Chap 1~ Teman Seberang Apartemen

Start from the beginning
                                    

Meskipun Hyunsik heran mengapa Ibunya bisa melahirkan adik kembar yang tidak mirip seperti itu, namun Hyunsik tetap menerima dan menyayangi kedua adik kembarnya itu dengan sepenuh hati. Ia bahkan turut mengurus dan juga ikut membanting tulang dengan bekerja serabutan demi mencukupi kebutuhan keluarganya yang miskin itu.

Setiap hari Hyunsik harus bangun pagi-pagi sekali untuk mengantar koran dan susu ke rumah-rumah orang kaya. Baru setelah itu ia kembali ke apartemen untuk memandikan kedua adiknya dan memberinya susu serta sarapan seadanya. Jika sudah selesai, maka Hyunsik pun pergi ke sekolah. Dan sepulang sekolah, ia masih harus bekerja di sebuah kedai makan untuk membantu mencuci piring hanya demi mendapatkan sebungkus makanan yang akan dinikmatinya nanti bersama dengan kedua adik kembarnya. Tak jarang setelah itu ia pun akan pergi ke pasar untuk menjadi kuli pengangkut barang demi mendapatkan sedikit uang untuk kebutuhan hidup keluarganya.

Dan saat ini mereka bertiga hanya memiliki seorang ibu, karena ayah mereka telah tiada sekitar tiga tahun yang lalu. Ibu mereka yang biasa dipanggil Ny. Won dan bernama asli Kim Aera, bekerja di sebuah bar dengan gaji yang sangat minim, sehingga hal itulah yang membuat Hyunsik mau tak mau harus ikut membantu Ibunya untuk mencari nafkah.

"Zayyan-ie, Gyumin-ie," ucap Hyunsik di sela makannya.

"Nde??" sahut kedua adiknya sambil menatap ke arahnya.

"Kalau Hyung sedang tidak ada di rumah, kalian berdua jangan nakal ya, dan jangan berantem. Kalian berdua harus saling mengasihi dan saling menjaga satu sama lain. Kalian mengerti, kan?"

"Nde, Hyung," jawab si kembar menurut, meskipun pesan tersebut sudah sering mereka dengar dari Hyungnya.

***

Sementara itu di seberang apartemen sederhana yang mereka tinggali, terdapat sebuah gedung lain yang merupakan sebuah apartemen mewah yang dihuni oleh orang-orang dari kalangan elite Ibu Kota Seoul.

Di salah satu apartemen yang ada di gedung tersebut, tepatnya di dalam kediaman keluarga Zo, terdapat tiga anak lelaki yang juga tengah menikmati makan siang bersama.

Ketiga anak lelaki itu terdiri dari si sulung Zo Dohyun yang berusia sembilan tahun, si anak tengah yang bernama Zo Chun Sing yang berusia enam tahun, dan si bungsu yang bernama Zo Ouyin atau yang juga biasa di panggil Leo, ia berusia lima tahun.

Mereka duduk di meja makan yang cukup besar, dan di atas meja makan mereka tertata berbagai macam jenis menu yang diolah dari daging sapi Korea yang sangat mahal beserta berbagai macam menu hidangan Korea yang mewah.

Mereka duduk dengan sangat rapi dengan posisi duduk tegak dan tidak membungkuk di kursi masing-masing dengan celemek yang terpasang di dadanya. Mereka makan dengan tenang layaknya anak bangsawan, tidak bersuara, tidak menimbulkan suara berisik dari peralatan makan yang mereka gunakan, seperti yang sudah mereka pelajari sejak kecil sebagaimana tradisi dari keluarga tersebut.

"Aissshh! Membosankan! Kenapa kita makan seperti di kuburan sih? Hening banget!" Sing si anak tengah mulai protes. Dibandingkan kedua saudaranya, Sing memanglah satu-satunya putra dari keluarga Zo yang agak sedikit susah di atur dan terkadang bertindak sesuka hatinya.

"Ssst...jangan berisik, Sing! Makanlah dengan tenang, nikmati makanmu dan diamlah!" Sebagai anak sulung Dohyun pun menegurnya sambil mendelik ke arahnya.

"Bosanlah Hyung, tiap hari kita makan dengan cara seperti ini terus! Ngobrol napa ngobrol, pada diam-diam bae! Nggak seru tahu!" Protes Sing.

"Diam atau ku adukan pada Ayah dan Ibu sikapmu yang tidak sopan saat makan ini, hah?!" Dohyun mengancam adiknya.

Sing pun terdiam takut mendengar ancaman kakaknya, karena dirinya takut dihukum oleh Ayahnya. Saat ini kedua orang tua mereka memanglah sedang tidak ada di rumah, karena mereka sibuk mengurusi perusahaan pribadi milik mereka.

Sweet Friend (Xodiac SingZay)Where stories live. Discover now