13-SABTU INI MILIKNYA

45 6 1
                                    

Tiga hari berlalu. Kondisi Amor telah sepenuhnya pulih. Dia kembali beraktivitas seperti biasa. Meski aktivitas hariannya tidak banyak.

Sekarang hari Jumat, kemungkinan Evas pulang lebih larut sangat tinggi. Karena esok hari libur. Amor merasa, ini waktu yang tepat untuk mencari tahu semuanya.

Pukul empat sore, Amor sudah terlihat rapi dengan celana jeans dan kemeja garis-garis berwarna biru. Dia mengikat rambutnya ke belakang lalu memakai kacamata kecokelatan. Dia sudah menantikan hari ini, berharap semuanya berjalan lancar.

Amor segera turun dan menuju garasi. Di sana ada mobil miliknya. "Pak, kunci mobil mana?" teriaknya.

Sopir Amor yang beristirahat di ruangan dekat dapur seketika berlari. Dia melihat majikannya telah rapi, sudah pasti berniat pergi. "Kunci mobil, Bu?" tanyanya memastikan.

"Iya!"

"Ibu mau ke mana? Saya antar."

"Nggak perlu. Saya bisa sendiri," jawab Amor sambil menghadapkan telapak tangannya ke atas. "Mana?"

Sopir Amor merogoh saku celana dan menyerahkan kunci. "Benar Bu saya nggak...."

"... nggak perlu!" potong Amor lalu menekan kuncinya. Dia lalu masuk mobil dan menarik kacamatanya ke atas. "Jangan ngadu ke Pak Evas. Saya mau ngasih kejutan ke kantornya."

"Oh, baik, Bu!" Sopir Amor mengangguk mengerti. Lantas dia berlari menuju pintu garasi dan membukanya.

Amor menyalakan mesin mobil lalu menurunkan kacamatanya. Dia memegang kemudi, menunggu pintu garasi terbuka sempurna. Setelah itu dia mulai melajukan kendaraannya.

Jantung Amor berdegup lebih cepat. Di satu sisi, dia takut mendapat kenyataan yang menyakitkan. Tetapi, di satu sisi dia juga penasaran.

"Semoga pikiran buruk gue nggak terbukti," gumam Amor lalu melajukan kendaraannya lebih cepat.

Satu jam kemudian, Amor sampai di kantor Evas. Tentu kedatangannya disambut oleh satpam yang berjaga. Dia memilih segera memakirkan mobil, di tempat yang jauh dari parkiran khusus Evas. Amor lalu turun dari mobil dan melihat kendaraan suaminya masih di tempat. "Dia belum balik," gumamnya lalu merogoh tas. Amor mencari kontak Evas dan menghubunginya.

"Ya, Amor!" jawab Evas di deringan ketiga.

Amor bersandar di pintu mobil dan memperhatikan mobil Evas. "Kamu bisa pulang cepet nggak?"

"Bisa. Kenapa?"

Perasaan Amor seketika terbagi. Dia senang karena Evas ada untuknya. Tetapi, dia juga kecewa karena rencananya hari ini sepertinya tidak berhasil. "Nggak apa-apa. Pengen makan malam bareng aja."

"Oke! Aku jemput."

"Oke!" Amor menjauhkan ponsel dan mematikan sambungan. Sepertinya rencananya benar-benar gagal. "Ya udahlah. Balik aja!" Amor naik mobil lalu melajukan kendaraan itu.

Amor yakin satpam kantor pasti akan mengadukan ke Evas. Dia tidak peduli itu. Dia punya seribu alasan untuk mengelak.

"Tapi, apa mending gue nggak pulang?" gumam Amor agak ragu. Bagaimana jika Evas sebentar lagi pergi kemudian menelepon dan meminta maaf karena tidak bisa makan bersama? "Aaaa! Kenapa gini, sih?" Kepala Amor mendadak pening.

Amor membelokkan mobil ke pertigaan lalu mengemudi dengan satu tangan. "Biar, deh!" Dia mencoba menikmati mengemudi saat sore. Sudah lama Amor tidak mengemudi seperti ini. Dulu, dia sangat senang saat naik motor jika sedang suntuk. Angin yang menerpa seolah mengangkat bebannya dan perlahan mengilang.

Mata Amor melirik ke spion belakang. Dia melihat beberapa mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi dan menyalipnya. Sedangkan dia tetap mengemudi dengan santai. Hingga, dia melihat sebuah mobil yang sekarang berada tepat di belakang. "Nyalip aja. Gue nggak mau buru-buru," ujarnya sambil menurunkan kecepatan mobilnya.

MI AMOR: WANITA YANG DIKHIANATIWhere stories live. Discover now