CHAPTER 8 : DILIBURKAN

39 3 0
                                    

"Kamu kenal perempuan tadi? Kalian kelihatan akrab," cetus Amelia saat keduanya tengah menikmati makan malam di apartemen James. Setelah membeli kursi pijat, mereka tidak kembali ke Jegu Luxury. Amelia mengajak James berkeliling mall, bernostalgia dengan kebersamaan ketika masih SMA. Sebelum pulang, tidak lupa membeli makanan.

James menanggapi dengan anggukan. "No, just know."

"Maksudnya?" Amelia kebingungan dengan respons yang diberikan James. Laki-laki itu mengatakan tidak, tapi tahu. Benar-benar sulit dicerna.

"Aku nggak kenal perempuan itu siapa, but I know her. Beberapa hari lalu aku mabuk. Bangun-bangun, tubuhku dililiti selimut dan diikat. Perempuan itu ada di kamar yang sama denganku, tapi ... sepertinya kami tidak melakukan apa-apa," jelas James mengingat kembali kejadian tempo hari. Dia tidak suka diperlakukan seperti itu oleh perempuan, apalagi si pelaku bersikap seolah tidak tertarik pada dirinya.

"Dililiti selimut dan diikat?" Amelia cukup takjub mendengar cerita yang dituturkan James. Perempuan itu tidak menyangka ada orang yang tidak tertarik pada laki-laki yang tengah duduk di hadapannya ini. Dia saja yang berstatus sebagai sahabat James dan tahu keburukannya pernah tertarik dengan pesona laki-laki itu. Saat SMA, mereka sempat menjalin hubungan. Namun, hanya berlangsung seminggu, karena Amelia merasa menjadi sahabat James jauh lebih menyenangkan ketimbang menjadi sepasang kekasih. Tidak harus ada yang ditutup-tutupi. Setelah kejadian itu, keduanya sepakat untuk berteman saja. Tidak ada permusuhan, mereka saling mendukung hubungan asmara satu sama lain.

"Hm. Yang lebih parah lagi, dia pergi tanpa membuka ikatanku. Perempuan itu sempat kembali, kupikir dia akan membuka ikatanku. Tapi kamu tahu apa yang terjadi?"

Amelia menggeleng mantap. Dia tidak sabar mendengar kelanjutan cerita James yang begitu menggebu-gebu dan sarat akan emosi. "Apa yang terjadi?"

James melepaskan garpu hingga menimbulkan suara. Laki-laki itu mengusap wajah, kemudian memijat pelipis. "Dia melemparkan sestrip antimo sambil mengatakan, 'Buat lo. Jangan lupa restui gue sama Logan, ya, Teman'."

Tawa Amelia langsung pecah, perempuan itu bahkan sampai memegangi perut. "Dia menarik. Kenapa nggak kamu ajak kenalan tadi?"

James berdecak, karena melihat Amelia terlihat begitu terhibur mendengar ceritanya. Padahal, perempuan itu tidak tahu Logan itu siapa. "Kenalan, for what?"

Amelia mengangkat bahu. "Siapa tahu kamu berniat menjadikan perempuan itu sebagai pacar. Hidupmu pasti akan berwarna apabila menjalin hubungan dengannya."

"Jangan meledekku." James menganggap ucapan Amelia adalah ledekan. Dia bergidik membayangkan bila benar-benar menjalin hubungan dengan perempuan tersebut. Hal aneh dan kesialan pasti akan selalu menimpa hidupnya.

"Aku serius, James. Jodoh siapa yang tahu, kan?"

James kini mengubah posisi. Dia bertopang dagu, menatap Amelia lurus-lurus. "Daripada pacaran dengan perempuan itu, bukankah lebih baik aku menjadikanmu sebagai pacarku ... lagi?"

Amelia bergegas bangkit dari kursi. Dia menyambar tas yang tergeletak di atas meja, kemudian berjalan menuju ke arah pintu apartemen James. "Terima kasih atas tawarannya. Tapi maaf, aku tidak tertarik."

Melihat kepergian Amelia, James hanya bisa tertawa.

***

Bosan, itulah yang James rasakan. Dia hanya memindah-mindahkan channel televisi selepas kepergian Amelia. Sierra pun tidak bisa dihubungi, bisa jadi perempuan itu tengah menghabiskan waktu dengan teman kencan barunya. James masih ingat, Sierra pernah mengatakan bahwa dia sering terlibat dalam percintaan satu malam. Sama seperti dirinya, perempuan itu tidak pernah menghabiskan malam dengan partner yang sama untuk kali kedua, sehebat apa pun performa mereka.

James ingin mencoba menghubungi beberapa perempuan dan meminta mereka datang, tapi urung karena tahu akhirnya akan seperti apa. Dia juga bingung sendiri, kenapa setiap akan menghabiskan malam dengan orang lain, bayangan Safa selalu hadir. Apakah ini karma, karena laki-laki tersebut kerap kali bergonta-ganti pasangan?

James tidak begitu percaya dengan karma, tapi kepergian Safa dan efeknya pada hidup, membuat laki-laki itu mau tidak mau mengakui bahwa karma memang ada. Hukum tanam tuai, kata orang. Lima tahun belakangan bukannya dia tidak mau berubah, melainkan mencari perempuan adalah upaya untuk 'mengobati' diri. Toh, semua upaya yang dilakukan pun berakhir sia-sia.

Berada di puncak kebosanan, James mematikan televisi. Laki-laki itu meraih ponsel guna berselancar di official akun Instagram C'est La Vie. Sebuah story dibagikan secara berulang.

Pengumuman!

Demi kenyamanan bersama, tertanggal mulai hari ini C'est La Vie diliburkan sementara, karena kami tengah melakukan pemeliharaan gedung. Jadwal beroperasi kembali akan diinfokan melalui media sosial.

Atas perhatiannya, terima kasih.

Selama mengunjungi C'est La Vie, baru kali ini tempat hiburan malam tersebut diliburkan dalam rentang waktu yang sepertinya agak lama. Entah apa lagi yang tengah Logan lakukan pada barnya tersebut. C'est La Vie tutup, otomatis tidak ada tempat untuk James bermain. Memang, bar di Jakarta bukan hanya C'est La Vie saja, tapi tempat itu sudah seperti rumah kedua bagi dirinya.

[Where are you?

James mengirimkan pesan pada Logan.

[C'est La Vie. Kenapa?

Logan membalas hanya berselang beberapa detik setelah James mengirimkan pesan. Ditilik dari hal tersebut, sepertinya laki-laki itu sedang senggang. Jika tidak bisa mendapat hiburan di C'est La Vie, James bisa merecoki Logan. Laki-laki itu pun segera mengambil kunci mobil, bersiap mengunjungi bar tempatnya mencari hiburan.

Pina ColadaWhere stories live. Discover now