Chapter 7

168 77 94
                                    


"Berikan sapaan 'hai' kepada orang atau tempat yang pernah membuat kamu nyaman."

Happy reading 🍇

Jum'at pagi menunjukan pukul 08.16 Zalva dan Ibunya sedang sibuk memasukan barang-barang kedalam koper untuk dibawa Ke Jakarta.

Mereka kini sedang berada di teras rumah.

Hana sesekali mengecek baju serta barang-barang yang ada dikopernya.

"Lita, barang kamu cek kembali, siapa tau ada yang ketinggalan di kamar," entah sudah berapa kali Nenek Ratna terus saja mengingatkan itu.

Emang setiap Nenek-Nenek seperti itu ya?

"Iya, Bu. Udah semua ini," Hana menutup resleting kopernya kembali.

Nenek Ratna menoleh kesamping yang dimana ia melihat Zalva yang sedang mengikat tali sepatunya. Dan disamping Zalva ada Alisya yang sedang berjongkok sambil terisak sesekali mengusap air matanya.

"Zalva! sudah di cek semua barang kamu. Siapa tau ada yang ketinggalan," Nenek Ratna kembali mengingatkan cucunya.

Zalva mengangguk. "Udah, Nek."

"fonsel kamu udah?" tanyanya seraya mendekat.

Zalva mengangguk dan mengangkat fonselnya.

"Jangan lupa dipakai jaketnya Va, siapa tau pas sampai disana hujan deras," Nenek Ratna kembali bersuara.

"Iya, Nek."

Bundanya Alisya yang sedari tadi menyimak hanya menggelengkan kepalanya saja.

Ia mendekat kearah adiknya—Hana seraya berbisik. "Lit, Ibu dari dulu gak pernah berubah ya," ucapnya terkekeh. "Gue jadi kasian deh sama anak lo."

"Kenapa kasian?" Hana menyampirkan tasnya dipundak.

"Liat noh," Bunda Alisya menunjuk kearah Zalva berada. "Disatu sisi si Zalva pasti pusing dengerin anak gue yang dari subuh sampe sekarang nangis. Disatu sisi lagi, dia pusing dengerin suara Neneknya yang sedari tadi bawelin dia terus," Bunda Alisya tertawa pelan.

Hana menggeleng seraya terkekeh. "Tapi, bawelnya Ibu tuh selalu bener loh," Bundanya Alisya mengangguk mengiyakan. "Dan setiap apa yang dilarang Ibu tuh pasti ada sesuatu yang buruk atau yang bikin kita menyesali perbuatan kita yang jelas-jelas udah ibu larang."

Hana menarik nafasnya pelan.

"Kayak aku misalnya," ucapnya pelan, membuat Bundanya Alisya menoleh ke arahnya. "Lita juga sekarang nyesel banget, karna dulu gak pernah dengerin apa yang udah ibu larang. Dan sekarang terbukti kan, aku menyesal, bahkan sangat... menyesal." Hana tersenyum getir seraya tertunduk.

Bundanya Alisya merangkul bahu adiknya dan mengusap pelan pundak adiknya.

"Udah ya," Bundanya Alisya menatap lembut wajah adiknya. "Gak ada gunanya menyesali masa lalu. Cukup, jadi pembelajaran aja Lit, karna setiap apa yang kita putuskan maka itu akan ada konsekuensinya."

Hana mengangguk. "Do'ain Lita ya kak," pintanya. "Supaya Lita kuat dan bisa terus tegar menjaga Zalva di sana."

Bundanya Alisya mengangguk. "Prioritasin juga diri lo Lit."

STORY HERZAOnde as histórias ganham vida. Descobre agora