Prolog

2.9K 90 46
                                    

Hallo teman-teman
Apa kabar?
Semoga baik ya

Selamat datang di kisah Jameka Michelle ya

Sebenernya saya udah lama banget pengin nulis kisah Jameka ini, dari saya nulis Bad Boy in the Mask (2019)

Dan akhirnya kesampaian baru sekarang.

Itu pun dengan ide yang timbul tenggelam, kebingungan mau dipublikasikan sekarang atau besok-besok

Soalnya kan work saya banyak yang lagi on going ya 😂

Mianee ... emang dasar saya ini suka selingkuh naskah

Untuk work La Cosa Nostra ; Britain sendiri akan saya posting setelah Jayden PO ya gaeeess (nggak tau kapan, belum ada kabar burung, semoga aja secepatnya) Entar bisa bundling sama Bad Boy in the Mask kok

Well, di tengah ke(sok)sibukan ini, saya akan berusaha menyelesaikan naskah-naskah saya

Semoga bisa dan semoga teman-teman masih masih membacanya

Well, udah dulu cuap-cuap manja ini

Selamat membaca

Semoga suka

Btw, warning 21+ ya
Adek-adek yang belum cukup umur silakan bobok aja di rumah 😁

______________________________________________

______________________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Good morning, Bae.

Suara serak seorang pria memasuki rungu seorang wanita berbalut sweter cokelat yang salah satu lengannya melorot, mempertontonkan setengah bahunya. Di tengah acara mengaduk teh di pantri dapur, senyum mengiringi telengan kepalanya untuk melihat tunangannya berjalan mendekat.

“Morning. Maaf, semalam aku sudah tidur, tidak tahu kapan kau datang. Tadi pagi aku juga tidak berani membangunkanmu,” balas wanita itu rikuh, lalu membiarkan sendok pengaduk di cangkir untuk menyentuh lengan-lengan kekar yang melingkari perutnya. Bubuhan bibir di kening dan pundaknya membuat ia merinding sekaligus merasa dicintai.

“It’s okey. Kau mungkin kelelahan. Ingat, akhir-akhir ini kau memang sering kelelahan.”

“Itu karena aku bekerja keras.”

“Jangan terlalu bekerja keras, biar aku saja. Ngomong-ngomong, mula-mula kau membuat teh? Biasanya Americano.” Pria itu meletakkan dagu di pundak tunangannya sembari menurunkan pandangan ke cangkir keramik putih berlarik emas.

TAMING THE BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang