Chapter 14

117 40 187
                                    

Sebelum baca Apiii mau tanya dulu nii buat para readers.

Gimana hari ini? Udah pada senyum belum?

Jangan lupa tersenyum dan bahagianya yaa...

Jangan lupa juga sebelum baca tinggalkan jejak vote sama komennya ya^^

Makasiii
♡♡♡

Happy reading 🍇




Hersan berdecak seraya mendudukan bokongnya di sofa. Ia mengacak rambutnya dengan kesal.

"Azalva," ucapnya mengingat perempuan yang membuatnya kesal tadi. Kemudian ia menyeringai. "Kenapa gak gue manfaatin aja?"

"Masa iya? Ogah banget gue deketin dia duluan! Anjir ah, tuh cewek ngeselin!" umpatnya frustasi.

Beberapa saat Hersan berfikir. "Bodo ah! sama harga diri gue!" ujarnya kemudian beranjak pergi ke kamarnya.

(⁠≧⁠▽⁠≦⁠)

Selesai mengganti baju Zalva segera turun ke ruang tamu. Sesampainya disana ia melihat Lea dan Hana tertawa.

Zalva berdehem mengalihkan atensi mereka berdua.

"Yang lagi bahagia gak ajak-ajak ni." sindir Zalva mendudukan dirinya disamping Hana.

Hana mengusap rambut anaknya. "Ini Va, Lea tadi cerita tentang hal random yang pernah dia alami." ucap Hana seraya tertawa. "Ngakak banget."

"Mamah siapin makan siang dulu ya." ucap Hana kemudian pergi.

Zalva mengangguk.

"Le, tante Vira sama siapa di rumah?" tanya Zalva.

"Sendirilah," jawab Lea seadanya.

Kening Zalva mengerut. "Lah, Papah lo kemana?" tanyanya kembali. Mengingat kata Alvira dulu Ayahnya Lea tidak ada di rumah lantaran sedang berada di Bali menemani Lea. Berarti sekarang Ayahnya Lea sudah kembali kesini. Pikirnya.

"Papah gue langsung kerja ke luar kota Va," jawab Lea tanpa mau menjelaskan.

Zalva ber oh  saja. Sebab melihat jawaban Lea terkesan tidak suka dengan pertanyaannya itu.

Lea mengangguk.

Beberapa saat Zalva kembali membuka suara. "Lea," panggilnya.

"Apa?"

"Eum... Semenjak gue sama Mamah pindah ke Jogja, lo pernah liat Papah gue gak?"

Lea berfikir sejenak. "Gue pernah liat Ayah lo." jawab Lea tersenyum yang membuat Zalva antusias menunggu lanjutan ucapan Lea. "Dia berpesan sama gue. Katanya ada yang mau dia ucapin ke  elo, tapi lo nya keburu pergi."

Zalva terdiam beberapa saat.

"Mau ngomong apa?" tanya Zalva sok cuek. Padahal jauh didalam hatinya ia senang Ayahnya masih mempunyai empati kepadanya.

"Katanya. Dia sayang sama lo," ucapnya yang melihat Zalva langsung menunduk. "Dia sayang sama lo Azalva. Untuk dulu, sekarang dan selamanya. Meskipun ia mungkin telah tercap buruk oleh anaknya."

STORY HERZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang