1. Sudah dewasa

5 1 0
                                    

 "Ayah?!", ayahnya hanya menghembuskan napas panjang. "Aku tidak akan mau pergi kesana, biarkan aku tinggal disini aja apa susahnya?", ayahnya tersenyum. "Siapa yang akan menjagamu? 1 penjaga rumah dan 2 pembantu rumah tangga?" Ibunya hanya menggelengkan kepala, merasakan tegangan otot dikepalanya saja sudah membuat dia pusing. "Kemungkinan terburuk kamu bisa diculik, apa kamu sudah memikirkan itu?", Arianna terdiam. "Sudah lah kalian berdua, Arianna pergilah ke rumah bibimu dan jangan buat ibumu khawatir". Arianna mengepalkan tangannya. "Kalian memang orang tua terburuk", Ibunya berjalan dengan cepat namun ayahnya menarik tangan ibunya. "Sudah lah, lagi pula pesawatnya akan berangkat besok, dia tidak punya pilihan lain selain berangkat ke bibinya". Ibunya berkacak pinggang, bagaimana dia bisa melahirkan seorang anak perempuan yang keras kepalanya tidak masuk akal itu.


Arianna masih terbangun dengan ponsel dihadapannya. Ayahnya perlahan menutup pintu kamar Arianna. "Ari?", Arianna membelakangi ayahnya. Sedangkan yang sedang dibelakangi hanya tersenyum. "Apakah ayah seburuk itu?", Arianna mengubah posisinya dengan duduk bersilah diatas kasurnya. "Kamu tahu kalo ibumu itu sama keras kepalanya dengan kamu?" Arianna mengerutkan keningnya. "Seharusnya dia tidak mengomel aku keras kepala seperti siapa", pria paruh baya itu hanya tertawa. "Benar kan? Tapi yang pasti dia juga sangat mengkhawatirkan kamu saat ini", Arianna menghembuskan napas panjang dan memberi jeda yang membuat ayahnya tersenyum mengerti perasaan Arianna saat ini. "Ibu...hah, baiklah aku akan pergi ke Indonesia."

Ayahnya langsung memeluk Arianna sepersekian detik selanjutnya. "Tapi dengan syarat", Ayahnya menyiapkan posisi duduk yang tegak untuk mendengarkan syarat dari putri semata wayangnya itu. "Beri aku uang saku yang lebih dari uang saku ku disini, aku tidak akan membeberkan identitasku sebagai publik figur, model ataupun anak ayah, aku libur selama 4 bulan didunia model untuk benar-benar sekolah. Jadi beri aku uang yang sepadan atas segala rahasia yang sudah aku jaga itu Tuan Alessandro", ayahnya tertawa cukup keras. "Baiklah baiklah Nona Arianna, dua kali lipat?", Arianna melototkan matanya. "Hanya dua kali lipat?!", ayahnya tertawa untuk kesekian kalinya. "Tiga?", Arianna mempertimbangkan negosiasi dari ayahnya itu. "Lagi pula euro dalam bentuk rupiah akan sangat besar nominalnya", Arianna mengangkat alisnya sebelah. "Baiklah, Tuan Alessandro", Arianna menyalami tangan ayahnya. "Baik, Nona Arianna". Arianna memeluk ayahnya dengan erat, "jangan kangen aku, katakan itu juga ke ibu. Kalian orang tua terbaik", ayahnya mengangguk sebagai jawaban "ibu mu pasti akan menangis mendengar pengakuan dari putri semata wayangnya ini, kamu juga jangan kangen ayah". Arianna mengangguk. Lalu pria paruh baya itu keluar dari kamar anaknya.


"Kenapa kamu tidak masuk aja?", ah Nyonya Teressa ini memang penuh dengan gengsi. "Sudah lah jangan menangis." Istrinya memukul pundak suaminya. "Dasar bajingan ini, bagaimana kamu tega meninggalkan permata seperti dia sendirian?", suaminya menarik tangan istrinya agar menjauh dari kamar sang anak. "Lagi pula Alexa berjanji menjaga permata kita, kamu juga masih bisa menelpon dia sewaktu bila kangen", Teressa mengusap air matanya terus menerus. "Ini pertama kalinya kita pergi tanpa dia kamu tahu?!". Alessandro mengangguk, "bukan kah dia sudah besar? Aku merasa bangga sebagai ayahnya". Teressa memukul suaminya itu lagi. "Bukan itu intinya", Alessandro hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. "Iya, iya. Maka dari itu ayo tidur dan bersiap untuk besok. Air matamu akan lebih banyak di butuhkan besok", Teressa terus menerus memukuli suaminya itu.


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
NEW GIRL??Where stories live. Discover now