Ushijima Wakatoshi

Zacznij od początku
                                    

Aku mengangguk dan tersenyum. Kekhawatiran Oikawa tidak beralasan, sebenarnya aku juga  sedikit khawatir, walaupun aku tahu kalau Ushijima bukanlah orang yang mudah menuduh tanpa bukti.

“Kau benar. Soal mata-mata, itu hanya kekhawatiran Oikawa. Dia bahkan menggangguku semalaman dengan pesan kekhawatirannya. Bukankah dia berlebihan?”

“Dia memang orang yang seperti itu.”

“Bagaimana?”

“Sedikit gila dan keras kepala.”

Aku menahan tawaku karena kami sedang membayar minuman. Ushijima pasti tidak sadar, kalau terkadang bisa jadi sama gilanya dengan Oikawa. Kupikir Satori-kun pernah beberapa kali mengatakannya padanya, seperti ketika dia bermain bermain terlewat serius, atau mengatakan sesuatu kebenaran tanpa memikirkan orang lain.

“Menurutku, kau dan Oikawa adalah tipe orang yang sama. Berbeda dengan orang-orang yang dekat dan menjadi teman, kalian saling menguatkan dan menjadi rival.”

“Bagaimana kami menjadi rival sementara kami bermain di posisi yang berbeda?”

Aku meminum jus yang kubeli sedikit dan menghela nafas. Dia ini benar-benar harus diberitahu dulu baru bisa paham yah? Aku jadi mengerti bagaimana perasaan Satori-kun ketika berbicara dengannya.

“Kalian bersaing di setiap pertandingan, kalian juga selalu bertemu setelah pertandingan, baik itu dengan atau tanpa Hajime-kun,” aku memainkan jari yang kugunakan untuk menghitung frekuensi pertemuan Ushijima dan Oikawa, “Meskipun aku tidak tahu apa yang kalian bicarakan, tapi kalian tampak akur. Untuk itu saja aku merasa bersyukur.”

“Aku tidak berniat untuk berkelahi dengan Oikawa. Aku hanya ingin Oikawa tahu kalau Shiratorizawa adalah tempat yang tepat untuk bakatnya. Dengan memilih Aoba Johsai, dia sudah membuang kesempatan untuk berkembang.”

Aku tidak percaya Ushijima mengatakannya, sangat berbanding terbalik dengan ekspresi wajahnya yang dingin. Tapi mereka sudah 2 tahun di SMA, untuk apa Ushijima mengatakan hal seperti itu pada Oikawa yang tidak pernah benar-benar mendengarkan dan keras kepala.

“Aku tidak benar-benar mengerti alasanmu, tapi kupikir sebaiknya kalian berhenti bertemu setelah ataupun sebelum pertandingan. Oikawa sudah memiliki pilihannya sendiri, dan kalian tidak cukup dekat untuk saling memberi saran.”

Gawat, aku terlalu banyak bicara. Aku mencuri pandang pada Ushijima yang melihat lurus ke depan, ekspresinya tidak terbaca. Apa dia sedang memikirkan ucapanku? Atau dia sedang memikirkan hal lain?

“Aku mengerti, tapi …”

Aku menghentikan langkahku ketika Ushijima berdiri di hadapanku, membuatku mendongak karena perbedaan tubuh kami. Tentu sajaa bukan karena aku pendek, tapi Ushijima yang terlampaui tinggi.

“Kita memang sudah sampai di sekolah, tapi apa aku bisa bicara lebih lama denganmu?”

Aku mengangguk dan mengikuti Ushijima ke taman yang ada di antara gedung olahraga dan gedung klub. Tempat ini sepi karena tempatnya berada di bagian belakang sekolah.

“Senpai, apa kau mau jadi pacarku?”

Aku terkejut mendengar perkataan Ushijima setelah kami duduk di salah satu bangku yang ada di taman. Ekspresi Ushijima yang tetap tidak berubah, membuatku tidak yakin dengan pendengaranku. Mungkin kan aku salah dengar, karena Ushijima tidak mungkin mengatakan hal seperti ‘itu’, apalagi padaku.

“Jadi, apa yang ingin kau katakan padaku?”

“Aku sudah mengatakannya.”

