2-NOMOR TIDAK DIKENAL

73 16 3
                                    

Begitu sampai rumah, Amor segera masuk kamar. Dia melepas heels yang mulai terasa menyakitkan dan melemparnya begitu saja. Kemudian dia bertolak pinggang, menunggu kedatangan sang suami.

"Mor...." Evas masuk kamar setelah mendengar suara benda yang dilempar kencang. Dia menatap istrinya yang siap mengamuk. Lantas dia tersenyum, berharap bisa meredakan emosinya. "Sini...."

"Jelasin sekarang!" pinta Amor tidak bisa menunggu lebih lama lagi.

Evas melepas jasnya lalu meletakkan di meja. Setelah itu berdiri tepat di depan Amor. "Mama emang ngasih saran, tapi aku rasa itu ide gila."

"Kamu anggap itu serius?"

"Enggak!" Evas menggeleng tegas. "Aku udah punya istri cantik. Masa masih kurang?" Dia lalu memperhatikan Amor dari ujung rambut hingga ujung kaki. Sebagai suami, dia cukup banyak mendapati pujian orang tentang Amor. Evas tentu mengakui jika Amor sangat cantik. Aura wanita itu juga lebih kuat.

"Kamu nggak akan duain aku, kan?" Amor menurunkan tangannya. Emosi yang sempat menguasai perlahan mereda. Ditambah, dia mulai luluh dengan sorot mata teduh suaminya.

"Enggak!"

"Yakin?"

Evas menggeleng. "Enggak, Sayang." Dia menarik wanita itu ke dalam pelukan lalu mengecup puncak kepalanya.

Air mata Amor seketika menetes. Dia sebenarnya enggan menangis setelah emosi. Tetapi, jika berhadapan dengan suaminya, dia tidak bisa menahan diri lagi. Segala emosinya seketika tercurahkan. "Awas kalau kamu gitu."

"Tenang," bisik Evas lalu mengurai pelukan. "Udah, jangan ngambek lagi." Dia menepuk pipi Amor lalu tersenyum.

"Hmm...." Amor mundur selangkah lalu duduk di pinggir ranjang. "Kenapa, sih, mama sekarang sering nyakitin aku?"

"Mama nggak maksud nyakitin kamu."

"Tapi, terus bahas anak, Sayang!" keluh Amor. "Lama-lama aku stres kalau itu terus yang dibahas."

"Sabar!" Evas menuju nakas lalu mengeluarkan ponsel. Dia meletakkan benda itu kemudian melepas kemeja yang membuatnya kegerahan. "Siapa yang mandi dulu?"

"Duluan aja," jawab Amor.

"Oke!" Evas lalu berjalan menuju kamar mandi.

Amor menghela napas berat. Di pikirannya masih terngiang ucapan mama mertuanya. Kemudian, terbayang pembicaraan barusan. Dia pikir pembicaraan ini akan menggebu-gebu, tetapi tidak. Evas dengan gaya khasnya mengutarakan dengan singkat.

Drtttt....

Perhatian Amor teralih. Dia menoleh ke nakas, melihat ponsel suaminya yang menyala. Lantas dia mendekat dan melihat nomor baru yang menghubungi. "Sayang, ada telepon!" teriaknya seraya mengambil ponsel itu.

Tidak ada tanggapan.

"Sayang!" Amor berjalan ke kamar mandi lalu mengetuk pintunya.

Pintu itu segera dibuka dan kepala Evas menyembul keluar. "Apa?"

"Nih!"

Evas menatap ponsel dan melihat sebuah nomor yang menghubungi. Seketika dia mengambil benda itu dan menutup pintu kamar mandi. Tindakan itu membuat Amor mengernyit, biasanya dia yang diminta mengangkat panggilan sementara suaminya menjawab dari dalam.

"Telepon dari siapa?" tanya Amor.

"Bukan dari siapa-siapa."

"Oh...." Amor berusaha percaya. "Ya udah, kalau gitu mana HP-nya?"

MI AMOR: WANITA YANG DIKHIANATIWhere stories live. Discover now