CHAPTER 1 : PEMBURU

331 7 2
                                    

"C'est La Vie," gumam Kalila membaca huruf demi huruf yang terpampang di atas pintu sebuah gedung

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"C'est La Vie," gumam Kalila membaca huruf demi huruf yang terpampang di atas pintu sebuah gedung. Perempuan itu menatap ponsel yang sedari tadi berada dalam genggaman, kemudian mencocokkan alamat serta foto dengan yang ada di internet. "Yes! Ini tempatnya."

Kalila pun memasukkan ponsel ke dalam tas selempang, sebelum melangkahkan kaki menuju gedung C'est La Vie. Di depan pintu, beberapa bodyguard menjaga. Salah satu di antaranya meminta kartu tanda pengenal. Tanpa pikir panjang, Kalila menyerahkan kartu tanda pengenalnya untuk diperiksa.

"Bukan member, ya, Mbak?" tanya si bodyguard sambil fokus memeriksa tanda pengenal Kalila. Suaranya tegas, begitu pula dengan gerak-geriknya.

"Iya. Baru pertama ke sini," jawab Kalila sambil memperhatikan si bodyguard dengan saksama, barang kali laki-laki tinggi besar itu bisa dijadikan teman kencan. Sayangnya, setelah diteliti, Kalila tidak merasakan ketertarikan.

"Kalau mau sering ke sini bisa daftar jadi member dulu, Mbak. Banyak keuntungannya, selain dapet cut off price dan penempatan lahan parkir." Si bodyguard menjelaskan, sebelum mengembalikan kartu tanda pengenal pada si empunya.

"Oke, nanti gue pertimbangin dulu, mau jadi member atau nggak," pungkas Kalila beberapa detik sebelum memasuki C'est La Vie.

Begitu sampai di dalam, dia sempat menyipitkan mata karena suara musik yang memekakkan telinga. Namun hal itu tidak berlangsung lama, karena setelahnya, Kalila mulai bisa beradaptasi. Kini, sepasang netra perempuan itu mengitari sekeliling. Dia merasa bangga bisa menginjakkan kaki di bar kelas menengah ke atas tersebut. Tentu saja bukan hanya interior yang terlihat mewah, melainkan juga para pengunjungnya. Malam ini, Kalila nekat mendatangi C'est La Vie yang diketahuinya melalui internet, dengan tujuan mencari mangsa baru.

Bagi Kalila, hanya ada dua opsi dalam kehidupan; yakni menjadi pemburu atau memilih diburu. Selama ini, perempuan tersebut selalu berperan sebagai pemburu. Adrenalin yang tinggi, membuat Kalila tidak pernah puas hanya dengan satu laki-laki. Mencari, menaklukkan; itulah dua hal yang sering dilakukan.

Malam ini, gue pasti bisa bawa satu cowok dari sini, batinnya dengan percaya diri.

Sebagai pemburu, hal pertama yang Kalila lakukan adalah mengamati buruan. Di antara banyaknya laki-laki di C'est La Vie, belum ada target yang menarik perhatian. Sambil terus mencari, perempuan itu pun menghampiri meja bartender. Dia berujar, "Satu Pina Colada."

Tiga menit berlalu, seorang laki-laki dari balik meja bar mengulurkan pesanan Kalila. "Satu Pina Colada buat pendatang baru."

Mendengar suara tersebut, Kalila mengalihkan perhatian dari sekitar. Dia mendongak dan mendapati senyum seorang laki-laki yang sangat ... manis. Kalila terpesona. Laki-laki itu adalah bartender tertampan yang pernah dia temui. Kini sepasang netra Kalila tertuju pada lengan si Bartender, urat-urat menonjol dari punggung tangannya. Imajinasi Kalila seketika melanglang buana, membayangkan lengan tersebut menyelubungi tubuhnya. Seketika itu juga Kalila memutuskan bahwa 'dia' adalah target yang harus diburu.

Pina ColadaWhere stories live. Discover now