“Mengatakan apa?”

Ushijima menghela nafas dan menatapku dengan serius, “Aku tadi bertanya, apakah Senpai mau jadi pacarku?”

“Kau bercanda?”

“Aku serius.”

Wah, sepertinya Ushijima benar-benar memintaku untuk menjadi pacarnya. Seharusnya aku tahu kalau Ushijima tidak pernah bercanda, dan mungkin dia tidak bisa melakukannya. Aku ingat Satori-kun pernah memintanya mengatakan sebuah lelucon, tapi dia malah mengatakan sebuah peribahasa lucu yang ada di buku pelajaran.

Sekarang bagaimana? Ushijima yang serius dan tidak bisa bercanda ini menunggu jawabanku. Aku tidak membenci Ushijima, tapi aku juga tidak percaya diri mengatakan kalau aku menyukainya. Lagipula, apa Ushijima memintaku menjadi pacarnya karena menyukaiku atau karena hal lain.

“Kenapa kamu memintaku menjadi pacarmu? Apa kau menyukaiku?”

Ushijima melihatku dengan ekspresi heran. Sekarang aku lumayan terbiasa dengan ekspresi Ushijima dan sedikit bisa membedakannya. Aku tidak tahu banyak tentang Ushijima selain apa yang kulihat dan kudengar ketika dia berbicara dengan Satori-kun atau dengan anggota tim yang lain. Aku juga tidak terlalu penasaran dengannya sehingga dengan sengaja mencari tahu tentangnya pada orang-orang.

Bagiku, Ushijima Wakatoshi hanyalah kapten tim bola voli sekolah yang juga merupaka ace tim. Meski tidak bisa dibilang murid berprestasi, dia cukup menonjol karena menjadi pemain tim nasional Jepang, selain itu dia juga musuh bebuyutan Oikawa. Intinya dia adalah junior yang mencolok.

“Aku tidak tahu. Tapi, rasanya aku ingin memisahkan Senpai dan Oikawa ketika kalian bergandengan tangan kemarin.” Ushijima tidak fokus, dan terlihat bingung.

“Aku pernah membacanya di buku dan bertanya pada Tendo. Dia bilang kalau aku harus meminta Senpai untuk menjadi pacarku. Karena aku cemburu pada Oikawa.”

Buku? Tendo? Cemburu? Apa dia menerima semuanya, tanpa memikirkannya lebih jauh? Sebenarnya mana yang salah? Caraku bicara dengannya atau pemahamannya. Memangnya boleh seorang laki-laki sepolos ini?

 “Aku tidak setuju dengan apapun yang kau pikirkan sekarang, Ushijima. Kau seharusnya tidak memintaku menjadi pacarmu hanya karena saran dari orang lain.”

Aku bangun dari dudukku ketika merasakan tatapan dari belakangku dan benar saja. Di depan gedung olahraga aku bisa melihat beberapa anggota tim bola voli sudah datang untuk latihan pagi.

“Kamu hanya mengenalku sebagai senior yang sering membantu tim kalian, dan aku hanya mengenalmu sebagai ace tim. Jadi, bagaimana aku bisa percaya kalau kamu benar-benar ingin aku jadi pacarmu sementara kita tidak dekat.”

Aku menepuk pelan bahu Ushijima, “Mungkin saat kita sudah dekat dan kamu ternyata memiliki perasaan untukku, bertanyalah lagi. Mungkin saat itu aku akan percaya dan memikirkannya dengan serius.”

Setelah selesai ‘membenarkan’ pola pikir Ushijima, dan mengatakan kata penyemangat aku meninggalkannya. Sudah waktunya aku harus masuk kelas dan dia harus latihan, jadi tidak ada alasan untuk tetap disana dan menjadi pusat perhatian lebih banyak orang.

Aku kembali terpikir dengan ucapanku pada Ushijima. Menjadi dekat? Apakah kami benar-benar bisa melakukannya? Aku akan lulus dan sibuk dengan persiapan masuk Universitas sementara Ushijima akan sibuk dengan turnamen bola voli dan jadwal latih tanding.

Kedengarannya mustahil, tapi jika memang dia bisa mengusahakannya, aku akan percaya padanya.

Haikyuu RomanceOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz