Chapter 20

204 13 2
                                    

Selamat datang di chapter 20

Tinggalkan jejak dengan vote, komen atau benerin typo-typo yang bertebaran

Thanks

Happy reading everybody

Hopefully you will love this story like me

❤️❤️❤️

____________________________________________________

Bila itu terjadi, apa yang harus kuperbuat untuk mempertahankanmu berada di sisiku? Apakah aku mempunyai peluang besar untuk memilikimu? Dan apakah kau sudah pasti akan memilihku?

—Kevino Eclipster
____________________________________________________

“Is everything on the track?” tanya Kevino kepada Jameka yang sedari tadi diam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Is everything on the track?” tanya Kevino kepada Jameka yang sedari tadi diam. Wanita itu memang tampak memperhatikan jalan, tetapi tatapan matanya tak berisi alias kosong.

Di depan sana para pengendara memelankan laju kendaraan masing-masing hingga berhenti total. Sebuah pertanda bahwa lampu merah menyala. Pengendara-pengendara motor mengisi di tiap celah antar mobil.

Kevino menarik rem tangan kemudian mengambil tangan kanan Jameka sambil mengusap-usapkan ibu jarinya. “Baby?” panggilannya lantaran tidak mendapat jawaban dari Jameka. Sekarang pun wanita itu hanya melihat genggaman Kevino tanpa tenaga, lalu memindah pandangan ke wajahnya. Namun, Jameka belum mengeluarkan sepatah kata pun.

“Kerjaan lancar?” tanya Kevino lagi bak reporter mewawancarai nara sumber. Dirasa perlu lebih fokus pada Jameka—mumpung lampu merah masih lama, tangan kanannya menekan tombol volume di kemudi untuk mengecilkan musik yang ia setel.

“Not really.” Ingin membalas hanya sebatas itu, tetapi Jameka sadar Kevino pasti akan mengejarnya. Sehingga, ia lebih memanjangkan jawabannya untuk formalitas belaka. “Masih nunggu adikku balik sini terus ke Samarinda ngurus semuanya. Hasilnya tergantung itu.” Ia mempertegas kata-katanya dengan mengangguk-angguk. “Ya, ngurus perusahaan hampir bangkrut emang sepusing ini.” Tawa kecut menghiasi bibir bergincu merah wanita itu.

“Aku tahu kamu pasti bisa bawa Heratl bangkit lagi,” hibur Kevino yang makin rajin mengusap-usapkan ibu jarinya guna menenangkan Jameka.

“Semoga,” gumam Jameka.

“Kerja sama kita juga lagi bahas bahan baku alternatif, kan?”

“Iya, ternyata lumayan susah.”

“Kita cari jalan keluar sama-sama. Kemarin, aku ke Bogor lihat-lihat kebun teh, lihat lahan dan lain-lain. Mana yang bisa dijadiin peluang bisnis.”

TAMING THE BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang