46

8.4K 771 393
                                    

Sebelum baca vote dulu yaaa

Bila ada kesalahan dalam penulisan boleh tandai dikolom komentar

↠↠↠↠↠↺↞↞↞↞↞

Kenzo menatap nanar ranjang rawat sang Bunda. Ia tidak bergeming.

"Bunda cepet sehat lagi ya? Ken tungguin." Kenzo mengambil sebelah tangan Sarah dan menggenggamnya dengan lembut.

"Kangen tahu, Bun," gumam Kenzo lirih, ia mengecepu punggung tangan sang Bunda sebelum berakhir kembali menangis.

Dunianya terasa hancur, seperti papan catur yang awalnya tertata rapi oleh sang pemain dengan penuh perhitungan, kini telah diporak-porandakan.

Permainan tidak berakhir, tapi terlalu berantakan untuk dilanjutkan.

Kenzo menggeram pelan. Ia merasa tidak berdaya. "Udah terlalu banyak luka, engga adil kalo sakit dibalas maaf, iyakan, bunda?"

Kilat netra Kenzo terlihat berbeda. Penuh dengan amarah yang meledak-ledak. Ponselnya berdering, panggilan masuk dari armada membuat Kenzo mengusap wajahnya kasar.

Ia perlu berpikir dalam keadaan waras.

Karena mungkin keputusannya terlalu gegabah,  bagaimana pun ia tidak tahu, bidak catur jenis apa, agatha ceriss itu, dan langkah seperti apa yang akan wanita itu ambil disaat, bidak rook seperti Kenzo menyerangnya.

"Ken, kita udah dapetin tempat tinggal agatha ceriss di Indonesia."

"Bagus," sahut Kenzo singkat.

"Tapi—"

Armada terdiam, Kenzo mengerutkan keningnya. Perasaan jadi tidak enak.

"Da, tapi apa? Lo aman kan?" cecar Kenzo.

"Kita semua ditahan di sini. Di tempat tinggal agatha ceriss."

Mata Kenzo membulat, kaget. Buru-buru ia keluar dari ruang rawat sang Bunda.

Suara dari sebrang terdengar ribut.

"Ken, maaf." Ucapan itu menjadi hal terakhir yang Kenzo dengar sebelum sambungannya terputus.

"Shit!"

↠↠↠↠↠↺↞↞↞↞↞

Natia mengusap punggung Abraham yang tengah menopang kepala dengan satu tangan di ruang tamu. Abraham segera menoleh saat merasakan sentuhan itu.

"Arkan udah tidur, kamu juga mending istirahat dulu, Bram," tutur Natia. Gadis itu memang datang sendiri untuk melihat kondisi Abraham sekaligus membantu pemuda itu sebesar mungkin.

Abraham menarik lengan Natia, membuat gadis itu terperanjat kaget. "Makasih, Tia." Suara Abraham terdengar sangat lembut dan hangat.

Natia memberanikan diri mengusap rambut pujaan hatinya. "Sama-sama, Bram. Jangan sungkan, aku seneng bisa bantu kamu," jawab Natia tulus.

"Tia jangan pergi ya, temenin gue. Gue takut kehilangan kontrol kalo sendirian."

"Gue butuh lo," lanjut Abraham. Natia menepuk nepuk punggung Abraham.

"Iya Abraham, aku bakal temenin kamu sampe akhir. Bahkan setelah kamu engga butuh aku lagi pun, aku bakal tetep ada di samping kamu," ucap Natia.

Abraham mematung sesaat. Sebelum akhirnya ia menyandarkan kepala dan memeluk pinggang gadis dihadapannya erat.

"Iya, temenin gue sampe akhir ya."

Setelah cukup tenang, Abraham melepas pelukannya. "Udah malem, gue anter lo pulang," ujar Abraham.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 15, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Perfect MomWhere stories live. Discover now