3. TIDAK SEMUANYA BISA DI CERITAKAN

196 99 18
                                    

Haloo...Must follow akun outhor sebelum membaca dan wajib baca Sampai selesai yaaa🤗

🍂
🍂

'Apa mungkin dari sejak awal, aku memang tidak pernah di inginkan untuk ada.'
Diandra Larasati


Diandra berjalan menuju kelasnya

~ menuju kelas ~~

"Dooaarrrrrr..." Megan menepuk bahu Diandra dari belakang.

"Astagaaa yaampun megann,lo ngagetin gue aja deh, mau copot nih jantung gue"

"Kenapa siih lo ndra, kebiasaan sambil jalan bengong,duduk bengong,heran gue."

Diandra tidak menghiaraukan ocehan Megan yang sedari tadi mengajak nya bicara.

Megan,sahabat Diandra satu-satunya dari SD,dan juga teman sebangku Diandra. dia tau betul bagaimana Diandra, sebenarnya Megan ingin sekali menjadi tempat bercerita buat Diandra, dia tau apa yang sedang di rasakan oleh Diandra itu sangat berat, tidak ada maksud Megan untuk ingin tau problem Diandra, Megan hanya ingin teman nya itu merasa lebih tenang saat ia bercerita, tapi tidak untuk Diandra, dia lebih baik bungkam,memendamnya sendiri tanpa bercerita kesiapapun termasuk sama Megan sahabatnya sendiri.

Megan tau betul Diandra adalah anak yang minim percakapan dengan siapapun, dia lebih suka sendirian,dia tau teman nya itu rapuh,dia paham betul kondisi Diandra. Berbeda dengan nya dia mempunyai keluarga yang selalu support,suasana rumah yang hangat,keluarga yang sayang dengan dia, berbalik dengan Diandra.

~kelas ~~

" Diandra, Lo baik-baik aja kan hari ini?"

Pertanyaan Megan setiap hari padanya, untuk memastikan Diandra baik-baik saja. Walaupun dia tau Diandra tidak akan pernah merasa baik-baik saja untuk saat ini.

" Gue baik-baik aja Megann:), tenang aja. "

Itu jawaban yang keluar dari mulut Diandra, membohongi dirinya sendiri pada dunia bersembunyi di balik kata " baik-baik saja."

" Gue seneng ndraa denger jawaban Lo kalo Lo emang bener lagi baik-baik aja." Ucap Megan.

Megan anak yang cukup di kenal di sekolah selain cantik dia juga pintar, yaa wajar saja kalo anak-anak di sekolah mengagumi Megan.

Ooh yaa... Diandra dan Megan mengambil program studi atau jurusan yakni IPS ( ilmu pengetahuan sosial ).

Bagi Diandra memilih jurusan ini bukanlah pekerjaan asal-asalan dan bukan hanya faktor pengaruh dari teman karibnya.

Diandra berfikir suatu saat nanti dia ingin menjadi psikologi.
Dia tertarik dengan cita-cita nya itu karena dia ingin memahami dirinya sendiri terlebih dahulu,selebihnya dia ingin membantu mereka mencari solusi dari permasalahan yang di hadapi.

Waktu sudah menunjukan pukul 13.00, itu tandanya Meraka akan segera pulang sekolah.

Setelah bell berbunyi mereka segera membereskan alat belajar yang sudah di gunakan,dan bersiap untuk pulang.

~ jalan pulang ~~

Diandra dan Megan selalu pulang bersama dan naik angkutan umum, karena ayah Diandra tidak bisa menjemput nya waktu pulang sekolah karena masih jam kantor,begitupun dengan Megan.

" Tunggu ndraaa... Lo buru-buru amat." Megan berlari kecil menghampiri Diandra.

Diandra dan Megan berjalan menuju pintu gerbang yang tak lama angkutan umum pun tiba.

" Ayooo angkot nya udah ada tuhh." Ucap Diandra sambil melambaikan tangan nya untuk memberhentikan angkot.

~ di dalam angkot ~~

Tidak ada percakapan apapun antara Diandra dan Megan.
Yang ada di isi kepala Diandra hanyalah riuhnya fikiran " ini terlalu sulit, aku menyerah, salah lagi,salah lagi " hanya kata-kata itu yang keluar dari fikiran Diandra.

"Kiri pak" pinta Diandra dan Megan kepada bapak supir angkot.

Mereka turun bersamaan karena rumah Meraka saling berdekatan.

"Megan gue duluan ya,Lo hati-hati" ucap Diandra pada Megan.

" Oke Ndraa, sampai jumpa besok ya." Sahut Megan.

Diandra berjalan dan membuka pintu gerbang rumahnya. Disana ada adik nya yang menyapa Diandra.

"Kakak sudah pulang?" Tanya Alana pada Diandra.

"Iya dek Kakak sudah pulang, kakak masuk ke rumah dulu yaa." Jawab Diandra sambil berjalan membuka pintu.

Ayah yang sibuk,mama yang seakan tidak peduli dengan kehadirannya membuat Diandra selalu berfikir dia pulang ke rumah tapi bukan "Rumah"
Dia sudah di rumah tapi kenapa rasanya seperti dia belum benar-benar "pulang".

Setiap pulang dari sekolah Diandra hanya berdiam diri di dalam kamar,entah apa yang harus Diandra lakukan, dia membuka diary kesayangan nya yang selalu ia isi dengan tulisan yang berkaitan dengan hati dan fikiran nya.

Ayah,mama
Aku benar-benar sangat menyayangi kalian,aku mohon tolong sayangi diriku juga,aku mohon:')
Aku benar-benar sangat merindukan definisi tempat pulang yang sebenarnya, tempat yang menjadi pulang untuk jiwa yang rapuh.
Tapi mengapa yang selalu ku rasakan adalah rapuh setiap kali aku berada di rumah.

Diandra Larasati.

Maaf guys kalo cerita nya masih kurang bagus, jika ada saran silahkan komen yaa. Thankyou🙌

I will be fine [ On Going ]Where stories live. Discover now