Royal Prince | 03

677 87 4
                                    

Jakarta, 2019.

Tidak ada hari yang normal bagi para pekerja retail. Ketika beberapa orang bisa bersantai di akhir pekan, pekerja retail masih banting tulang demi kepuasan pelanggan. Ketika beberapa orang bisa berkumpul bersama keluarga, pekerja retail masih bekerja keras menyalurkan tenaga. Mereka adalah orang-orang yang dianggap biasa yang memberikan banyak jasa. Sayangnya, masih ada beberapa orang yang menyepelekan pekerjaan mereka. Padahal, para pekerja retail selalu berdedikasi untuk para konsumen yang membutuhkan bantuan mereka.

Setidaknya itu yang Citra rasakan selama hampir tiga tahun menjalani kehidupan sebagai pekerja retail. Citra melayani pembeli dengan menjadi kasir di salah satu supermarket besar di bilangan Senayan, bernama Supermart. Sayangnya, bulan depan kontrak kerjanya sudah selesai. Oleh karena itu, di minggu-minggu terakhir berkerja, Citra ingin lebih memaksimalkan pekerjaannya dengan memberikan arahan untuk beberapa karyawan baru yang akan menggantikannya.

"Cit, istirahat dulu, yuk! Lapar nih," ucap Nindy, salah satu rekan kerja Citra yang sering mengingatkannya untuk beristirahat.

Nindy memiliki postur yang tinggi, wajah yang manis, dan gaya bicara yang sedikit nyablak. Bagi Citra, di dunia retail yang sibuk dan melelahkan ini, jarang sekali ada orang yang perhatian seperti Nindy.

"Gue masih harus pantau pekerjaan karyawan baru, Nin. Kalau lo mau makan duluan nggak apa-apa, kok," jawab Citra yang baru saja kembali dari kasir karyawan baru.

"Ngapain dipantau terus, sih? Kan, lo udah ajarin mereka dari kemarin-kemari!" sahut Nindy agak kesal. "Pokoknya gue mau nungguin lo! Kalau lo nggak makan, gue juga nggak makan!"

Citra menghela napas. Pikirnya, daripada Nindy kehilangan jam makan siang hanya karena menunggunya, lebih baik Citra menerima ajakkannya. Lagi pula sekarang memang sudah waktunya beristirahat.

"Oke-oke, gue istirahat."

"Cakep!" Nindy langsung merangkul Citra dan menyeret tubuhnya pergi. "Cus lah, kita ke Solaria!"

Citra hanya tertawa mendengar ucapan Nindy. Keduanya tidak benar-benar makan di restoran itu. Citra dan Nindy lebih suka pergi ke warung tegal Bu Darmi yang letaknya berada di pemukiman warga, di sekitaran mal. Posisinya memang agak jauh dari jalan besar. Citra dan Nindy perlu masuk ke dalam gang kecil untuk sampai ke sana.

Setibanya di sana, Bu Darmi selaku pemilik warung menyapa dan langsung menyipkan makanan yang biasa mereka pesan.

"Pak Sigit benar-benar nggak ada pembahasan apa pun soal kontrak kerja lo, Cit?" Nindy bertanya setelah keduanya duduk di salah satu kursi di dekat jendela. "Padahal kinerja lo lebih dari kata bagus, lho. Loyalitas lo juga tinggi banget buat Supermart. Masa, sih, pihak Supermart nggak ada pertimbangan buat perpanjang kontrak kerja lo?"

"Nggak tahu, deh, Nin," jawab Citra, mengangkat kedua bahu. "Gue juga nggak mau terlalu ambil pusing, sih."

"Apa Pak Sigit takut posisinya digeser sama lo, ya?"

"Hush!" Citra menepuk tangan Nindy. "Ngaco aja lo!"

"Ya, kali aja, Cit," Nindy terkikik. "Habisnya kan Bos Besar lebih sering dengar masukan lo daripada doi."

"Tapi bukan berarti lo boleh suuzon gitu dong, Nin. Mungkin pihak Supermart memang butuh orang-orang baru yang lebih muda buat tenaga kerja tahun ini."

"Halah, lo lihat sendiri, kan, orang-orang baru kerjanya kayak gimana? Emosi banget gue lihatnya. Banyak gemetarnya, banyak bengongnya, nggak pernah fokus, lelet!"

Kali ini Citra yang tertawa. "Ya, namanya juga karyawan baru. Maklumin aja kali. Awal-awal kerja kita juga begitu, 'kan?"

"Apaan? Baru seminggu kerja aja Bos Besar udah kasih lo lembur. Lagian selama masa percobaan, lo nggak pernah, tuh, kelihatan gugup sampai ngelakuin kesalahan. Nggak kayak 'ntu anak-anak baru. Bikin ribet!"

Royal Prince (Republish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang