Chap 16 ~ Hati Yang Berdebar

625 68 113
                                    

Typo ✌️

Happy reading

*
*

Di dalam perjalanan pulang, Zayyan merasa tidak nyaman karena sejak mereka berdua masuk ke dalam mobil, Sing hanya fokus menyetir tanpa melihat ke arahnya atau pun bicara sedikit pun. Sikapnya berubah 180° ketimbang saat masih berada di kafe Wain tadi.

Zayyan pun ikut diam, meski dalam hati gelisah. Ia masih memegang erat jas mahal milik Sing di pangkuannya. Ia ingin mengembalikannya dengan berbicara pada Sing, namun melihat wajah datar Sing, ia jadi takut.

Sampai akhirnya mereka tiba di lampu merah, dan Sing pun menghentikan mobilnya.

Sing tampak menghela napas pelan sambil menyamankan posisi duduknya.

Zayyan melirik ke arah Sing. Ia berpikir apakah ini waktu yang tepat untuk berbicara. Ia lalu menoleh, melihat wajah Sing.

"Ng...S-Sing...," panggilnya lirih, namun masih terdengar oleh Sing.

Sing tak menoleh, atau pun menimpalinya.

Zayyan menelan ludahnya kasar. Ia merasa diabaikan.

Zayyan berpikir sejenak. Ia melihat ke arah lampu merah yang masih menyala. "Hm...masih ada waktu," pikirnya.

"Sing!" Kali ini Zayyan berucap dengan suara keras.

Sontak Sing pun menoleh dengan sedikit tersentak, karena kaget. Namun ia kembali memasang tampang datarnya lagi.

"Ck! Jangan teriak-teriak di mobilku! Kau pikir aku budeg?!" Timpal Sing dingin.

"Mian, habisnya kau tidak menjawab panggilanku sebelumnya," cicit Zayyan sambil menunduk takut.

Lampu lalu lintas kini sudah berubah hijau, dan Sing kembali melajukan mobilnya.

Suasana pun kembali hening. Sing tak menimpali ucapan terakhir Zayyan tadi. Hal ini membuat Zayyan sebal, benar-benar sebal. Otak Zayyan mulai berpikir bagaimana caranya membuat Sing kembali tersenyum dan bersikap baik terhadapnya lagi. Zayyan tak suka diabaikan oleh Sing.

Berbeda dengan dulu. Dulu jika Sing diam, Zayyan justru senang, karena tak harus mendengar kalimat bullyan dari pemuda tersebut. Tapi semenjak sikap Sing berubah drastis terhadapnya, kini Zayyan malah tidak suka jika Sing mendiamkannya.

Sambil mencebikkan bibirnya imut, Zayyan memandangi wajah Sing.

"Sing...," Zayyan menarik sedikit lengan kemeja Sing dari samping menggunakan jari lentiknya.

Sing tak bergeming, matanya tetap fokus ke jalanan di depannya. Meski sebenarnya ia gemas dengan tingkah Zayyan saat ini.

"Kau marah padaku ya?" Cicit Zayyan lagi.

Sing menghela napas pelan, namun masih enggan menjawab.

"Kau marah ya? Iya, kan?" Desak Zayyan. Ia memaksa Sing untuk menjawab pertanyaannya.

Setelah sekian detik kemudian...

"Hm," hanya itu yang keluar dari mulut Sing, namun anehnya Zayyan malah senang, karena akhirnya Sing meresponnya meski tak melihat ke arahnya.

"Kenapa?"

"Apanya?" Balas Sing dingin.

"Kenapa kau marah padaku?"

Sing diam sejenak, tak langsung menjawab.

"Karena kau sulit di atur!" Jawabnya kemudian.

"Maksudnya?"

"Aku beri kau waktu untuk beristirahat agar kau benar-benar pulih, tapi kau malah pergi bersenang-senang dengan Wain."

Zayyan menunduk merasa bersalah. "Mianhae, Sing."

Sweet Friend (Xodiac SingZay) End√Où les histoires vivent. Découvrez maintenant