Chapter 1 : Dolphin

67 29 5
                                    

Negeri Calicadebra sedang diguyur angin musim gugur. Cuaca memang terik, tetapi udara juga mulai dingin. Daun-daun maple mulai berjatuhan, menghiasi setiap jengkal tanahnya yang menyimpan sejarah panjang, termasuk tanah halaman sebuah akademi terbaik di sana.

Akademi Calic.

Akademi Calic memiliki enam bangunan yang tinggi dan megah; satu aula, dua asrama, tiga sekolah. Dinding-dinding tampak kokoh dan berwarna cokelat muda kemerahan. Setiap atapnya membentuk segitiga, pintunya setinggi pohon pinus, dan ukirannya serumit cerita cinta.

"Perdamaian antara Calicadebra dan Oraderata telah terjalin selama tujuh abad. Tapi seperti bunyi Ramalan Od, perang besar bisa saja kembali terjadi jika keturunan ke-41 Suku Rheo dan Klan Lyn menikah. Sampai hari ini, tidak ada yang mengetahui kebe–"

Puk!

Julia berhenti menjelaskan ketika segumpal kertas berwarna cokelat terang mengenai kepalanya. Sosok berwajah galak dengan kacamata kuno itu langsung melihat semua muridnya.

Di antara 21 murid yang memakai seragam putih berompi hitam dan berbawahan merah, ada satu yang sedang memegang satu gumpalan kertas dan tidak memperhatikan kelasnya.

"Caroline!" seru Julia dengan tegas.

Caroline, alias Cara, salah satu murid veteran yang duduk di bangku nomor dua dari depan, segera menoleh tanpa berusaha menyembunyikan kertasnya.

"Jawab pertanyaanku," titah Julia.

Cara tertegun. Masalahnya, dari tadi dia hanya sibuk menahan kantuk. Dia tidak ingat kata terakhir yang Julia ucapkan, atau bahkan tidak tahu.

"Mm," gumam Cara dengan mulut yang sesekali terbuka. "Mm, oh, ini. Perdamaian antara Calicadebra dan Oraderata bisa hancur sesuai bunyi Ramalan Od," ujarnya percaya diri.

"Salah."

"Oh? Mm, anak kalimat pada Ramalan Od memiliki tiga tafsiran. Pertama–"

"Salah!"

"Ah, kalau begitu, bisa ulangi pertanyaannya?"

"Tidak! Aku tidak bertanya apa pun, Caroline! Dan jangan keluar dari sini setelah kelasku selesai!"

"A-apa? Tidak. Maksudku, kenapa?"

"Diam!"

Cara si rambut cokelat tua sebahu, tergagap di posisinya. Bukan apa-apa. Dia sudah terbiasa dimarahi ataupun dihukum, tapi saat itu dia selalu tahu alasannya. Sedangkan ini?

Sedetik kemudian, Cara melihat Julia menaruh segumpal kertas di sisi meja, dan hal itu membuatnya tersadar. Dia langsung menoleh ke samping dengan kesal, lalu mendapati seorang murid laki-laki tengah tertawa tanpa suara.

Laki-laki itulah pelakunya.

Beberapa saat lalu, gumpalan kertas yang tidak bulat sempurna mengenai kepalanya. Dia sudah berusaha sabar, tetapi sabar memang bukan gayanya. Ketika dia mengambil kertas itu dan berniat membalas, dia malah begitu sial.

Cara tampak sebal, geram. Jika ada pengganggu yang lebih menyebalkan daripada nyamuk yang berdengung sebelum tidur, baginya itu adalah lumba-lumba yang kehilangan kecerdasan.

"Lihat saja kau, Dolphin," dumal Cara lirih dengan mata menyipit.

][

"Aku tidak menyangka kau seberani itu, Caroline. NMurid yang pintar saja akan kuhukum, apalagi kau yang ada di peringkat paling bawah. Apa kau begitu membenci kelasku?"

Julia mondar-mandir di depan kelas yang kosong, sedangkan Cara berdiri di hadapannya dengan kepala yang menunduk.

"Maaf, tapi masih ada Dolphin yang–"

The Stupid WitchesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang