13-SABTU INI MILIKNYA

Start from the beginning
                                    

***

Kali ini Evas pulang cepat, sesuai permintaan Amor. Saat sampai rumah, dia melihat Amor sudah menunggunya di ruang tengah. Evas seketika mendekat lalu mengecup puncak kepala wanita itu. "Nggak apa-apa nunggu aku bersih-bersih dulu?"

Amor menatap sang suami. "Nggak apa-apa. Aku bisa nunggu."

"Cuma bentar kok." Evas berdiri tegak lalu berjalan menuju tangga. "Tunggu situ aja."

"Oke!" Amor duduk bersandar lalu bersedekap. Dia menghela napas lega, karena sempat mengganti pakaiannya dengan rok terusan.

"Ck! Udah beberapa hari nggak ngurus suami," gumam Amor sambil berdiri. Dia kembali menuju kamar, ingin membantu suaminya siap-siap.

Begitu sampai kamar, Amor mendengar suara gemercik. Dia mendekati pintu kamar mandi dan melihat pakaian Evas yang digeletakkan begitu saja. Dia mengambilnya dan menemukan ada sesuatu yang masih berada di kantung.

"HP-nya pasti kelempar," gumam Amor sambil mengeluarkan ponsel. Dia meletakkan pakaian di keranjang kotor lalu meletakkan ponsel di meja walking closet. Lantas dia mengambil pakaian untuk suaminya.

Setelah menyiapkan, Amor bergegas keluar. Sengaja agar tidak ketahuan Evas. Entahlah, rasanya senang saja memberi perhatian seperti itu.

Evas keluar kamar mandi dan tidak melihat pakaiannya berada di depan pintu. "Amor!" panggilnya sambil melangkah menuju ruang ganti. Dia melihat pakaian kotornya berada di rak. Lantas dia menatap ponsel yang berada di meja. "Huh...." Seketika dia mengambil ponsel itu.

"Semoga dia nggak curiga," gumam Evas lalu menuju ranjang. Dia menatap ponsel yang satunya tergeletak di sana. "Ceroboh banget gue!" Evas kembali ke walking closet dan segera berganti pakaian.

Sepuluh menit kemudian, Amor melihat Evas menuruni tangga dengan langkah cepat. Seketika dia berdiri, memperhatikan lelaki itu mengenakan celana jeans hitam dengan jaket pilihannya. "Ganteng banget, Sayang!"

Evas memperhatikan ekspresi Amor. Tidak ada yang aneh. Evas menghela napas lega, merasa jika Amor tidak mencuriganya. "Masa?"

Amor seketika meloncat ke pelukan Evas dan mencium pipinya gemas. "Ganteng banget," jawabnya. "Punya siapa, sih, ini?"

"Punya kamu."

"Yakin, cuma punya aku?" pancing Amor.

Evas merangkul Amor dan mengajaknya keluar. "Cuma kamu, Sayang!"

Amor mengangguk, tidak ingin Evas tahu jika sedang dicurigai.

***

Dua porsi green kari dan dua mangkuk nasi tersaji di atas meja. Dua orang yang duduk berhadapan seketika menatap makanan itu. Kemudian dua cangkir teh jasmine tersaji. Amor seketika mengambil cangkir itu dan menghidu aroma harum yang tercium.

"Kayaknya enak," ujar Evas puas melihat makanan itu.

Amor tidak langsung menjawab. Dia menyeruput tehnya dan terasa sepat yang khas. Dia meletakkan teh itu lalu mengacungkan jempol. "Sesuai lidahku."

"Oh, ya?" Evas melirik teh jasmine yang belum dicoba. "Aku lebih tertarik sama ini."

"Nggak sama nasi?"

Evas menggeleng. Dia mencoba green kari itu lalu mengernyit pelan. "Agak strong bumbunya."

"Justru itu yang enak," jawab Amor lalu mencoba memakan. "Oh ya, Sayang, besok temenin aku ke salon, ya."

Seketika Evas ingat dengan permintaan Norin. "Besok aku ada acara, Sayang."

Bibir Amor seketika mengerucut. "Sampai jam berapa?"

"Nggak tahu." Evas mengangkat bahu.

"Ya udah, aku ke salon sendiri."

"Minta orang salon ke rumah aja. Biar kamu nggak capek."

Amor memperhatikan Evas yang makan dengan lahap. Tiba-tiba dia curiga Evas berbohong. "Beneran kamu besok pergi?"

Evas melirik Amor sekilas lalu mengangguk. "Iya."

"Ya udah." Amor tidak bisa langsung curiga. Pasalnya, Evas memang agak cuek jika diinterogasi. "Pulangnya bawain makanan."

"Makan apa? Kan, bisa beli sendiri."

"Ih, apa salahnya sih nurutin istri?" Amor menyendok nasi dan memakannya. Pipinya seketika menggembung, dia menunjukkan itu ke Evas.

Evas terhibur dengan tingkah koyol Amor yang sangat jarang muncul. "Iya. Mau dibeliin apa, sih?"

Amor mengangkat bahu. "Terserah. Apapun hadiah dari kamu pasti aku terima."

Prang....

Amor dan Evas sontak menoleh ke sumber suara. Mereka melihat seorang lelaki yang membungkuk setelah menabrak seorang pelayan. Amor dan Evas kemudian saling pandang dan sama-sama tidak tertarik dengan hal itu.

"Besok pulangnya jangan kemaleman," pinta Amor.

Evas sengaja tidak menjawab. Dia tahu Amor pasti akan menunggunya. Sedangkan dia merasa, Norin tidak akan membiarkannya pulang begitu saja. "Besok aku kabari lagi."

Amor pura-pura cemberut. Sebenarnya enggan melakukan ini. Tetapi, dia harus melakukan segala cara untuk menyembunyikan kecurigaannya.

MI AMOR: WANITA YANG DIKHIANATIWhere stories live. Discover now