sinar matahari mereka belum sirna dan lenyap.

" S-selidiki orang yang ingin Raizel temukan! "
Raka bahkan tergagap seperti orang bodoh.

" Raizel tidak memberikan petunjuk, bagaimana kita akan mencarinya ? "
Raihan menjawab frustasi.

" Kita tetap harus berusaha mencari, walaupun harus membalik seluruh dunia, kita harus menemukannya. "

TIME LOOPWhere stories live. Discover now