Keluar

58 3 1
                                    

Suasana rumah terasa lebih dingin daripada biasanya, seakan ada awan tebal yang menyelimuti rumah tersebut, usut demi usut ternyata awan tebal itu berasal dari putra bungsu Raka, teman-temannya pun bergidik ngeri saat memasuki mansion mewah tersebut.
Kantares ragu-ragu memasuki rumah sahabat baiknya, ini sudah kunjungan ketiga yang ia lakukan selama satu bulan terakhir, pasalnya kedua kakak Raizel menghubunginya secara pribadi agar berkunjung menemui Raizel dan memaksanya keluar dari rumah. Walaupun sedikit merasa enggan, Kantares mau tak mau menyanggupi permintaan mereka dengan membawa beberapa teman dekatnya yang lain.

" Aku merasa suasana rumah Raizel semakin mengerikan sejak terakhir kali kita datang! "
Qansa berbisik pelan ditelinga Kantares.
" Aku juga merasakannya!"
Ketiga pemuda dengan usia yang sama itu duduk dengan canggung diruang tamu, menunggu kedatangan Raizel selaku tuan rumah. Pagi tadi, Railo lagi-lagi menghubunginya untuk bermain bersama Raizel, saat pertama kali mendapat panggilan dari Railo, Kantares berkeringat dingin mencoba mengingat kesalahan apa yang telah dilakukannya sehingga Railo secara pribadi menghubunginya. Tapi setelah lama merenung, ia tidak bisa mengingat kesalahan apa yang telah dilakukannya, karena memang selama dua bulan terakhir dia belum mengajak Raizel menuju jalan yang sesat.

" Apa Raizel akan mengusir kita lagi kali ini? "
Rasya menggerutu pelan, masih teringat Raizel mengusir mereka dengan ekspresi dingin.
" Berdoalah agar kita tidak diusir lagi, jantungku seakan mau copot setiap kali kak Raihan atau Kak Railo menelphonku! "

Keburuntungan akhirnya berpihak kepada mereka, Raizel yang telah lama ditunggu-tunggu menampakkan wujudnya, Kantares dengan penuh semangat menyambut kedatangan Raizel. Kantares tak tahan mengerutkan dahinya saat melihat keadaan sahabatnya bahkan dengan mata telanjang ia bisa merasakan perbedaan Raizel yang turut membuatnya khawatir apalagi keluarga Raizel pantas saja Railo menerornya agar mengajak Raizel keluar.

" Rai, kau oke? "
Pertanyaan yang Qansa ajukan sama sekali tidak memiliki konteks apapun, tapi siapapun akan secara otomatis menanyakan hal tersebut saat melihat penampilan Raizel saat ini, wajah lelah dengan bibir pucat dan tubuh yang kurus seakan bisa jatuh kapan saja.

" Aku tidak yakin mengajaknya keluar, apa anak ini sudah makan ?"
Rasya berbisik di telinga Kantares.
Raizel tidak peduli dengan reaksi teman-temannya, berjalan dengan tenang menuju garasi mobilnya.
Suara desingan mobil terdengar, mobil baru yang dibeli Raihan sebulan yang lalu akhirnya keluar dari garasi, Raizel menatap kosong kearah pagar rumahnya mengumpulkan sedikit kewarasaanya yang tersisa.

" Karena kita sudah berkumpul, mari bersenang-senang hari ini! " teriakan Qansa bergema didalam mobil, disambut teriakan antusias Kantares dan Rasya, sedangkan Raizel tentu hanya diam.
Mereka duduk didalam mobil hampir 15 menit, tapi Raizel yang berada dikursi pengemudi seakan tidak mempunyai niat untuk menginjak pedal gas, mereka bertiga hanya bisa berbagi tatapan bingung.

" Rai, kalau kau belum mau keluar tidak apa-apa! Beristirahat saja, jangan memaksakan diri! "
Setelah hampir setengah jam berada didalam mobil yang menyala tetapi tidak berjalan, Rasya membuka suaranya, seperti yang diharapkan Raizel tidak menjawab.
Saat ketiganya sudah berniat untuk keluar dari mobil Raizel, mobil hitam itu mendadak melaju dengan kencang, mengagetkan semua orang. Kantares diam-diam menahan nafas ketika mobil yang dikemudikan Raizel semakin bertambah cepat, jika keadaan Raizel tidak seaneh sekarang mungkin Kantares akan mengumpat dan memaki Raizel. Tapi melihat tatapan kosong Raizel membuat nyalinya menciut untuk berbicara, dia hanya bisa berdoa agar tidak mencium kuburan hari ini.

" Rai, aku masih ingin punya pacar dan bermain. Jangan ajak aku bertemu malaikat maut seperti ini!
Qansa berteriak kencang, tersamarkan oleh suara mobil yang melaju kencang, mendadak berdoa dan bertobat sambil berpelukan erat dengan Rasya yang samar-samar mengumpat.

TIME LOOPWhere stories live. Discover now