9 [hari yang melelahkan]

124 116 12
                                    

Pagi ini Alycia terlihat tak baik - baik saja, rambut gadis itu terlihat acak-acakan walau ia sudah menguncir rambutnya. Gadis itu mulai melepas kacamata blue ray yang ia kenakan, sesekali ia juga mengucek matanya, terlihat matanya sangat lelah. Gadis itu menguap dan disusul meletakkan kepalanya diatas meja. Rasanya baru saja gadis itu memejamkan matanya, namun belaian lembut mengusap kepala nya. Disetiap belaian ia merasakan seluruh beban yang ada dipundaknya mulai hilang.

Saat Alycia membuka mata dan mengangkat kepalanya ia melihat ibundanya lah yang tengah mengusap kepalanya. Gadis itu mengucek matanya, berusaha menyadarkan dirinya dari mimpi. Namun, itu bukanlah mimpi yang dia lihat memang benar ibunya. "Bunda?" Satu kata berhasil keluar dari mulut gadis itu. "Kamu tidur dikantor?" Ujar sang ibu dengan duduk disebelah anak perempuannya. Tiba - tiba buliran bening keluar dari mata keduanya, gadis itu segera memeluk sang ibu, pasalnya sudah sangat lama ia tak bertemu secara langsung dengan ibundanya. Keduanya berpelukan, saling menyalurkan rasa rindu yang selama ini ditahan. Ibu dari Alycia juga menciumi kepala anaknya.

"Tante, ini saya bawakan teh." Jane menghidangkan secangkir teh dengan senyum manis nan ramah. "Tante mau sarapan? Saya belikan untuk tante."

"Terimakasih ya nak Jane, untuk sarapannya gak usah. Nanti saja tante beli sendiri." Widy, ibu dari Alycia itu juga tersenyum hangat dengan Jane. Tangannya mengusap punggung Jane. Disisi lain Jane yang diajak berbicara itupun tersenyum sembari mengangguk menatap Widy.

"Al, mending kamu pulang aja. Lagi pula ngapain sampek tidur dikantor sih? Masalah kerjaan kan bisa dikejain bareng bareng. Gaperlu sampe begadang dikantor. Toh karyawan juga ada kan." Ujar cewek dengan balutan jaz berwarna grey yang tengah duduk disamping Alycia.

Gadis itu mengusap rambut nya dengan gusar "gimanapun juga bisnis ini kita yang bangun, aku juga harus ikut andil. Susah seneng nya juga aku harus ngerasain, bukan cuma kamu aja, Jane. Ini juga bukan masalah ada karyawan atau engga." Alycia sedikit meninggikan kalimatnya.

Beberapa saat suasana menjadi hening, antara Alycia, Widy, dan Jane tak ada yang mengatakan sepatah kata pun setelah mendengar ucapan Alycia tadi. Pasalnya diantara Jane dan Widy sudah hafal betul dengan watak Alycia. Mungkin saja cewek itu sedang capek dan badmood.

"Hmm, yaudah Al aku tinggal dulu ya. Saya permisi tante." Jane berpamitan dengan Widy dan Alycia.

"Tunggu nak jane." Kalimat itu berhasil membuat Jane menghentikan langkahnya. "Tante buat jajan klepon. Ini beku nak, nanti kalau nak Jane mau makan dikukus dulu ya, dipanasi sebenar aja lalu kelapanya baru ditaburkan. Semoga nak Jane suka ya." Widy menyodorkan satu kotak berisi klepon, jajanan tradisional.

"Wah tante terimakasih banyak ya, saya pasti suka." Jane tersenyum manis.

"Jane!" Panggil Alycia dengan berdiri. "kasus tabrakan Davian, aku harus segera selesaikan kasus itu.?!" Alycia berkata to the point.

"Hmm, aku bakal bantu sebisanya. Kalau ada yang mencurigakan, aku bakal kabari. Dan satu lagi, Al. Mungkin mudah bagi kamu buat nemuin siapa pelaku tabrak lari kasus Davian. Tapi kayaknya gak mudah untuk kamu temuin siapa perempuan yang kirim surat dan kirim makanan buat Davian kemarin."

"Tenang aja Jane, aku bakal mudah temuin mereka. Entah kasus tabrak lari Davian, atau perempuan gajelas itu. Tapi selagi perempuan itu gak mengancam aku rasa gaperlu diselidiki. "

"Okelah terserah, semoga pelaku tabrak lari itu cepet ketemu."

"Thanks Jane. By the way aku cabut dulu ya. Kerjaannya udah kelar nih! Tinggal presentasi aja."

"Oke makasih ya. Besok waktu rapat aku harap kamu bisa hadir."

"I'll see later." Kemudian Alycia mengajak Widy, untuk keluar sedangkan Jane sudah melangkahkan kaki menuju ruang kerjanya.

INEFFABLE Where stories live. Discover now