"Haha...." Amor tertawa pelan. "Kalau khawatir harusnya aku tadi diajak. Bukannya pergi sendiri. Dasar."

Evas menggaruk kepala. "Iya, ya!"

"Mau aku samperin?"

"Di sini cowok semua, Sayang. Aku nggak rela mereka natap istriku."

"Oh, cowok semua, ya?" tanya Amor pelan. "Bagus, deh. Nggak ada cewek yang keganjenan ke kamu."

Hati Evas teriris mendengar kalimat terakhir Amor. "Kamu lagi ngapain?"

Tut... Tut....

Evas menjauhkan ponsel, merasa ada yang menghubunginya. "Sayang, udah ya! Ada yang mau ajak ngobrol!" Dia lalu mematikan sambungan. Evas lalu berganti menghubungi Norin. "Apa, Rin?"

"Kayaknya aku bakal lama. Kamu pergi dulu aja nggak apa-apa."

"Ya udah, aku balik ke apartemen, ya!"

"Ya, Sayang. Love you."

Evas mematikan sambungan dan masukkan ponsel ke saku. Tentu dia tidak bisa membalas kalimat itu, karena tidak memiliki perasaan spesial. "Huh." Dia melajukan kendaraanya keluar dari tempat parkir tersembunyi itu.

***

Rapat kali ini diadakan di lantai atas dekat dengan ruangan bos. Norin berserta pemain lain datang dengan semangat. Tentu, mereka tidak sabar berlatih lalu menunjukkan penampilannya ke penonton.

Di ruangan samping, seorang lelaki memperhatikan layar televisi melihat jalannya proses rapat. Rex memperhatikan satu persatu pemain teaternya, hingga staf yang bertugas. Dia sudah hafal dengan wajah-wajah itu. Tetapi, mereka tidak hafal dengan wajahnya.

"Pak Rex. Rapatnya mau dimulai sekarang?"

Perhatian Rex teralih. Dia menatap lelaki yang berdiri di ambang pintu lalu mengangguk. "Sampaikan apa yang saya perintahkan."

"Baik, Pak!" Avif membungkuk sopan kemudian berjalan menuju ruang sebelah. Ketika dia masuk, para pemain langsung berseru heboh.

Rex menatap Avif yang mulai memberi tahu rencana yang sudah disusun. Para pemain terlihat begitu gembira. Banyak yang mengira, jika Aviflah bos mereka. Padahal, Rexlah sebenarnya bosnya.

Dari awal, Rex tidak pernah mau mengurus teater yang dibangun kakeknya. Dia ingin mencoba bisnis sendiri. Tetapi, papanya yang sebelumnya mengurus, memberi perintah untuk melanjutkan. Rex melakukan semua ini dengan terpaksa. Tetapi, dia sudah terpikir untuk memilih seseorang untuk melanjutkan.

Rex menyingkir dari layar dan menuju meja kerjanya. Dia hendak duduk, tapi ada sesuatu di layar lain yang menarik perhatiannya. Seketika dia mendekati layar, melihat seorang wanita yang berusaha masuk lewat pintu belakang.

"Siapa?" gumam Rex sambil memperhatikan wanita yang mengenakan scraft menutupi sebagian wajahnya. "Nggak bisa dibiarin!" Rex berbalik, mengambil gagang telepon dan menekan angka dua.

"Halo."

"Di belakang ada penyusup, tuh. Kenapa dibiarin?"

"Oh, iya, Pak."

"Bawa dia ke lobi." Rex menekan gagang telepon kemudian berjalan keluar. Bagaimana mungkin ada penyusup dan tidak ada penjaga yang tahu?

Begitu sampai lobi, Rex melihat wanita itu berdiri diapit oleh dua penjaga. "Siapa, nih?" tanyanya sambil mendekat. Dia menarik scraft bunga-bunga itu, hingga terlihat wajah yang tidak begitu asing. "Anda?"

***

Beberapa jam sebelumnya.

Brum....

Mobil Evas melaju meninggalkan rumah. Amor yang sebelumnya berdiri di teras, seketika bergegas masuk. Dia mengambil tas yang sudah disapkan di kamar tamu kemudian segera keluar menuju garasi.

Amor masuk ke mobil yang sudah disiapkan sopirnya. Dia segera tancap gas, tidak ingin kehilangan jejak. "Gue harus nyari tahu," gumamnya sambil mengeratkan pegangan di kemudi. "Awas aja kalau ketahuan!"

Semalam ketika Evas meminta izin akan pergi, Amor sudah bertekad akan mengikuti. Begitu sampai rumah, dia meminta pesan ke sopirnya. Ketika pagi, Amor segera menyiapkan keperluannya dan meletakkan di kamar tamu. Amor kali ini tidak boleh gagal.

"Ah, itu mobilnya!" gumam Amor melihat mobil hitam Evas. Dia mengemudi agak jauh agar tidak curiga. Mobil yang dikendarai pemberian Evas, lelaki itu sudah pasti hafal dengan salah satu mobilnya.

Jantung Amor berdegup lebih cepat. Tangannya mulai berkeringat dan rasa khawatir itu seketika menguasai. Amor mencoba tenang, sambil menatap mobil Evas.

Tak lama kemudian, mobil lelaki itu melaju pelan. Amor tetap mengemudi sesuai kecepatan sebelumnya. Hingga dia melihat mobil Evas masuk ke salah satu apartemen kelas menengah. Amor melewati depan apartemen dan melihat mobil Evas masuk basement.

"Nggak mungkin banget kliennya di apartemen gitu!" jawab Amor sambil menekan sen. Dia menepikan mobil lalu menoleh ke belakang. "Lo nemuin siapa?" Amor menatap depan, lalu kembali melanjukan kendaraannya.

Amor memutar balik kendaraannya, lalu mendekati apartemen itu. Dia berhenti di seberang lalu membuka kaca jendela. Di pikirannya, mulai menebak-nebak siapa yang ditemui Evas. "Bener selingkuhannya?"

MI AMOR: WANITA YANG DIKHIANATIWhere stories live. Discover now