|41|

865 55 10
                                    

Sudah tiga jam lamanya waktu berlalu, Langit, Juan juga Papah masih setia berada di ruang persidangan. Kini hari yang dinanti tiba, hari persidangan Juna, dengan kasus pembunuhan berencana terhadap korban Angkasa Aldinata. Langit dan papah menunggu di barisan paling belakang, di kursi para penonton yang hadir untuk menyaksikan persidangan, sedangkan Juan berada di depan, di kursi saksi, tengah menyampaikan kesaksian yang sebenar-benarnya.

Di lain sisi, Juna mengeraskan rahangnya dengan kedua tangan terkepal, tatapannya mengunci mata elang milik Juan yang tengah memberikan kesaksian, anak itu nampak seperti bom yang siap meledak kapan saja saat ini.

"Sekiranya hanya itu kesaksian yang dapat saya berikan, tanpa menambah-nambahkan atau merekayasa, semoga kesaksian saya dapat memberikan keadilan untuk korban dan hukuman yang setimpal untuk pelaku. Terima kasih." Selepasnya Juan kembali duduk, matanya sedikit melirik Juan yang menatapnya tajam.

Para hakim, jaksa, bahkan pengacara Juna sibuk mencoret kertas yang berada di hadapannya masing-masing. Pengacara Juna nampak menghela nafas kasar, tidak ada lagi sanggahan yang dapat diberikan olehnya untuk membela klien, semua yang dinyatakan oleh Juan adalah fakta, bukti bahkan valid.

"Tidak ada lagi yang dapat saya sanggah, semua bukti dan kesaksian yang diberikan valid, kalau sudah seperti ini lebih baik kamu mengakui itu, setelahnya saya akan mengajukan banding." Jelas pengacara Juan.

"Lu dibayar mahal tapi gak bisa bebasin gua? Brengsek!" Kesal Juna, namun pengacara itu justru menatap tajam kliennya, tanpa mempedulikan bahwa anak di hadapannya ini adalah seorang anak direktur.

"Lantas? Anda ingin saya membebaskan Anda, tapi anda tidak punya bukti apapun untuk memperkuat bahwa anda tidak bersalah. Berterimakasih lah seharusnya pada saya, karena saya masih mau mengajukan aju banding walau anda terbukti bersalah."

Ucapan dari pengacara Juna membuat anak itu diam tak berkutik, apa yang dikatakan pengacaranya memang benar, dia tidak punya bukti apapun untuk memperkuat dugaan bahwa dia tidak bersalah, terlebih papah sudah memutuskan hubungan dengannya, tidak mau membantu apapun lagi. Bersyukur masih ada pengacara ini yang dikirim oleh sang ibu.

Langit yang melihat itu dari kejauhan menyunggingkan senyumnya tipis, tatapannya masih menatap Juna di ujung sana yang kini diam menunduk tak berkutik selepas berbicara dengan pengacaranya.

Tak lama setelahnya, keputusan hakim sudah bulat, Juna diputuskan menjadi tersangka, dan dikenai hukuman penjara, tidak lama tapi setidaknya setimpal, sidang pun akhirnya resmi selesai dan kasus pun ditutup karena telah tuntas.

Selepas persidangan Langit memeluk Juan, berkali-kali mengucapkan kata terima kasih karena telah memberikan kesaksian yang sebenarnya dan membuat Juna mendapatkan hukuman yang setimpal, begitu juga dengan papah.

"Thanks, buat kesaksian lu." Ucap Langit yang dibalas anggukan dan senyuman tipis dari Juan.

"Terima kasih atas kesaksian kamu ya Juan, om benar-benar bersyukur." Dimas menepuk bangga bahu lebar milik Juan.

"Sama-sama om, ini juga demi Angkasa, adik saya." Balas Juan.

Mereka akhirnya berjalan kembali menuju mobil milik Dimas, di sepanjang perjalanan tidak ada suara apapun yang terdengar selain suara radio mobil. Hingga akhirnya suara dering telfon milik Dimas memecah kehening yang ada.

"Halo, Embuni?" Tidak ada suara apapun yang terdengar dari seberang sana, selain suara tangis milik Bunda. Tiga kata selanjutnya yang dikeluarkan oleh Bunda, nyatanya membuat papah ikut meneteskan air matanya.

"Dimas, Kasa sadar."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
ANGKASA || JJHWhere stories live. Discover now