8-DIBUNTUTI

37 10 1
                                    

Agak siang, Evas mengajak Amor ke mal. Tentu untuk membelanjakan istrinya. Sebenarnya, dia membebaskan Amor untuk berbelanja. Tetapi, istrinya termasuk hemat. Wanita itu tidak selalu membeli koleksi terbaru. Meski saat berbelanja, Amor sering kali kalap mata.

"Silakan. Kamu bebas pilih apa aja," ujar Evas begitu masuk store.

"Oke, Sayang!" Amor memeluk Evas lalu mengecup pipinya. Setelah itu dia meninggalkan sang suami dan melihat koleksi tas.

Evas berjalan menuju kursi yang tersedia. Dia memperhatikan Amor yang sedang memperhatikan tas berwarna hijau lumut. Wanita itu kemudian memanggil pelayan, sepertinya sudah menentukan pilihan. Amor memang tidak ribet. Wanita itu jarang dibingungkan saat memilih sesuatu.

Sambil menunggu, Evas mengeluarkan ponsel. Dia melihat beberapa chat masuk dari koleganya yang belum sempat dibalas. Hingga, perhatiannya tertuju ke chat dari Rean. "Kayaknya nggak mungkin pakai HP ini lagi."

"Sayang!"

Evas buru-buru menekan tombol power lalu menatap Amor. Wanita itu menunjukkan tas berbentuk setengah lingkaran berwarna cokelat muda. Dia mengacungkan jempol lalu memaksakan senyuman. Saat Amor kembali sibuk dengan tasnya, Evas kembali menatap ponsel. Tepat saat itu, ada pesan masuk.

Rean: Istrimu belanja?

Sontak Evas mengedarkan pandang. Dia melihat beberapa pengunjung yang lalu lalang. Tetapi, tidak ada sosok yang dikenal.

Drttt....

Evas kembali menatap ponsel dan mendapati pesan dari Rean.

Rean: Aku nggak akan deketin kok.

Rean: Tapi, boleh nggak aku peluk kamu bentar aja?

Rean: Aku di lantai bawah, deket toilet cewek.

Perhatian Evas tertuju ke Amor yang masih terlihat sibuk. Seketika dia menghampiri. "Sayang. Aku ke toilet bentar."

Amor sontak menoleh. "Oh, iya. Aku tunggu sini, ya!"

Evas memeluk Amor sekilas. "Nggak lama kok." Setelah itu dia berjalan keluar.

Amor menatap Evas yang berjalan santai. Tidak terlihat mencurigakan.

Tentu Evas sengaja tidak membuat Amor curiga. Dia berjalan biasa, seolah menunjukkan tidak ada sesuatu yang terjadi. Tetapi, begitu turun dari eskalator, dia berjalan cepat dan mencari toilet yang dimaksud.

"Evas!"

Panggilan itu tiba-tiba terdengar. Evas mengedarkan pandang, hingga melihat seorang wanita yang mengenakan rok terusan berbahan denim berdiri sambil melambaikan tangan. Seketika dia mendekat dan menarik tangan Norin menuju pilar.

"Ngapain kamu terus hubungi?" tanya Evas penuh selidik.

Bibir Norin mengerucut. Tidak disangka jika Evas membahas hal itu daripada menuntaskan rasa rindunya. "Ya karena aku kangen."

"Aku nggak mau Amor curiga."

"Ck!" Norin mendengus kala Evas menyebut sang istri. "Terus, aku harus apa? Nunggu kamu dateng?"

Evas menggaruk tengkuk. "Beliin aku HP baru. Kayaknya udah nggak aman."

"Udah dari dulu aku nyuruh pakai HP baru, tapi nggak didengerin."

Evas terdiam. Awalnya dia tidak ada niatan untuk mendekati Norin. Mereka bertemu saat dia dan koleganya menonton teater dan di sana ada Norin. Sebagai pemeran utama, Norin sering menyapa penonton, terlebih jika penontonnya bukan orang sembarangan. Dari situlah mereka berkenalan, hingga Norin mendapatkan nomornya.

MI AMOR: WANITA YANG DIKHIANATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang