Bab 9

2K 359 72
                                    

"Sabar Mew sabar, ingat Tay bilang aku harus membuat Gulf nyaman, tidak boleh, aku tidak boleh kasar padanya," Mew masih berdiri di depan meja Gulf dia ingin membujuk Gulf agar Gulf mau pulang untuk istirahat.

"Mau aku antar?"

"Kemana?"

"Pulang."

"Aku tidak mau pulang."

"Kalau begitu kau baring saja di sofa matikan komputermu, aku akan pesan makan siang pada OB."

"Aku tidak sakit, Tuan tidak perlu mempelakukan aku seperti orang sakit."

"Aku minta maaf untuk yang tadi."

"Tuan tidak salah, Tuan Bosku dan Tuan selalu benar."

"Aku salah karena membentakmu."

"Tidak apa-apa aku sudah biasa."

"Biasa?"

Gulf menarik nafas panjang lalu dia hembuskan perlahan-lahan.

"Baiklah aku mau baring saja di sofa tapi Tuan jangan suruh aku pulang."

"Kenapa kau takut sekali untuk pulang?"

"Apa aku harus curhat pada Tuan kenapa aku tidak mau pulang!"

"Jika kau mau, aku akan mendengarkanmu."

"Aku hanya ingin bertemu dengan Key."

"Kau bilang akan istirahat."

"Tuan aku serius,, dia itu anakku aku ingin bertemu dengannya."

"Mulai besok dia akan sekolah."

"Itu tandanya aku tidak bisa bertemu dengan dia lagi."

"Memangnya kau mau banget ketemu dengan Key."

"Pertanyaan macam apa itu, jelas saja aku mau! Aku ingin setiap saat bersamanya."

"Key titip pesan padaku, dia ingin kau yang antar jemput dia ke sekolah."

"Antar jemput?"

"Kenapa, kau tidak sanggup?"

"Bagimana caraku melakukannya,"

"Aku anggap kau tidak bisa jadi lupakan."

"Tuan?"

"Ada apa?"

"Aku tidak tau harus bicara apa dan memulainya dari mana, tapi percayalah kalau Key itu anakku, aku sudah biasa menghabiskan waktu denganya dan aku rasa aku juga sudah banyak kehilangan waktu bersamanya, aku ingin selalu bersamanya tapi itu tidak mungkin aku lakukan, aku punya hutang budi pada seorang wanita yang sudah memberi kehidupan padaku. Walau pun kedua orang tuanya tidak menyukaiku tapi dia sudah menjaga dan melindungiku, aku tidak tau bagaimana bisa aku masuk ke dalam keluarga mereka, tapi wanita itu sangat baik padaku tidak hanya ginjalnya bahkan nyawanya pun siap dia berikan padaku."

"Apa yang ingin kau jelaskan, kau mau bilang kalau kau mencintai wanita itu, kau akan menyerahkan seluruh hidupmu padanya. Aku sih tidak masalah kau tidak perlu pikirkan Key dia aman bersama keluarga Jongcheveevat."

"Tapi aku sangat mencintai Key, bisakah Tuan bantu aku agar aku selalu bisa menjaga anakku tanpa mereka tau."

"Kau sadar tidak? Itu artinya kau akan punya hutang budi padaku?"

"Aku tidak masalah, aku memang punya hutang nyawa pada orang lain tapi bukan berarti aku takut akan kehilangan nyawaku, siapa saja bebas jika ingin mengambil nyawaku tapi aku ingin punya kesempatan hidup bersama anakku."

"Apa kau mencintai wanita itu?"

"Aku hanya menghargai dia karena dia sudah sangat baik padaku."

"Aku tanya apa kau mencintainya?"

Two Love [End]Where stories live. Discover now