Chapter 9

534 31 15
                                    

Selamat datang di chapter 9

Tinggalkan jejak dengan vote, dan komen

Tandai juga apabila ada typo

Thanks

Happy reading everybody

Hopefully you will like and enjoy this absurd story

❤️❤️❤️

____________________________________________________

Apa pria itu hilang ingatan? Atau kesurupan? Atau sudah tidak waras? Atau malah kombinasi dari ketiganya?

—Jameka Michelle
____________________________________________________

Dalam kasus biasa, Jameka bukan tipe orang yang suka menggunakan kekerasan fisik untuk melawan seseorang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dalam kasus biasa, Jameka bukan tipe orang yang suka menggunakan kekerasan fisik untuk melawan seseorang. Namun, bukankah selalu ada pengecualian dalam hidup? Dan untuk orang semenyebalkan Tito Alvarez, kenapa tidak?

Meski tidak mengeluarkan kekuatan penuh, Jameka tanpa ragu menerjang dan memukuli dada bidang, keras, bin kekar Tito secara membabi buta. Sampai babak belur kalau perlu. Pria seperti kadal sawah ini memang kadang tidak butuh dikasihani karena dengan kurang ajar sekali benari mengatainya bau!

Enak saja! Jameka itu selalu berpenampilan rapi, wangi dan on flick di setiap waktu. Bau merupakan kata sensitif bagi wanita feminin seperti dirinya.

Sayangnya, kenyataan tidak berjalan seiring dengan harapan. Ibarat pribahasa: maksud hati memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai. Soal tenaga, pria jelas memegang rekor lebih unggul daripada wanita. Begitu pula dengan Tito dan Jameka. Yang secara pasti Tito bisa menangkap pergelangan-pergelangan tangan Jameka dengan mudah. Lalu menahannya sampai wanita itu mandongak dan menatapnya dengan wajah dipenuhi urat-urat yang bermunculan di dahi.

“Udah mukulnya. Sakit tahu, Yang Mulia Ratu,” adu Tito.

Jameka tidak tahu betapa besar kendali diri yang dibutuhkan Tito untuk tidak terpengaruh terhadap wajah cemberut di hadapannya. Yang dianggap Tito sebagai bentuk provokasi untuk dicium. Karena hanya dibutuhkan sedikit saja gerakan menurunkan wajah, ia bisa melumat habis bibir pembangkang wanita itu. Godaan yang luar biasa berat, terutama bagi seorang yang gemar mencium wanita tanpa banyak pikir seperti dirinya.

Sementara itu Jameka memberontak. “Biarin. Sejak kapan sih lo jadi senyebelin ini? Asal lo tau ya! Gue kagak boker dan gue wangi!”

Selain tergoda untuk menghidu aroma tubuh Jameka, Tito juga tidak mampu menahan tawanya dan mengudarakannya ke lorong bangunan yang sepi. Ada-ada saja Jameka ini. Sudah tahu ia hanya bercanda, kenapa masih dibahas juga? Kenapa pula wangi atau tidak jadi sepenting itu untuk Jameka? Dan bukankah manusiawi seorang manusia atau makhluk hidup lain itu defekasi?

TAMING THE BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang